Saturday, June 01, 2024

"Manusia Indonesia" oleh Mochtar Lubis



"Manusia Indonesia" adalah buku karya Mochtar Lubis yang diterbitkan pada tahun 1977, yang mengulas karakteristik negatif masyarakat Indonesia menurut pengamatan sang penulis. Melalui buku ini, Lubis mendeskripsikan tujuh sifat utama manusia Indonesia:

1. Munafik (Hipokrit)
Adanya perbedaan mencolok antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan, menunjukkan kemunafikan sebagai sifat utama yang merusak kepercayaan dan integritas.

2. Feodalistik
Masyarakat Indonesia cenderung patuh pada sistem hierarki sosial yang kaku, mengakibatkan kurangnya kebebasan berpikir kritis dan inovatif serta menghambat proses demokratisasi.

3. Takhayul
Kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal mistis dan takhyul dianggap menghambat perkembangan rasionalisme dan intelektual masyarakat, sehingga sulit menerima ilmu pengetahuan modern.

4. Tidak Disiplin
Kekurangan disiplin, terutama dalam hal waktu dan tanggung jawab, seringkali menjadi penghambat efisiensi dan produktivitas dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

5. Tidak Hemat
Kebiasaan konsumtif dan minimnya budaya menabung memperlihatkan perilaku ekonomi yang kurang bijak, mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi baik individu maupun bangsa.

6. Bermental Kolonial
Anak bangsa yang cenderung meniru gaya hidup dan pola pikir penjajah, yang mengakibatkan inferiority complex serta kurangnya kebanggaan terhadap identitas sendiri.

7. Pragmenter dan Kurang Motivasi 
Kecenderungan untuk mengambil jalan pintas, kurangnya visi jangka panjang, serta motivasi yang lemah untuk meraih sukses.

Melalui kritik yang tajam dan terkadang pedas, Lubis berharap masyarakat Indonesia mampu bercermin, melakukan introspeksi, dan perbaikan diri demi kemajuan yang lebih baik. Buku ini meskipun kontroversial, bertujuan untuk membuka diskusi dan mendorong perubahan positif dalam karakter bangsa. 

Dengan demikian, "Manusia Indonesia" tidak hanya memberikan pengamatan kritis terhadap kondisi sosial-budaya saat itu, tetapi juga menjadi ajakan reflektif untuk seluruh masyarakat dalam upaya memperbaiki diri dan lingkungan mereka demi masa depan yang lebih baik.

Tuesday, May 28, 2024

"Think and Grow Rich" oleh Napoleon Hill

"Think and Grow Rich" adalah buku yang ditulis oleh Napoleon Hill dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1937. Buku ini adalah salah satu karya klasik dalam literatur motivasi dan pengembangan diri yang terus populer hingga hari ini. Hill menulis buku ini setelah melakukan penelitian mendalam selama lebih dari 20 tahun dengan mewawancarai lebih dari 500 orang sukses, termasuk Andrew Carnegie, Henry Ford, dan Thomas Edison.

Berikut adalah prinsip-prinsip bagaimana orang dapat membangun keberhasilan :

1. Desire (Keinginan yang Kuat)
Segala sesuatu dimulai dari keinginan yang kuat. Keinginan ini harus sangat menggebu-gebu sehingga menjadi dorongan utama dalam hidup seseorang. Menetapkan tujuan dan membuat rencana konkret untuk mencapainya sangat penting.

2. Faith (Keyakinan)
Keyakinan adalah tenaga pendorong yang mampu mengubah keinginan menjadi kenyataan. Hill menekankan pentingnya memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap kemampuan diri sendiri untuk sukses.

3. Autosuggestion (Sugesti Diri)
Proses pemrograman pikiran bawah sadar dengan keinginan dan keyakinan positif agar mendorong tindakan yang konsisten menuju tujuan.

4. Specialized Knowledge (Pengetahuan Spesifik)
Pengetahuan umum tidak cukup untuk mencapai kesuksesan. Yang dibutuhkan adalah pengetahuan spesifik yang relevan dengan tujuan Anda dan kemampuan untuk mengaplikasikannya secara efektif.

5. Imagination (Imajinasi)
Imajinasi adalah alat yang menggunakan pikiran untuk menciptakan rencana dan ide-ide baru. Hill membedakan antara imajinasi yang sintetik (mengkombinasi pengalaman lama) dan imajinasi kreatif (menghasilkan ide-ide baru).

6. Organized Planning (Perencanaan Terorganisir)
Penting untuk memiliki rencana tindakan yang terorganisir dan terarah. Rencana tersebut harus fleksibel dan dapat disesuaikan jika ada hambatan atau perubahan situasi.

7. Decision (Keputusan)
Keputusan yang cepat dan definitif adalah ciri khas orang sukses. Hill percaya bahwa penundaan dan keragu-raguan adalah penyebab utama kegagalan.

8. Persistence (Ketekunan)
Ketekunan adalah kualitas yang membedakan orang sukses dari yang gagal. Tidak menyerah di tengah jalan, meski menghadapi rintangan besar.

9. Power of the Master Mind (Kekuatan Kelompok Master Mind)
Bergabung dengan sekelompok orang yang memiliki tujuan serupa untuk saling mendukung dan berbagi ide adalah penting.

10. The Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar)
Pikiran bawah sadar memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan tindakan. Memanfaatkannya dengan mengisi pikiran dengan keinginan dan keyakinan positif sangat vital.

11. The Brain (Otak)
Otak adalah stasiun penerima pikiran yang menangkap ide dan mengirimkannya ke pikiran bawah sadar.

12. The Sixth Sense (Indra Keenam)
Hill menggambarkan ini sebagai "Kuil Kebijaksanaan," yang dapat diakses setelah terlatih menggunakan semua prinsip di atas.

Buku ini juga membahas pentingnya pengendalian diri, imajinasi, iman, dan bagaimana cara menangani kegagalan. "Think and Grow Rich" bukan hanya tentang menghasilkan kekayaan material, tetapi juga tentang mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

Monday, May 27, 2024

Siapakah Roh Kudus?


Roh Kudus adalah salah satu dari tiga Pribadi ilahi dalam konsep Trinitas Kristen, bersama dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus (Allah Anak). Dalam trinitas ini, Roh Kudus merupakan pribadi yang memiliki esensi dan keilahian yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak, tetapi dengan peran yang berbeda.

Roh Kudus tidak memiliki bentuk fisik dan sering kali diilustrasikan dengan simbol-simbol seperti angin, api, atau burung merpati dalam Alkitab dan ikonografi Kristen. Sebagai Pribadi yang hidup dan aktif dalam iman Kristen, Roh Kudus berperan penting dalam proses transformasi rohani dan dalam memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Berikut adalah terjemahan "Roh Kudus" dalam lima bahasa:
  • Bahasa Ibrani: רוח הקודש (Ruach HaKodesh)
  • Bahasa Yunani: Άγιο Πνεύμα (Ágio Pneúma)
  • Bahasa Latin: Spiritus Sanctus
  • Bahasa Arab: الروح القدس (Al-Rūḥ al-Quds)
  • Bahasa Inggris: Holy Spirit

Karakteristik dan Identitas Roh Kudus:

1. Bagian dari Trinitas
Roh Kudus adalah bagian integral dari Allah yang Esa, menurut ajaran Kristen. Dia sama-sama abadi, mahasuci, dan mahakuasa seperti Allah Bapa dan Allah Anak.

2. Pemberi Kehidupan
Roh Kudus dikatakan memberikan kehidupan rohani dan fisik kepada semua makhluk. Dia juga adalah agen utama dalam kelahiran baru atau "lahir kembali" bagi orang-orang percaya (Yohanes 3:5-6).

3. Penghibur (Parakletos)
Menurut Injil Yohanes, Roh Kudus digambarkan sebagai "Penghibur" atau "Penolong" yang diutus oleh Yesus untuk menyertai dan menuntun para murid setelah kenaikan-Nya (Yohanes 14:16, 26).

4. Roh Kebenaran
Roh Kudus juga disebut sebagai "Roh Kebenaran" yang membimbing orang percaya ke dalam setiap kebenaran dan mengungkapkan serta menyatakan kehendak Allah (Yohanes 16:13).

5. Pemberi Karunia Rohani
Dalam 1 Korintus 12, Roh Kudus memberikan berbagai karunia rohani kepada orang percaya, seperti kebijaksanaan, pengetahuan, iman, penyembuhan, mukjizat, nubuat, dan bahasa roh.

6. Informator
Roh Kudus adalah yang menginspirasi penulis Alkitab dan yang mengungkapkan makna Alkitab kepada para pembacanya (2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:21).

Sunday, May 26, 2024

Pembentukan Nasib / Takdir


Pemahaman tentang pembentukan nasib sering kali melibatkan suatu rangkaian yang mencakup pikiran, tindakan, kebiasaan, karakter, dan akhirnya nasib atau takdir. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap komponen tersebut dan bagaimana mereka saling berhubungan:

1. Pikiran
  • Pikiran adalah benih awal dari segala sesuatu. Apa yang kita pikirkan secara konsisten cenderung mempengaruhi perasaan dan persepsi kita mengenai dunia.
  • Pikiran positif atau negatif akan membentuk bagaimana kita melihat peluang dan tantangan, serta cara kita bereaksi terhadapnya.

2. Tindakan 
  • Pikiran yang berulang akan mendorong kita untuk bertindak. Jika kita berpikir positif, kemungkinan tindakan kita juga akan positif.
  • Tindakan adalah bentuk konkret dari apa yang kita pikirkan. Misalnya, pikiran tentang pentingnya kesehatan akan mendorong kita untuk berolahraga atau makan lebih sehat.

3. Kebiasaan
  • Tindakan yang diulang secara konsisten menjadi kebiasaan. Kebiasaan menciptakan rutinitas dalam hidup kita.
  • Kebiasaan baik, seperti disiplin, ketepatan waktu, dan kerja keras, akan membawa kita ke arah yang lebih baik dalam jangka panjang.

4. Karakter
  • Kebiasaan yang terakumulasi akan membentuk karakter seseorang. Karakter adalah cerminan dari kebiasaan yang telah kita bentuk secara konsisten.
  • Karakter menentukan cara kita berinteraksi dengan dunia dan orang lain. Hal ini termasuk integritas kita, kejujuran, keandalan, dan moralitas.

5. Nasib/Takdir
  • Nasib atau takdir adalah hasil akhir dari apa yang telah kita pikirkan, lakukan, dan bentuk sebagai kebiasaan dan karakter.
  • Banyak yang percaya bahwa dengan membentuk karakter yang baik melalui kebiasaan dan tindakan yang positif, kita dapat mengarahkan nasib kita ke arah yang lebih baik.

Secara sederhana, proses ini bisa dijelaskan sebagai berikut: Pikiran → Tindakan → Kebiasaan → Karakter → Nasib. Setiap langkah saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Pikiran yang baik memicu tindakan yang baik, tindakan yang baik membentuk kebiasaan yang baik, kebiasaan yang baik membentuk karakter yang kuat, dan karakter yang kuat membawa kita pada nasib yang lebih baik.

Mengendalikan pikiran kita adalah langkah awal yang sangat penting. Dengan mengoptimalkan pikiran kita, kita bisa mengatur tindakan sehari-hari, membentuk kebiasaan yang baik, mengembangkan karakter yang kuat, dan akhirnya menciptakan nasib yang kita inginkan.

"Atomic Habits" oleh James Clear




"Atomic Habits," karya James Clear, adalah panduan praktis untuk membangun kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk. Buku ini berfokus pada bagaimana perubahan kecil yang konsisten dapat menghasilkan hasil yang signifikan dalam jangka panjang.

Berikut ringkasan poin-poin kunci dari buku ini:

1. Signifikansi Kebiasaan Kecil
Clear menjelaskan bahwa kebiasaan kecil, atau "atomic habits", bila dilakukan secara konsisten, memiliki dampak besar. Perubahan kecil ini, meskipun tampak sepele, jika dilakukan terus-menerus akan membawa hasil yang luar biasa.

2. Four Laws of Behavior Change (Empat Hukum Perubahan Perilaku)
Clear memperkenalkan empat hukum dasar untuk membentuk kebiasaan baru:
  • Cue (Isyarat): Buat kebiasaan terlihat dan jelas. 
  • Craving (Keinginan): Berikan niat kuat untuk melakukannya, dengan cara membuat menjadi menarik.
  • Response (Respon): Buat tindakan mudah untuk dilakukan.
  • Reward (Ganjaran): Buat kebiasaan memuaskan, dengan cara berikan penghargaan langsung.

3. Identitas Diri dan Kebiasaan
Kebiasaan yang kita bangun mencerminkan identitas kita. Untuk perubahan yang bertahan lama, Clear menyarankan fokus pada siapa kita ingin menjadi, bukan hanya pada apa yang ingin kita capai.

4. Sistim dan Proses
Clear menekankan pentingnya fokus pada sistem dan proses daripada tujuan. Meningkatkan diri 1% setiap hari akan membawa hasil yang lebih signifikan dalam jangka panjang dibandingkan mengandalkan motivasi untuk mencapai tujuan besar.

5. Lingkungan dan Sistim Pendukung
Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan. Clear menyarankan menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan baik dan mempersulit kebiasaan buruk.

6. Tracking and Measurement (Pelacakan dan Pengukuran)
Melacak kemajuan kebiasaan dan akuntabilitas adalah kunci untuk memastikan konsistensi. Clear merekomendasikan penggunaan jurnal atau alat lain untuk memantau perkembangan.

7. Mengatasi Kegagalan
Buku ini juga membahas cara mengatasi kegagalan dan kembali ke jalur yang benar. Clear menunjukkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses dan memahami bahwa kemajuan sejati datang dari konsistensi, bukan dari kesempurnaan.

"Atomic Habits" memberikan strategi praktis dan berbasis ilmiah untuk mengubah perilaku, memperbaiki kebiasaan, dan memperbaiki kehidupan secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang sistematis dan mudah diikuti, James Clear menunjukkan bahwa siapa saja bisa melakukan perubahan yang berarti melalui kekuatan kebiasaan.

Thursday, February 08, 2024

Perbedaan Lutheranisme - Calvinisme - Arminianisme

“For whom he did foreknow, he also did predestinate to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brethren.” 
Romans 8:29 King James Version (KJV)



Silakan klik gambarnya kalau melihat lebih jelas

Teologi "Arminianisme" Penolakan Dari Seorang Pendeta Yang Belajar Doktrin Calvinisme

Arminianisme adalah sistem teologi yang berasal dari pemikiran Jacobus Arminius, seorang teolog Protestan Belanda yang hidup pada abad ke-16. Teologi ini berkembang sebagai tanggapan terhadap ajaran Calvinisme yang dianggap Arminius terlalu menekankan pada predestinasi dan pilihan ilahi yang tidak memperhitungkan peran kehendak bebas manusia (free will).

Salah satu inti dari teologi Arminianisme adalah bahwa kehendak manusia memiliki peran dalam menerima atau menolak keselamatan yang ditawarkan oleh Allah. Berbeda dengan poin-poin TULIP Calvinisme, teologi Arminianisme menekankan pada kebebasan manusia untuk merespons anugerah Allah dan menolak pandangan bahwa penebusan terbatas hanya untuk sebagian orang yang dipilih secara khusus.

Beberapa poin kunci dalam teologi Arminianisme antara lain:

1. Kehendak Bebas
Arminianisme mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk menerima atau menolak tawaran anugerah dan keselamatan Allah. Hal ini berbeda dengan konsep korupsi total dalam Calvinisme yang menyatakan bahwa manusia dalam keadaan korup dan tidak memiliki kemampuan bebas untuk mencari Allah.

2. Keselamatan untuk Semua
Arminianisme menekankan bahwa keselamatan ditawarkan kepada seluruh umat manusia dan bahwa Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Hal ini bertentangan dengan konsep penebusan terbatas dalam Calvinisme.

3. Keselamatan yang Dapat Hilang
Arminianisme mengajarkan bahwa keselamatan dapat hilang jika seseorang secara sadar memilih untuk meninggalkan iman atau menolak anugerah Allah. Hal ini berbeda dengan pandangan Calvinisme mengenai "perseverance of the saints" bahwa orang yang telah ditebus tidak akan kehilangan keselamatannya.

4. Kehendak Allah dan Manusia
Arminianisme menekankan bahwa kehendak manusia dapat bekerja bersama dengan kehendak Allah dalam pertemuan yang bersifat saling mempengaruhi. Hal ini mencerminkan penolakan terhadap pandangan Calvinisme mengenai predestinasi yang mutlak dan tidak memperhitungkan peran kehendak manusia.

Teologi Arminianisme telah mempengaruhi beragam aliran teologi dalam tradisi Protestan, dan perdebatan antara Calvinisme dan Arminianisme telah menjadi topik diskusi yang menarik dalam sejarah teologi Kristen. Sebagian besar denominasi Kristen memiliki pandangan unik terhadap masalah ini, dan banyak cendekiawan dan teolog Kristen yang mempelajari dan mengembangkan teologi berdasarkan paham Arminianisme.

"TULIP" 5 Poin Calvinisme


John Calvin adalah seorang teolog Reformasi terkenal pada abad ke-16 yang menonjolkan konsep pemilihan ilahi, kasih karunia, dan kedaulatan Allah. Karyanya yang paling terkenal adalah "Institusi Agama Kristen" dan kontribusinya membentuk teologi Calvinis yang menekankan kedaulatan ilahi dalam keselamatan manusia. Calvin juga memainkan peran kunci dalam penyebaran teologi Reformasi di Eropa. Konsep pemahaman Calvin yang terkenal adalah TULIP, yang merupakan akronim untuk Total depravity, Unconditional election, Limited atonement, Irresistible grace, Perseverance of the saints. Kelima poin ini merupakan ringkasan doktrin Calvinisme yang dijelaskan dalam Perjanjian Dordrecht yang disusun sebagai tanggapan terhadap teologi Arminianisme.

1. T - Total Depravity (Korupsi Total)
Arti dari Total Depravity adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan berdosa dan korupsi total sebagai akibat dari dosa Adam. Sebagai hasilnya, manusia tidak memiliki kemampuan bebas untuk memilih Allah tanpa campur tangan-Nya.

2. U - Unconditional Election (Pilihan Tak Bersyarat)
Unconditional Election mengajarkan bahwa sejak sebelum penciptaan, Allah telah memilih sebagian orang untuk ditebus dan diselamatkan-Nya, tidak berdasarkan apapun yang ada dalam diri mereka, tetapi semata-mata berdasarkan kehendak-Nya sendiri.

3. L - Limited Atonement (Penebusan Terbatas)
Limited Atonement menyatakan bahwa kematian Kristus hanya untuk orang-orang yang dipilih oleh Allah, dan penebusan-Nya tidak untuk seluruh umat manusia.

4. I - Irresistible Grace (Anugerah yang Tak Terhindarkan)
Irresistible Grace mengajarkan bahwa orang-orang yang telah dipilih oleh Allah tidak akan dapat menolak panggilan-Nya. Ketika Allah memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang ini, mereka akan pasti menerima keselamatan.

5. P - Perseverance of the Saints (Kepastian Keselamatan Orang-orang Kudus)
Perseverance of the Saints berbicara tentang keyakinan bahwa orang yang telah dipilih oleh Allah dan ditebus oleh Kristus akan tetap bertahan dalam iman dan tidak akan jatuh dari keselamatan-Nya.

Teologi TULIP Calvinisme menjadi topik perdebatan yang panas di kalangan teolog dan umat Kristen, terutama karena perbedaan pandangan dengan teologi Arminianisme yang menekankan kebebasan manusia dalam merespons anugerah Allah.

Sunday, January 08, 2023

Nilai Inti (Core Value) Orang Kristen


Makna dari core value atau nilai inti dalam kehidupan manusia Kristen sangatlah signifikan karena mereka mencerminkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Alkitab dan ajaran Yesus Kristus. Nilai inti membentuk landasan moral yang membimbing perilaku, sikap, dan hubungan sesama manusia. Memprioritaskan dan menghayati nilai-nilai ini memungkinkan seorang Kristen untuk lebih dekat dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadi saksi yang efektif bagi kasih-Nya di dunia. Nilai inti juga membimbing dalam mengatasi konflik, membangun hubungan yang sehat, serta membantu sesama dengan ketulusan hati. Dengan menjadikan nilai inti sebagai panduan, seorang Kristen dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan ajaran Alkitab dan berkontribusi dalam memuliakan Tuhan melalui tindakan dan sikapnya.

Nilai Inti (Core Value) yang terdapat dalam Alkitab :

1. Hiduplah dengan melakukan perbuatan baik. (virtue)

Dari sudut pandang Alkitab, "virtue" atau "kebajikan" dapat dilihat dalam pelbagai aspek. Di dalam Perjanjian Baru khususnya, ada beberapa aspek kebajikan yang dijelaskan dan ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati.

Pertama-tama, dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia, terdapat daftar kebajikan yang dikenal sebagai "buah Roh." Dalam Galatia 5:22-23 (TB), disebutkan bahwa "tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Ke-sembilan kebajikan ini dianggap sebagai hasil dari Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan orang percaya.

Selanjutnya, dalam Surat Petrus yang pertama, terdapat penekanan pada keberanian, ketekunan, dan kepantasan dalam iman meskipun menghadapi penderitaan dan ujian. Ini menunjukkan bahwa kebajikan juga mencakup kekuatan moral dan rohani untuk tetap setia kepada ajaran dan jalan Allah, bahkan dalam situasi yang sulit.

Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, terdapat pula penekanan pada kebajikan sebagai fokus pemikiran yang benar. Dalam Filipi 4:8 (TB), disebutkan, "Akhirnya, saudara-saudara, segala sesuatu yang benar, segala sesuatu yang mulia, segala sesuatu yang adil, segala sesuatu yang murni, segala sesuatu yang manis, segala sesuatu yang disanjung, segala kebajikan dan segala pujian--itulah yang harus kamu pikirkan."

Dari sudut pandang Alkitab, kebajikan juga berhubungan dengan kasih, pertobatan, kesetiaan, rendah hati, kesabaran, dan beberapa kualitas lainnya yang ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati. Ini mencakup aspek moral, rohani, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, sesama, dan terhadap Tuhan.

Secara keseluruhan, konsep kebajikan dalam Alkitab menekankan pada keharmonisan hidup yang diselaraskan dengan kehendak Ilahi, serta menunjukkan karakteristik yang bersifat moral, rohani, dan mental yang dihargai dan diusahakan dalam kehidupan beriman.

2. Memilikilah pengetahuan tentang cara hidup yang bijaksana. (knowledge)

Dalam sudut pandang Alkitab, "knowledge" atau "pengetahuan" merupakan suatu konsep yang penting dan ditekankan dalam konteks iman dan kehidupan rohani. Alkitab memberikan banyak pengajaran tentang makna dan nilai dari pengetahuan, serta bagaimana pengetahuan itu seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama-tama, Alkitab menekankan bahwa pengetahuan yang utama adalah pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya. Dalam Kitab Mazmur 111:10 (TB) disebutkan, "Takut akan TUHAN adalah pokok hikmat; segala orang yang melaksanakannya memperoleh pengertian yang baik." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang sejati dan bermanfaat berasal dari pengetahuan akan keberadaan dan kehendak Allah, yang membawa hikmat dan pengertian yang benar.

Selanjutnya, Alkitab juga menekankan pentingnya pengetahuan yang benar dan tulus sebagai landasan bagi kebenaran dan kehidupan yang benar. Dalam Surat Paulus kepada jemaat di Kolose 2:8 (TB) disebutkan, "Waspadailah, supaya jangan ada orang yang menawan kamu dengan filsafat dan tipu daya yang hampa, sesuai dengan ajaran orang-orang yang hidup dalam kemewahan sejati, dan bukan sesuai dengan Kristus." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan merupakan hal yang penting bagi kehidupan rohani yang kokoh.

Pengetahuan dalam Alkitab juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman akan kebenaran-kebenaran rohani, seperti dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 1:17 (TB), "supaya Allah Tuhan kita, Yesus Kristus yang mulia, yaitu Bapak Maha Kuasa, memberikan kamu roh hikmat dan penglihatan, supaya kamu mengenal Dia dengan betul." Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar juga mencakup pemahaman yang benar akan kerasulannya dan kebenaran-kebenaran ilahi yang diungkapkan melalui Kristus.

Dari sudut pandang Alkitab, pengetahuan juga dilihat sebagai landasan bagi pertumbuhan spiritual dan moral. Dalam Surat Petrus yang kedua, ayat 3-8 (TB) disebutkan, "Sebab, oleh kuasa-Nya kita diberi segala sesuatu yang berkenan kepada hidup dan pertobatan, oleh pengetahuan akan Dia yang telah memanggil kita oleh kemuliaan dan kebajikan-Nya, yang oleh perantaraan-Nya telah diberikan kepada kita segala janji yang yang sangat besar dan yang berharga, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, setelah melepaskan diri dari kebinasaan yang ada di dunia akibat nafsu-nafsu nista. Karena itu, saudara-saudara, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk semakin bertambah teguh pangkal imanmu; dan kepada teguh pangkal itu, berilah penambahan pengetahuan; kepada pengetahuan itu, berilah penambahan penguasaan diri; kepada penguasaan diri itu, berilah penambahan ketekunan; kepada ketekunan itu, berilah penambahan kebajikan; kepada kebajikan itu, berilah penambahan kasih mesra."

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sudut pandang Alkitab, pengetahuan dilihat sebagai wawasan dan pemahaman yang penting dalam kehidupan rohani dan moral. Pengetahuan yang benar dan bersumber dari Firman Tuhan merupakan landasan bagi hikmat, kebenaran, pertumbuhan spiritual, dan kehidupan yang berkenan kepada Allah. Oleh karena itu, Alkitab menekankan pentingnya mengejar pengetahuan yang benar dan mempergunakan pengetahuan itu dalam cara yang sesuai dengan kehendak Allah.

3. Belajarlah menguasai diri. (self-control)

Dalam sudut pandang Alkitab, "self control" atau "kendali diri" merupakan karakteristik yang penting dalam kehidupan seorang percaya. Salah satu ayat yang menggambarkan pentingnya self control adalah 2 Timotius 1:7, yang menyatakan bahwa "Sebab Allah memberikan kepada kita roh bukan dari ketakutan, melainkan roh yang penuh kuasa, kasih, dan ketenangan diri". Ini menekankan bahwa sebagai orang percaya, kita diberi kuasa oleh Allah untuk memiliki kendali diri dalam menghadapi berbagai situasi.

Pengendalian diri dalam Alkitab juga berkaitan dengan penguasaan diri terhadap hawa nafsu dan godaan. Dalam Galatia 5:22-23, buah Roh yang pertama disebutkan adalah kasih, sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, dan penguasaan diri. Ini menunjukkan bahwa pengendalian diri adalah hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya.

Selain itu, Alkitab juga menyatakan pentingnya kendali diri dalam hal perkataan dan tindakan. Misalnya, dalam Yakobus 1:19, dikatakan, "Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, hendaklah setiap orang menjadi cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat menjadi marah". Hal ini menekankan pentingnya kendali diri dalam bereaksi terhadap situasi sehari-hari.

Dengan demikian, dari sudut pandang Alkitab, kendali diri dipandang sebagai hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya dan sebagai wujud dari pertumbuhan spiritual dalam menanggapi berbagai situasi dengan kasih, hikmat, dan penuh kuasa yang diberikan oleh Allah.

4. Bertahanlah dalam kesusahan. (steadfastness)

Dalam sudut pandang Alkitab, "steadfastness" atau "ketetapan hati" merujuk pada keteguhan, ketegaran, dan kesetiaan yang kokoh dalam iman dan pengikut Yesus Kristus. Konsep ini memiliki kedalaman teologis yang dalam dalam Alkitab.

Salah satu contoh ketetapan hati dalam Alkitab adalah yang diungkapkan dalam 1 Korintus 15:58, yang berbunyi, "Jadi, saudara-saudaraku yang kukasihi, teguhlah hatimu dan tetaplah teguh, dan giatlah senantiasa dalam pekerjaan Tuhan, yang kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia." Ayat ini menekankan pentingnya ketetapan hati dalam menjalani kehidupan, terutama dalam pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan.

Dalam hal ini, ketetapan hati juga berarti bertahan dalam iman meskipun dihadapkan pada cobaan, penderitaan, atau perlawanan. Hal ini tercermin dalam Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab setelah ia tahan ujian, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan kepada orang yang mengasihi Dia." Ayat ini menegaskan bahwa ketetapan hati membawa berkat dan pahala yang dijanjikan kepada mereka yang setia dan tetap dalam iman mereka.

Selain itu, ketetapan hati juga mencakup kesetiaan yang kokoh terhadap ajaran-ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip moral yang diajarkan oleh Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 5:21, Paulus menulis, "Ujilah segala sesuatu, peganglah yang baik." Ini menunjukkan pentingnya tetap teguh pada kebenaran dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh dunia.

Dari sudut pandang Alkitab, ketetapan hati merupakan bagian integral dari hidup seorang percaya dan menunjukkan kesetiaan, keteguhan, dan kesungguhan dalam iman, pengabdian, dan prinsip-prinsip yang diberlakukan dalam hidup sehari-hari. Ini juga merupakan hasil dari karya Roh Kudus yang memperkokoh dan memampukan setiap orang percaya untuk tetap teguh dalam iman dan kasihnya kepada Tuhan.

5. Berusahalah untuk hidup semakin sesuai kemauan Allah. (godliness) 

Dalam konteks Alkitab, "godliness" atau "kesalehan" merujuk pada kesetiaan dan ketulusan dalam hidup yang menghormati dan memuliakan Allah. Istilah ini mencakup hubungan pribadi yang mendalam dengan Tuhan dan refleksi dari karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Perjanjian Baru, kesalehan ditekankan sebagai bagian integral dari hidup beriman yang sejati.

Salah satu penjelasan tentang kesalehan dapat ditemukan dalam 1 Timotius 4:7-8, di mana rasul Paulus menuliskan, "Tinggalkanlah dongeng-dongeng yang kosong dan tidak berharga itu. Latihan jasmani itu memang kurang bermanfaat, tetapi ibadah rohani adalah berguna sekali, karena ia berguna di dalam segala sesuatu, baik untuk hidup sekarang maupun untuk hidup yang akan datang." Ayat ini menekankan bahwa godliness bukan hanya tentang tindakan eksternal, tetapi lebih pada hubungan spiritual yang dalam dengan Tuhan.

Kesalehan juga melibatkan perubahan karakter dan pikiran yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam 2 Petrus 1:3, rasul Petrus menulis, "Karena kekuasaan ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan dan kesalehan, oleh pengenalan Dia yang telah memanggil kita dengan mempersembahkan kepada kita sendiri kemuliaan dan kebajikan-Nya." Artinya, kesalehan tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan manusia semata, tetapi melalui kuasa Tuhan dan pengaruh Roh Kudus.

Selain itu, kesalehan juga mencakup hidup yang terfokus pada kemuliaan Allah dan pelayanan kepada sesama. Dalam 1 Timotius 2:2, Paulus mendorong agar orang percaya hidup dengan kesalehan dan keheningan, serta saling mengasihi dan mendoakan sesama. Hal ini menunjukkan bahwa kesalehan tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain.

Dari sudut pandang Alkitab, kesalehan mencakup aspek spiritual, moral, dan pelayanan dalam menjalani hidup yang menghormati dan mengasihi Allah. Hal ini dibangun melalui persekutuan yang erat dengan Tuhan, pertumbuhan dalam karakter Kristus, dan kepedulian terhadap kebutuhan sesama. Kesalehan menandai transformasi hati dan pikiran seseorang sehingga mencerminkan gambaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

6. Belajarlah mengasihi saudara-saudari seiman. (brotherly affection) 

"Brotherly affection" atau "kasih persaudaraan" dalam konteks Alkitab merujuk pada hubungan kasih yang hangat dan penuh kasih sayang antara saudara-saudara seiman. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan kasih sayang dan keterikatan yang erat di antara orang percaya sebagai bagian dari tubuh Kristen.

Dalam Kitab Roma 12:10, rasul Paulus menulis, "Dengan saling mengasihi dalam kasih persaudaraan, hendaklah kamu saling menghormati satu sama lain." Ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan bukan hanya sekedar hubungan sosial, tetapi merupakan bagian penting dari kehidupan Kristen yang saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.

Dalam 1 Petrus 1:22, rasul Petrus juga menekankan pentingnya kasih persaudaraan, "Karena kamu telah menyucikan jiwamu dalam menaati kebenaran dan mengalami kasih kekeluargaan, janganlah sampai kamu melupakan keikhlasan." Kasih kekeluargaan di sini menunjukkan hubungan yang erat dan kasih sayang di antara anggota keluarga Allah.

Kasih persaudaraan juga menekankan pentingnya hubungan yang sehat dan terjalin erat di dalam komunitas gereja. Dalam Kisah Para Rasul 2:42, dijelaskan bahwa orang percaya bertekun dalam ajaran rasul, dalam persekutuan, dalam memecahkan roti, dan dalam doa. Hal ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari umat percaya.

Dari sudut pandang Alkitab, kasih persaudaraan melibatkan pengorbanan diri, kasih sayang, dan hubungan yang erat di antara anggota tubuh Kristus. Hal ini menekankan pentingnya kasih dalam hubungan sesama percaya, baik dalam gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kasih persaudaraan memperlihatkan ciri khas umat percaya yang mengasihi satu sama lain seperti keluarga sejati, yang didorong oleh kasih Kristus.

Dalam kesimpulan, kasih persaudaraan menurut Alkitab memainkan peran vital dalam kehidupan umat percaya, menekankan kasih sayang, pengorbanan diri, dan keterikatan yang erat di antara saudara-saudara seiman.

7. Nyatakanlah kasih kepada semua orang dengan perbuatan. (unselfish love)

"Unselfish love" atau "kasih tanpa pamrih" dapat kita temukan dalam Alkitab sebagai konsep yang sangat penting dalam ajaran Kitab Suci. Dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, konsep ini disebut sebagai "agape," yang merupakan kasih yang tidak egois, penuh pengorbanan, dan penuh belas kasihan.

Dalam Kitab 1 Korintus 13:4-7, rasul Paulus memberikan penjelasan yang sangat jelas tentang sifat dari kasih agape:
 
"Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungannya sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena kejahatan, tetapi kasih bersukacita karena kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, kasih percaya kepada segala sesuatu, kasih mengharapkan segala sesuatu, kasih sabar menanggung segala sesuatu."

Dari sudut pandang Alkitab, kasih tanpa pamrih ini adalah kasih yang murni, tanpa mengharapkan imbalan, dan tanpa memandang status atau kondisi. Kasih ini dipandang sebagai karakter dari Allah sendiri, yang dinyatakan dalam kasih-Nya yang sempurna dan penebusan-Nya melalui Yesus Kristus.

Kasih tanpa pamrih ini juga ditekankan sebagai prinsip utama dalam hubungan sesama manusia. Yesus sendiri menegaskan pentingnya kasih tanpa pamrih dalam Matius 22:39, "Dan yang kedua (hukum yang terbesar), serupa dengan itu, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Dalam 1 Yohanes 4:7-8, penulis menulis, "Hendaklah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa kasih yang tanpa pamrih adalah ciri khas dari anak-anak Allah, karena kasih berasal dari Allah sendiri.

Dengan demikian, kasih tanpa pamrih dalam perspektif Alkitab adalah kasih yang penuh kesabaran, pengorbanan, belas kasihan, dan kerelaan untuk mengasihi tanpa memandang keuntungan diri sendiri. Ini adalah kasih yang bersumber dari Allah dan menjadi ciri khas dari orang percaya yang mengenal dan mengikuti Kristus.

Dalam kesimpulannya, kasih tanpa pamrih atau kasih yang tidak egois merupakan konsep utama dalam Alkitab yang menekankan pengorbanan, kesabaran, belas kasihan, dan ketulusan. Konsep ini memainkan peran sentral dalam ajaran Perjanjian Baru dan merupakan ciri khas dari hubungan antara manusia dan dengan Allah.

Daftar Pustaka :
  • Alkitab

Wednesday, October 12, 2022

Doa "Segala Hal Berjalan Dengan Baik"

Professor Makoto Shichida
Saya meminta kepada Tuhan kekuatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-hal besar, Tapi saya dianugerahkan kerapuhan agar saya dapat belajar rendah hati.

Saya meminta kesehatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-hal yang luar biasa, Saya diberikan kelemahan agar saya dapat belajar untuk melakukan hal-hal yang lebih baik.

Saya meminta kekayaan yang memungkinkan saya untuk hidup bahagia, Saya diberikan kemiskinan agar saya dapat belajar menjadi bijaksana.

Saya meminta kesuksesan yang memungkinkan saya mendapatkan pujian-pujian dari manusia, Saya diberikan kegagalan agar saya belajar untuk mengandalkan Tuhan

Saya meminta semua hal yang memungkinkan saya untuk menikmati hidup, Saya diberikan kehidupan agar saya dapat menikmatin segala sesuatu.

Saya tidak mendapatkan apapun yang saya minta, tetapi semua yang saya harapkan didengarkan.

Terlepas dari apapun yang dikehendaki Tuhan, Hampir semua doa saya yang tak terucapkan telah dijawab.

Saya adalah salah satu orang yang paling diberkati.


Daftar Pustaka :
  • Makoto Shichida (2014), Whole Brain Power Judul Asli: Zen no Ryoku. Jakarta: PT. Gramedia.

"Manusia Indonesia" oleh Mochtar Lubis

"Manusia Indonesia" adalah buku karya Mochtar Lubis yang diterbitkan pada tahun 1977, yang mengulas karakteristik negatif masyarak...