Ini bukan sekadar soal sejarah atau narasi Alkitab. Ini menyentuh inti pemahaman kita tentang siapa Allah itu: Apakah Ia mengatur segalanya, termasuk kejahatan? Apakah manusia masih bertanggung jawab bila tindakannya ternyata sesuai dengan rencana Allah?
Tulisan ini tidak mencoba memberi jawaban simplistik. Sebaliknya, kita akan menelusuri kesaksian Alkitab, untuk melihat bagaimana pengkhianatan Yudas, meskipun tragis dan jahat, masuk dalam rencana keselamatan Allah, namun tanpa menghapus tanggung jawab pribadinya.
Ini bukan hanya soal Yudas. Ini tentang bagaimana Tuhan tetap bekerja di tengah pilihan manusia, bahkan ketika pilihan itu jahat.
"...dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci."
"Bahkan sahabatku yang karib, yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku."
"Sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: 'Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."
"Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
- Rencana Allah tetap berjalan ("sesuai yang tertulis").
- Tetapi Yudas tetap bertanggung jawab secara moral atas keputusannya.
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan..."
- Ya, Yudas dipakai Tuhan untuk menggenapi nubuat tentang penyaliban Yesus.
- Namun, ia tetap bertanggung jawab atas pilihan dan motivasinya.
No comments:
Post a Comment