Saturday, January 18, 2025

PENGETAHUAN (knowledge), PEMAHAMAN (understanding), dan KEBIJAKSANAAN (wisdom)

1. Amsal 2:6

English Standard Version (ESV):
For the LORD gives wisdom; from his mouth come knowledge and understanding.

New International Version (NIV):
For the LORD gives wisdom; from his mouth come knowledge and understanding.

King James Version (KJV):
For the LORD giveth wisdom: out of his mouth cometh knowledge and understanding.


2. Amsal 9:10

English Standard Version (ESV):
The fear of the LORD is the beginning of wisdom, and the knowledge of the Holy One is insight.

New International Version (NIV):
The fear of the LORD is the beginning of wisdom, and knowledge of the Holy One is understanding.

King James Version (KJV):
The fear of the LORD is the beginning of wisdom: and the knowledge of the holy is understanding.


3. Amsal 24:3-4

English Standard Version (ESV):
By wisdom a house is built, and by understanding it is established; by knowledge the rooms are filled with all precious and pleasant riches.

New International Version (NIV):
By wisdom a house is built, and through understanding it is established; through knowledge its rooms are filled with rare and beautiful treasures.

King James Version (KJV):
Through wisdom is an house builded; and by understanding it is established: And by knowledge shall the chambers be filled with all precious and pleasant riches.


4. Kolose 1:9

English Standard Version (ESV):
And so, from the day we heard, we have not ceased to pray for you, asking that you may be filled with the knowledge of his will in all spiritual wisdom and understanding.

New International Version (NIV):
For this reason, since the day we heard about you, we have not stopped praying for you. We continually ask God to fill you with the knowledge of his will through all the wisdom and understanding that the Spirit gives.

King James Version (KJV):
For this cause we also, since the day we heard it, do not cease to pray for you, and to desire that ye might be filled with the knowledge of his will in all wisdom and spiritual understanding.


Pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), dan kebijaksanaan (wisdom) dalam Alkitab memiliki hubungan yang erat, namun masing-masing konsep ini mengandung aspek yang berbeda, yang saling melengkapi untuk membentuk kehidupan yang penuh dengan hikmat Tuhan.

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah adalah informasi atau fakta yang kita ketahui tentang sesuatu. Dalam konteks Alkitab, pengetahuan berarti memahami siapa Tuhan, apa yang Dia ajarkan dalam firman-Nya, dan bagaimana kita seharusnya hidup. Pengetahuan ini adalah Informasi Dasar yang kita perlukan untuk memahami hidup dengan benar. Kita mendapatkan pengetahuan ini melalui Alkitab, yang adalah wahyu Tuhan, dan juga melalui pengalaman hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Pengetahuan ini sangat penting karena menjadi fondasi untuk mengerti lebih dalam dan untuk hidup dengan bijaksana.

Ayat Pendukung:

  • Kolose 1:9 - "Supaya kamu dipenuhi dengan pengetahuan kehendak-Nya dalam segala hikmat dan pengertian rohani."
  • Amsal 2:6 - "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan pengertian."

Penafsiran Ahli Teologi: Menurut ahli teologi, pengetahuan dalam Alkitab tidak hanya sekedar informasi kognitif, tetapi juga pemahaman yang datang dari Tuhan. Pengetahuan ini mengacu pada pengenalan akan Tuhan dan kehendak-Nya, yang dibutuhkan untuk membangun dasar yang kuat dalam kehidupan rohani. Pengetahuan ini harus diterima dengan hati yang terbuka untuk melihat firman Tuhan bukan hanya sebagai informasi, tetapi sebagai kebenaran yang mempengaruhi seluruh aspek hidup.

2. Pemahaman (Understanding)

Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memaknai informasi yang telah diterima, baik itu pengetahuan tentang Tuhan maupun tentang kehidupan. Pemahaman melibatkan wisdom of the heart, yang membantu kita untuk menghubungkan pengetahuan dengan realitas praktis. Ini lebih mendalam daripada pengetahuan karena melibatkan penerimaan dan pengolahan informasi tersebut dengan cara yang membawa perubahan dalam cara berpikir dan bertindak.

Ayat Pendukung:

  • Amsal 9:10 - "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."
  • Amsal 24:3-4 - "Dengan hikmat rumah didirikan, dan dengan pengertian itu diteguhkan, dengan pengetahuan kamar-kamarnya penuh dengan segala harta benda yang indah."

Penafsiran Ahli Teologi: Menurut para ahli teologi, pemahaman lebih daripada sekadar pengetahuan karena ia menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman dan realitas kehidupan kita. Pemahaman adalah pencapaian yang lebih dalam, yang memungkinkan seseorang untuk menilai dan memahami situasi kehidupan dengan cara yang lebih holistik. Dalam konteks Alkitab, pemahaman itu bukan hanya kognitif, tetapi juga rohani, yang memungkinkan kita untuk melihat kehendak Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.

3. Kebijaksanaan (Wisdom)

Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (understanding) dengan cara yang tepat dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kebijaksanaan melibatkan pengambilan keputusan yang bijak dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini bukan hanya tentang memiliki informasi atau memahami sesuatu, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup berdasarkan informasi tersebut. Kebijaksanaan menunjukkan aplikasi praktis dari pengetahuan dan pemahaman dalam konteks kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Tuhan.

Ayat Pendukung:

  • Amsal 2:6 - "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan pengertian."
  • Amsal 24:3-4 - "Dengan hikmat rumah didirikan, dan dengan pengertian itu diteguhkan, dengan pengetahuan kamar-kamarnya penuh dengan segala harta benda yang indah."
  • Kolose 1:9 - "Supaya kamu dipenuhi dengan pengetahuan kehendak-Nya dalam segala hikmat dan pengertian rohani."

Penafsiran Ahli Teologi: Kebijaksanaan dalam Alkitab dipahami sebagai kemampuan untuk hidup dengan cara yang mencerminkan karakter Tuhan, dengan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip-Nya. Kebijaksanaan ini tidak datang hanya dari pengetahuan atau pemahaman semata, tetapi melalui penerimaan penuh terhadap panduan Tuhan dalam hidup kita. Kebijaksanaan adalah kualitas rohani yang memungkinkan seseorang untuk mengenal kehendak Tuhan dan mengimplementasikannya dengan cara yang benar, baik dalam keputusan besar maupun kecil dalam hidup.

Hubungan antara Pengetahuan, Pemahaman, dan Kebijaksanaan

Secara sederhana, pengetahuan adalah informasi, pemahaman adalah pengertian terhadap informasi tersebut, dan kebijaksanaan adalah aplikasi praktis dari informasi dan pemahaman tersebut. Ketiganya berjalan bersama-sama dalam kehidupan Kristen yang penuh hikmat:

  1. Pengetahuan memberikan kita dasar informasi tentang Tuhan dan kehendak-Nya. Tanpa pengetahuan, kita tidak tahu apa yang benar.
  2. Pemahaman membantu kita mengerti apa arti dari pengetahuan itu dalam konteks kehidupan sehari-hari. Tanpa pemahaman, kita hanya memiliki informasi yang tidak kita aplikasikan dengan bijak.
  3. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk mengambil pengetahuan dan pemahaman tersebut dan mengaplikasikannya dengan bijaksana, sesuai dengan kehendak Tuhan. Tanpa kebijaksanaan, pengetahuan dan pemahaman tidak menghasilkan perubahan yang berarti dalam kehidupan kita.

KESIMPULAN

Dalam teologi Kristen, pengetahuan, pemahaman, dan kebijaksanaan adalah unsur-unsur yang saling melengkapi yang memungkinkan umat percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengetahuan memberikan dasar informasi, pemahaman memberikan kedalaman dalam mengerti, dan kebijaksanaan mengajarkan bagaimana menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Ketiganya adalah karunia Tuhan yang diperoleh melalui wahyu-Nya, dan memerlukan pencarian yang tulus untuk memahami dan mengaplikasikan kebenaran-Nya.

MALAIKAT dalam Alkitab

Malaikat adalah makhluk supranatural yang sering disebut dalam Alkitab sebagai utusan atau pelayan Allah. Mereka memainkan peran penting dalam rencana Allah untuk dunia dan umat manusia. Berikut adalah penjelasan tentang asal-usul, sifat, fungsi, dan peran mereka dalam Alkitab.


1. Asal-Usul dan Sifat Malaikat

  1. Penciptaan Malaikat

    • Malaikat diciptakan oleh Allah (Kolose 1:16).
      "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik takhta-takhta, maupun kerajaan-kerajaan, baik pemerintah-pemerintah, maupun penguasa-penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia."
  2. Sifat Malaikat

    • Makhluk Rohani: Mereka tidak memiliki tubuh jasmani tetapi dapat menampakkan diri dalam bentuk manusia (Ibrani 1:14, Kejadian 18:1-3).
    • Kudus: Malaikat setia kepada Allah dan disebut kudus (Markus 8:38).
    • Abadi: Mereka tidak mengalami kematian (Lukas 20:36).
    • Berpengetahuan dan Kuat: Mereka memiliki hikmat dan kekuatan yang besar, tetapi tetap terbatas dibandingkan dengan Allah (Mazmur 103:20, 2 Petrus 2:11).

2. Fungsi dan Peran Malaikat

  1. Penyembah Allah

    • Tugas utama malaikat adalah menyembah Allah di surga (Yesaya 6:1-3, Wahyu 5:11-12).
      "Mereka berseru seorang kepada yang lain: 'Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!'"
  2. Utusan Allah

    • Malaikat sering diutus untuk menyampaikan pesan kepada manusia, seperti kepada Abraham (Kejadian 18), Maria (Lukas 1:26-38), dan para gembala (Lukas 2:8-14).
  3. Pelindung Umat Allah

    • Malaikat bertugas melindungi umat Allah (Mazmur 91:11-12, Daniel 6:22).
      "Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."
  4. Eksekutor Penghakiman

    • Mereka juga menjalankan penghakiman Allah atas dosa, seperti menghukum Sodom dan Gomora (Kejadian 19) atau membunuh pasukan Asyur (2 Raja-raja 19:35).
  5. Pendamping dan Penolong

    • Malaikat membantu orang percaya dalam berbagai situasi, seperti membebaskan Petrus dari penjara (Kisah Para Rasul 12:7-11).

3. Hierarki Malaikat

Alkitab menunjukkan bahwa malaikat memiliki hierarki atau tingkatan:

  1. Malaikat Agung (Archangel)

    • Malaikat tertinggi yang dikenal adalah Mikhael (Yudas 1:9, Daniel 10:13). Ia sering digambarkan sebagai pelindung Israel dan pemimpin pasukan surga (Wahyu 12:7).
    • Gabriel adalah malaikat yang dikenal sebagai utusan Tuhan yang membawa wahyu penting (Lukas 1:26-28).
  2. Kerubim dan Serafim

    • Kerubim: Malaikat yang sering kali berfungsi sebagai penjaga dan pelindung kekudusan Allah. Mereka juga digambarkan sebagai makhluk yang memiliki berbagai ciri (seperti wajah manusia, singa, lembu, dan burung). (Kejadian 3:24, Keluaran 25:18-22, Yehezkiel 10:1-2).
    • Serafim: Malaikat yang berada di sekitar takhta Tuhan, memuji dan menyembah-Nya tanpa henti. (Yesaya 6:1-7).
  3. Malaikat Biasa

    • Malaikat lainnya bertugas sebagai pelayan Allah tanpa nama tertentu.

4. Malaikat Jatuh dan Iblis

  1. Keberadaan Malaikat Jatuh

    • Beberapa malaikat memberontak melawan Allah di bawah kepemimpinan Lucifer (Yesaya 14:12-15, Yehezkiel 28:12-17). Mereka disebut sebagai malaikat yang jatuh dan menjadi musuh Allah.
  2. Iblis (Satan)

    • Iblis adalah pemimpin malaikat yang jatuh, yang terus melawan pekerjaan Allah (Wahyu 12:9, 1 Petrus 5:8).
    • Malaikat yang jatuh ini kini dikenal sebagai roh-roh jahat atau setan.

5. Aplikasi bagi Orang Percaya

  1. Kesadaran Akan Perlindungan Allah

    • Orang percaya dapat bersyukur atas perlindungan Allah melalui malaikat-Nya (Mazmur 34:8).
  2. Penyembahan yang Benar

    • Malaikat tidak boleh disembah (Wahyu 19:10). Fokus penyembahan tetap hanya kepada Allah.
  3. Kesaksian Tentang Keagungan Allah

    • Keberadaan malaikat menunjukkan keagungan dan kemuliaan Allah sebagai Pencipta.

Malaikat adalah makhluk yang diciptakan untuk melayani Allah dan berperan dalam rencana-Nya yang besar. Meskipun peran mereka signifikan, Alkitab mengingatkan bahwa fokus utama iman kita harus tetap pada Allah dan karya penebusan-Nya melalui Yesus Kristus.

Nama orang percaya dalam BUKU KEHIDUPAN (The Book of Life)


Buku Kehidupan dalam Alkitab adalah istilah simbolis yang merujuk pada catatan Allah mengenai nama-nama orang yang akan menerima kehidupan kekal. Konsep ini sering digunakan untuk menekankan hubungan seseorang dengan Allah, kelayakan untuk keselamatan, dan jaminan kehidupan kekal bagi umat-Nya.

Penjelasan Buku Kehidupan berdasarkan Alkitab

  1. Sebagai Daftar Orang yang Diselamatkan
    Buku Kehidupan adalah catatan simbolis yang menunjukkan siapa saja yang akan menerima keselamatan dan hidup kekal bersama Allah. Ayat-ayat seperti Wahyu 20:15 menjelaskan bahwa hanya mereka yang namanya tertulis dalam Buku Kehidupan yang akan luput dari penghukuman kekal:
    "Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api."

  2. Catatan tentang Hidup yang Benar
    Dalam Filipi 4:3, Paulus menyebut beberapa rekannya yang bekerja untuk Injil sebagai orang-orang "yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan." Ini menunjukkan bahwa nama dalam Buku Kehidupan menggambarkan hidup yang setia kepada Allah.

  3. Hubungan dengan Penghakiman
    Dalam Wahyu 20:12, Buku Kehidupan disebut bersama kitab-kitab lain yang digunakan dalam penghakiman terakhir:
    "Dan kitab-kitab dibuka. Lalu dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka."
    Hal ini menunjukkan bahwa Buku Kehidupan adalah catatan Allah tentang mereka yang akan menerima penghakiman yang membawa pada kehidupan kekal.

  4. Jaminan bagi Orang Percaya
    Dalam Wahyu 3:5, Kristus memberikan janji kepada mereka yang menang:
    "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan."
    Ayat ini menunjukkan bahwa orang percaya yang tetap setia memiliki jaminan nama mereka tidak akan dihapus dari Buku Kehidupan.

Pertanyaan tentang apakah nama dalam "Buku Kehidupan" bisa dihapus atau tidak adalah topik yang sering dibahas dalam teologi Kristen. Ada berbagai pandangan berdasarkan penafsiran ayat-ayat Alkitab tertentu :

1. Ayat yang Mendukung Kemungkinan Nama Bisa Terhapus

Keluaran 32:32-33

Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu—dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis. Tuhan menjawab Musa, "Barangsiapa yang berdosa terhadap Aku, nama orang itulah yang akan Kuhapus dari dalam kitab-Ku."

Ayat ini menunjukkan bahwa nama seseorang bisa dihapus dari kitab tersebut akibat dosa.

Wahyu 3:5

Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Frasa ini seolah menyiratkan bahwa penghapusan nama adalah kemungkinan, tetapi dapat dicegah jika seseorang menang dalam iman.

2. Ayat yang Menunjukkan Nama Tidak Akan Terhapus

Yohanes 10:27-29

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.

Ayat ini menunjukkan keamanan kekal bagi orang-orang percaya sejati. Nama mereka dalam Kitab Kehidupan tidak akan dihapus karena mereka dijaga oleh Allah.

Roma 8:38-39

Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, ... maupun kuasa-kuasa, ... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Kasih Allah kepada umat-Nya memberikan jaminan bahwa mereka akan tetap bersama-Nya.

3. Pandangan Teologis

a. Nama Bisa Terhapus (Pandangan Arminian)

Pendukung pandangan ini percaya bahwa nama seseorang bisa dicatat dalam Buku Kehidupan tetapi dapat dihapus jika orang tersebut berpaling dari iman atau hidup dalam ketidaktaatan. Dasarnya adalah bahwa keselamatan dapat hilang melalui dosa yang terus-menerus tanpa pertobatan.

Ayat Pendukung:

  • Keluaran 32:33: "Barangsiapa yang telah berbuat dosa kepada-Ku, akan Kuhapuskan namanya dari dalam kitab-Ku."

  • Wahyu 3:5: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan."

Kutipan Teolog:

  • Charles Finney dalam "Lectures on Systematic Theology" menjelaskan: "Nama yang dicatat di dalam Buku Kehidupan adalah simbol dari penerimaan Allah. Namun, orang yang berbalik dari kasih karunia dapat kehilangan hak istimewa ini melalui ketidaktaatan."

b. Nama Tidak Bisa Terhapus (Pandangan Calvinis)

Pendukung pandangan ini percaya bahwa mereka yang benar-benar diselamatkan tidak dapat kehilangan keselamatan mereka. Nama yang tertulis dalam Buku Kehidupan sejak kekekalan tidak akan pernah dihapus.

Ayat Pendukung:

  • Yohanes 10:28-29: "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya; dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku."

  • Wahyu 13:8: "Nama-nama mereka tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan Anak Domba."

Kutipan Teolog:

  • John MacArthur dalam "Saved Without a Doubt" menulis: "Mereka yang dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan akan tetap aman di tangan-Nya. Buku Kehidupan adalah catatan Allah tentang mereka yang ditebus, dan tidak ada yang dapat menghapus nama-nama tersebut."

c. Nama Sebagai Simbol (Pendekatan Metaforis)

Beberapa teolog memahami Buku Kehidupan sebagai metafora untuk hubungan seseorang dengan Allah. Penghapusan nama tidak selalu literal tetapi melambangkan pemisahan dari Allah akibat ketidaksetiaan.

Kutipan Teolog:

  • Gregory Boyd dalam "God of the Possible" menjelaskan: "Penghapusan nama dari Buku Kehidupan adalah gambaran konsekuensi spiritual bagi mereka yang memilih untuk meninggalkan Allah. Itu bukan tindakan arbitrer, melainkan respons terhadap pilihan manusia."

KESIMPULAN

Pandangan teologis tentang apakah nama bisa terhapus dari Buku Kehidupan sangat bergantung pada pemahaman tentang keselamatan, anugerah, dan kehendak bebas. Pandangan ini mencerminkan perbedaan dalam tradisi teologi Arminian, Calvinis, dan pendekatan simbolis.

Namun, fokus utama bagi orang percaya seharusnya adalah:

  1. Hidup setia kepada Kristus dan mengandalkan kasih karunia-Nya.

  2. Menjaga iman melalui doa, firman Tuhan, dan komunitas iman.

  3. Berjuang untuk menang, sebagaimana disebutkan dalam Wahyu 3:5, agar nama tetap diakui di hadapan Bapa.

Perdebatan teologis ini tidak mengurangi pentingnya berpegang teguh pada janji keselamatan dalam Kristus.


Friday, January 17, 2025

2 Samuel 24:1-10 VS 1 Tawarikh 21:1-8


Perbandingan antara 2 Samuel 24:1-10 dan 1 Tawarikh 21:1-8 merupakan salah satu contoh menarik tentang variasi perspektif dalam kitab sejarah Alkitab. Kedua bagian ini mencatat peristiwa yang sama, yaitu sensus yang dilakukan oleh Raja Daud, tetapi penulisnya memberikan penekanan teologis yang berbeda.

1. Perbedaan Penulis dan Tujuan

  • 2 Samuel 24:1-10 ditulis dari perspektif Deuteronomis, yang menekankan keadilan Allah dalam menghukum dosa umat-Nya. Dalam ayat 1, dikatakan bahwa "murka Tuhan bangkit terhadap orang Israel," dan Tuhan mengizinkan Daud untuk melakukan sensus sebagai bagian dari hukuman atas dosa bangsa.
  • 1 Tawarikh 21:1-8, ditulis dalam konteks pasca-pembuangan, memiliki fokus yang berbeda. Di sini, yang disebutkan sebagai penggerak sensus adalah "Satan" (Ibrani: שָּׂטָן Satan). Dalam tradisi Yahudi pasca-pembuangan, "Satan" sering dipahami sebagai agen penyesat atau penguji manusia.

2. Makna Teologis

a. Kedaulatan Allah (2 Samuel 24:1-10)

  • Dalam 2 Samuel, Tuhanlah yang memegang kendali atas segala sesuatu, termasuk membangkitkan murka-Nya dan mengizinkan Daud melakukan sensus. Ini menunjukkan bahwa Allah berdaulat, bahkan ketika umat-Nya jatuh dalam dosa.
  • Namun, tindakan Daud melakukan sensus tanpa perintah Tuhan dianggap dosa karena mencerminkan kepercayaan diri yang salah pada kekuatan militer dan bukan pada Tuhan.

b. Godaan dan Tanggung Jawab Manusia (1 Tawarikh 21:1-8)

  • Dalam 1 Tawarikh, Satan disebut sebagai penggerak sensus, menyoroti tema godaan dan tanggung jawab manusia. Satan di sini adalah penguji yang memanfaatkan kelemahan Daud.
  • Namun, Daud tetap bertanggung jawab atas tindakannya. Setelah menyadari dosanya, ia bertobat, yang menunjukkan pentingnya pengakuan dosa dan pemulihan hubungan dengan Tuhan.

3. Dosa dalam Konteks

  • Dalam kedua teks, sensus dianggap sebagai dosa karena menekankan kepercayaan pada jumlah tentara daripada pada Allah. Sensus ini adalah simbol keangkuhan manusia dan kurangnya iman.

4. Pesan Penting

  • Allah adalah Hakim yang Adil. Dalam kedua bagian, dosa membawa konsekuensi, baik itu murka Tuhan (2 Samuel) maupun godaan dari Satan (1 Tawarikh).
  • Pertobatan Membawa Pemulihan. Daud menyadari dosanya, bertobat, dan memohon belas kasihan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun manusia berdosa, kasih karunia Allah selalu tersedia bagi yang bertobat.
  • Kedaulatan Allah vs. Tindakan Satan. Meskipun Satan bertindak sebagai penguji, Allah tetap memegang kendali atas semua peristiwa. Hal ini mengingatkan pembaca bahwa tidak ada kuasa yang lebih besar daripada Allah.

KESIMPULAN

Kedua catatan ini menunjukkan dimensi yang berbeda tetapi saling melengkapi:

  • 2 Samuel menekankan kedaulatan Allah dan pentingnya umat mempercayai-Nya.
  • 1 Tawarikh menyoroti godaan dari kekuatan luar (Satan) tetapi tetap menekankan tanggung jawab moral manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, pelajaran dari kedua bagian ini mengingatkan kita untuk selalu bergantung kepada Tuhan, menyadari kelemahan kita, dan segera bertobat ketika jatuh dalam dosa.

Sunday, December 29, 2024

Apakah BAPTISAN adalah budaya atau kewajiban dalam Alkitab

Baptisan dalam Alkitab adalah perintah ilahi yang menjadi bagian dari iman Kristen, bukan sekadar budaya. Baptisan diperintahkan oleh Yesus sendiri sebagai tanda pertobatan, pengampunan dosa, dan identifikasi dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Berikut penjelasannya:

1. Baptisan adalah Perintah Yesus
Yesus memerintahkan baptisan dalam Amanat Agung:

> "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." (Matius 28:19)
Ini menunjukkan bahwa baptisan adalah bagian penting dari kehidupan seorang murid Kristus.

2. Baptisan sebagai Tanda Pertobatan
Yohanes Pembaptis mengajarkan baptisan sebagai tanda pertobatan:

> "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." (Markus 1:4)
Dalam Perjanjian Baru, baptisan melambangkan komitmen untuk hidup baru dalam Kristus.

3. Baptisan sebagai Simbol Kesatuan dengan Kristus
Baptisan juga menggambarkan identifikasi dengan kematian dan kebangkitan Kristus:

> "Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati... kita juga dapat hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:4)

4. Bukan Budaya tetapi Bagian dari Keselamatan
Meski praktik baptisan bisa berbeda di setiap budaya atau tradisi gereja, inti dari baptisan tetap bersifat rohani dan teologis. Ini bukan hanya tradisi manusia, tetapi tindakan iman yang menunjukkan ketaatan kepada Tuhan.

KESIMPULAN
Baptisan bukan budaya, melainkan kewajiban rohani yang diperintahkan Tuhan sebagai langkah awal kehidupan baru dalam Kristus. Namun, baptisan sendiri tidak menyelamatkan; iman kepada Yesus Kristus adalah inti keselamatan, dan baptisan adalah ekspresi iman tersebut.

Sunday, December 22, 2024

Perbedaan LUTHERAN dan CALVINISME


Lutheranisme dan Calvinisme adalah dua tradisi utama dalam Reformasi Protestan yang muncul pada abad ke-16. Meskipun keduanya berbagi beberapa kesamaan, seperti otoritas Alkitab dan doktrin keselamatan oleh iman, ada perbedaan teologis yang signifikan di antara keduanya:

1. Pandangan tentang Predestinasi

Lutheran: Mengakui predestinasi (penentuan Allah), tetapi lebih menekankan kasih Allah yang universal. Lutheran percaya bahwa Allah menginginkan semua orang diselamatkan, tetapi keselamatan tergantung pada respons iman manusia.

Calvinisme: Mengajarkan doktrin predestinasi yang lebih ketat, yaitu "Predestinasi Ganda". Menurut John Calvin, Allah telah menetapkan siapa yang akan diselamatkan (orang pilihan) dan siapa yang akan dihukum.

2. Sakramen

Lutheran: Menganggap sakramen, seperti Baptisan dan Perjamuan Kudus, sebagai sarana kasih karunia. Dalam Perjamuan Kudus, Lutheran percaya pada "kehadiran nyata" tubuh dan darah Kristus bersama roti dan anggur (doktrin konsubstansiasi).

Calvinisme: Memandang sakramen lebih simbolis, meskipun tetap memiliki makna spiritual. Dalam Perjamuan Kudus, Calvin menekankan "kehadiran rohani" Kristus, bukan fisik.

3. Kedaulatan Allah dan Kehendak Bebas

Lutheran: Menyeimbangkan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Lutheran percaya bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk menerima atau menolak keselamatan.

Calvinisme: Menekankan kedaulatan Allah secara mutlak. Calvinis percaya bahwa keselamatan sepenuhnya adalah anugerah Allah, tanpa kontribusi kehendak bebas manusia.

4. Gereja dan Pemerintahan

Lutheran: Cenderung memiliki struktur gereja yang hierarkis, seperti dalam tradisi Katolik, meskipun lebih sederhana.

Calvinisme: Mempraktikkan sistem pemerintahan gereja yang lebih demokratis, seperti Presbiterianisme, dengan penekanan pada kepemimpinan para penatua.

5. Gaya Ibadah

Lutheran: Gaya ibadahnya lebih liturgis dan mendekati tradisi Katolik, dengan penghormatan pada musik dan seni dalam kebaktian.

Calvinisme: Ibadahnya cenderung lebih sederhana, dengan fokus pada pengajaran Alkitab dan sering kali menghindari elemen yang dianggap tidak alkitabiah, seperti penggunaan ikon atau musik berlebihan.

6. Penekanan Doktrinal

Lutheran: Menekankan doktrin "sola fide" (iman saja) dan "sola gratia" (anugerah saja) sebagai dasar keselamatan.

Calvinisme: Lebih dikenal dengan "lima poin Calvinisme" (TULIP), yaitu Total depravity (kerusakan total), Unconditional election (pemilihan tanpa syarat), Limited atonement (penebusan terbatas), Irresistible grace (anugerah tak dapat ditolak), dan Perseverance of the saints (ketekunan orang-orang kudus).

Sejarah gereja GPIB BETHEL di Tanjungpinang - 14 Februari 1836

Peran Pendeta Eberhard Herrmann Röttger

Pendeta Eberhard Herrmann Röttger (1801-1888)
adalah salah satu tokoh penting yang terlibat dalam pembangunan Gereja GPIB Bethel di Tanjungpinang, dia adalah misionaris dari Jerman yang tinggal selama 8 tahun di wilayah Kesultanan Riau Lingga, kisah hidupnya bisa dibaca dalam catatan yang diterbitkan dengan judul “Berichten omtrent Indie, gedurende een tienjarig verblijf aldaar” (Berita mengenai Hindia, selama tinggal di sana selama sepuluh tahun).

Pada saat itu, tempat ibadah umat Kristen hanya berupa sebuah rumah tua yang sudah sangat tidak memadai. Melihat kondisi tersebut, Pendeta Röttger merasa terpanggil untuk membangun sebuah tempat yang lebih layak bagi umat Kristen. Kehadiran gedung gereja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ibadah masyarakat Kristen, khususnya orang Belanda dan umat Kristen Protestan di Tanjungpinang.

Pendahulu Pendeta Röttger telah merencanakan pembangunan gereja dan mengumpulkan dana dalam bentuk beberapa ratus gulden (mata uang Belanda). Pendeta Röttger melanjutkan perjuangan ini dengan menggunakan dana yang telah terkumpul tersebut, serta memulai langkah-langkah awal untuk mewujudkan pembangunan gereja yang lebih permanen dan representatif.

Kerjasama dengan dengan Residen Riau (Riouw)

Langkah awal yang krusial diambil Pendeta Rottger dengan menjalin komunikasi yang erat dengan Residen Riau (Riouw) saat itu, H. Cornets de Groot. Memahami visi Pendeta Röttger, Residen Cornets menyambut baik usulan pembangunan gereja. Keduanya kemudian menggelar serangkaian diskusi mendalam mengenai rancangan arsitektur, dimensi bangunan, pemilihan bahan bangunan, hingga perencanaan anggaran. Hasil dari diskusi ini adalah kesepakatan bersama untuk segera memulai proyek pembangunan gereja yang telah lama dinantikan

Bantuan dari Banyak Pihak

Memahami pentingnya proyek ini, Pendeta Rottger kemudian menghadap Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman bin Raja Jaafar, Raja Kesultanan Riau Lingga. Dengan bijaksana, Raja Abdul Rahman menyambut baik permohonan tersebut dan memberikan dukungan yang sangat berarti berupa kayu-kayu berkualitas tinggi serta bahan bangunan lainnya yang diperlukan. Selain itu, Kapitan Cina/Tionghoa dan masyarakat Tionghoa juga turut berpartisipasi aktif dengan memberikan sumbangan baik berupa material maupun tenaga. Bahkan, Jean Chrétien baron Baud, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-44, juga menyatakan dukungannya dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan gereja. Tidak hanya itu, gereja-gereja di Malaka dan Singapura pun turut berpartisipasi dengan menawarkan bantuan apabila terjadi kendala dalam penyediaan bahan bangunan. Dukungan yang begitu luas ini menunjukkan semangat kebersamaan dan toleransi antarumat beragama pada masa itu.

Proses Pembangunan Gereja

Dibangun dalam waktu kurang dari setahun, Gereja GPIB Bethel merupakan hasil kerja keras sekitar 150 pekerja di bawah kepemimpinan Asisten Residen, Wellbehm, seorang ahli bangunan asal Bengal. Proses pembangunan yang relatif cepat ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada 14 Februari 1835 dan diakhiri dengan peresmian pada tanggal yang sama tahun berikutnya. Awalnya, gereja ini bernama "De Netherlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang", yang berarti Gereja Protestan Belanda di Tanjungpinang.

Penghibahan Gereja dari Pemerintah Belanda

Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 26 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 30 Juli 1856, gereja ini di Tanjungpinang secara resmi dihibahkan ke pemerintah Hindia Belanda (Nederlands-Indië). Proses penghibahan ini ditandai dengan penandatanganan oleh Residen Riau (Riouw), Frederick Nicolaas Niewnhuyzen (1819-1892), dan Pengatur Tata Usaha Kantor Residen Riau (Riouw), Joseph Dias. Kemudian, pada 3 April 1955, Pemerintah Indonesia memperkuat status kepemilikan gereja tersebut melalui Surat Keputusan Nomor 10. Dokumen-dokumen legal ini dilengkapi dengan surat ukur tanah yang dibuat oleh Juru Ukur Jacobus Yzemenpada pada 12 Juni 1856. Sebelumnya, lahan di Blok F Tanjungpinang yang menjadi lokasi gereja ini banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Perubahan Nama Menjadi GPIB Bethel

Gereja "De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesië" atau Gereja Protestan Indonesia bagian Barat yang lebih dikenal dengan singkatan GPIB, resmi diakui sebagai gereja mandiri berdasarkan Surat Keputusan Wakil Tinggi Kerajaan Belanda Nomor 2 Tahun 1948 dan Staatsblad Nomor 305 Tahun 1948. Seiring dengan pengakuan ini, gereja "De Netherlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang" mengubah namanya menjadi gereja GPIB Bethel. Nama "Bethel," yang memiliki arti "Rumah Tuhan" dalam bahasa Ibrani, diberikan oleh pihak Belanda sebagai simbol rumah peribadatan bagi umat Kristen. Perubahan nama ini disahkan oleh Ketua Dewan Sinode Persekutuan Kristen Wilayah Indonesia, D.S. C. Ch. Kainawam, dengan sekretaris J.M. Achterkamp.

Pengubahan Status Tanah dan Pendirian Bangunan Gereja

Meskipun telah dihibahkan dan statusnya sebagai gereja telah berubah, tanah di mana gereja GPIB Bethel berdiri masih berstatus "verponding" atau tanah milik pemerintah Belanda hingga tahun 1957. Pada tahun tersebut, Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Riau, Th. Sokmartono HS, mengeluarkan izin kepada H. Syaranamual, seorang warga negara Indonesia, untuk mendirikan bangunan gereja sesuai dengan hukum kepemilikan tanah Indonesia. Pengukuran ulang tanah pun dilakukan oleh Badan Pekerja Gereja Protestan Indonesia

Gereja Ayam

Gereja GPIB Bethel di Tanjungpinang yang kerap dijuluki Gereja Ayam ini telah mengalami beberapa kali renovasi sepanjang sejarahnya. Menara yang ikonik, lengkap dengan patung ayam di puncaknya, diperkirakan dibangun pada periode renovasi antara tahun 1920 hingga 1930-an. Patung ayam yang terbuat dari besi pipih ini tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk arah angin, tetapi juga memiliki makna simbolik yang mendalam.

Bentuk patung ayam yang dapat berputar 180 derajat mengikuti arah angin menjadikannya sebuah elemen yang dinamis dan menarik perhatian. Lebih dari sekadar hiasan, patung ayam ini merujuk pada kisah dalam Alkitab tentang Simon Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok. Simbol ini mengingatkan umat Kristiani untuk senantiasa teguh dalam iman dan tidak mudah goyah dalam menghadapi cobaan, sebagaimana Petrus yang akhirnya menyadari kesalahannya.

Di Belanda, hiasan puncak berupa patung ayam jantan atau gallus yang berfungsi sebagai penunjuk arah angin (ventilogium) sangat populer pada masa lampau. Namun, asal-usul pasti penggunaan patung ayam sebagai simbol keagamaan di Indonesia masih menjadi misteri.

Daftar Pustaka:
  • Jurnal Pendidikan dan Konseling Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022; E-ISSN: 2685-936X dan P-ISSN: 2685-9351;Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Protestan_di_Indonesia_bagian_Barat
  • http://tpismg.blogspot.com/2010/09/sekilas-gereja.html
  • https://hima.fib.ugm.ac.id/infografis-selayang-pandang-gereja-tertua-di-tanah-gurindam/

Doa "BAPA KAMI" dari Matius 6:9-13 & Lukas 11:2-4

Doa Bapa Kami, atau "The Lord's Prayer" merupakan doa yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya, dicatat dalam Matius 6:9-13 dan Lukas 11:2-4. Doa ini muncul dalam konteks khotbah Yesus tentang doa yang benar, menghindari kemunafikan dan repetisi kosong dalam doa.

Doa Bapa Kami memiliki akar yang kuat dalam tradisi Yahudi, mencerminkan doa dan pola pikir yang berkembang dalam budaya religius Yahudi pada zaman Yesus, khususnya doa pagi dan malam yang biasa dilakukan, tetapi diperbarui oleh Yesus dengan fokus pada hubungan Allah sebagai Bapa yang dekat. Frasa-frasanya menggabungkan unsur pengakuan, permohonan, dan penyerahan diri kepada kehendak Allah.

Akar dalam Doa Yahudi Tradisional

  • Kedusha: Bagian dari doa Amidah (doa berdiri), yang memuliakan kekudusan nama Allah, paralel dengan "Dikuduskanlah nama-Mu" (Matius 6:9).
  • Shema Israel: Doa inti Yahudi yang menekankan penyembahan kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, memiliki resonansi dengan penyerahan dalam Doa Bapa Kami.
  • Kaddish: Doa Yahudi yang memohon agar nama Allah dimuliakan dan Kerajaan-Nya datang, mirip dengan permohonan "Datanglah Kerajaan-Mu."

Dalam sejarah Gereja, Doa Bapak Kami menjadi doa inti liturgi Kristen, digunakan sejak Gereja mula-mula dalam ibadah komunitas. Hingga kini, Doa Bapa Kami tetap menjadi simbol persatuan iman Kristen di seluruh dunia.

Penafsiran teologis atas Doa Bapa Kami menunjukkan bagaimana doa ini mencerminkan prinsip-prinsip dasar iman Kristen. Setiap bagian memiliki makna teologis yang mendalam, didukung oleh ayat-ayat Alkitab lain. Berikut adalah penafsiran teologi doa ini:


1. “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu”

  • Teologi: Pengakuan Allah sebagai Bapa adalah inti hubungan kita dengan-Nya. Allah adalah pribadi yang intim, namun tetap kudus dan transenden.
  • Ayat Terkait:
    • Roma 8:15: "Kita telah menerima roh yang menjadikan kita anak Allah, dan oleh Roh itu kita berseru: 'Abba, ya Bapa!'"
    • Yesaya 6:3: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
  • Makna Teologis: Doa dimulai dengan penghormatan kepada Allah sebagai Bapa yang mahakudus, menekankan kasih dan keagungan-Nya.

2. “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”

  • Teologi: Ini adalah doa untuk hadirnya pemerintahan Allah secara sempurna di dunia, mencakup kebenaran, kedamaian, dan keadilan.
  • Ayat Terkait:
    • Matius 4:17: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
    • Roma 14:17: "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus."
  • Makna Teologis: Permohonan ini menunjukkan kerinduan untuk hidup dalam kehendak Allah, menantikan pemulihan akhir zaman.

3. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”

  • Teologi: Doa ini menegaskan bahwa Allah adalah penyedia kebutuhan jasmani dan rohani kita.
  • Ayat Terkait:
    • Mazmur 104:27-28: "Semua menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya."
    • Matius 4:4: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
  • Makna Teologis: Doa ini mencerminkan ketergantungan umat manusia kepada Allah, baik secara fisik maupun spiritual.

4. “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”

  • Teologi: Pengampunan adalah inti Injil, yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus. Namun, umat Allah juga dipanggil untuk mengampuni sesama.
  • Ayat Terkait:
    • Kolose 3:13: "Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."
    • Efesus 1:7: "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa."
  • Makna Teologis: Doa ini menegaskan pentingnya pengampunan sebagai bukti kasih Allah dan panggilan hidup orang percaya.

5. “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”

  • Teologi: Permohonan ini mengungkapkan kelemahan manusia dan perlunya perlindungan Allah dari godaan dan kuasa Iblis.
  • Ayat Terkait:
    • Yakobus 1:13: "Allah tidak mencobai siapa pun."
    • 1 Korintus 10:13: "Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu."
  • Makna Teologis: Doa ini menekankan bahwa Allah adalah pelindung kita, dan hanya dengan kekuatan-Nya kita dapat melawan godaan.

6. “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”

  • Teologi: Penutup ini mengakui supremasi Allah sebagai penguasa abadi yang layak menerima segala penghormatan.
  • Ayat Terkait:
    • Mazmur 145:13: "Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad."
    • Wahyu 5:13: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba adalah puji-pujian, hormat, dan kemuliaan."
  • Makna Teologis: Doa ini mengajarkan bahwa segala sesuatu berpusat pada Allah yang memerintah untuk selama-lamanya.

KESIMPULAN

Doa Bapa Kami adalah inti pengajaran Yesus tentang hubungan umat manusia dengan Allah. Doa ini mencerminkan:

  1. Keintiman: Allah sebagai Bapa yang dekat dengan umat-Nya.
  2. Keagungan: Allah yang kudus dan berkuasa.
  3. Ketergantungan: Semua kebutuhan kita berasal dari Allah.
  4. Pengampunan: Dasar hubungan kita dengan Allah dan sesama.
  5. Perlindungan: Allah adalah pembela umat-Nya dari segala kejahatan.
  6. Penyembahan: Segala kemuliaan hanya bagi Allah.

Doa ini adalah kerangka teologi yang lengkap, mengarahkan hati kita kepada Allah sebagai pusat kehidupan iman.

Sunday, December 15, 2024

Tapsiran Filipi 2:12-13 tentang "kerjakanlah keselamatan mu dengan takut dan gentar" dipandang dari kasih karunia


Tafsiran Filipi 2:12-13 mengenai "kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar" dari perspektif kasih karunia memberikan wawasan yang mendalam tentang saling keterhubungan antara usaha manusia dan anugerah Allah. Berikut adalah beberapa poin utama dalam tafsiran ini:

1. Anugerah yang Memberdayakan 

Kasih karunia Allah adalah dasar dari keselamatan kita. Meskipun kita diminta untuk "mengerjakan keselamatan," tindakan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa anugerah yang sudah diberikan oleh Allah. Kita diingatkan bahwa segala sesuatu yang kita imani dan kerjakan adalah hasil dari kasih karunia Allah yang beroperasi dalam hidup kita.

  • John Wesley, seorang tokoh teologi Arminian, menekankan bahwa kasih karunia adalah kekuatan yang memberdayakan manusia untuk bekerja dalam keselamatan. Dalam komentarnya terhadap Filipi 2:12-13, Wesley menulis bahwa kasih karunia bukan hanya pemberian pasif tetapi kekuatan aktif yang menggerakkan kehendak dan tindakan manusia.

  • Karl Barth dalam Church Dogmatics menegaskan bahwa tindakan manusia dalam "mengerjakan keselamatan" hanya mungkin karena tindakan Allah yang lebih dulu bekerja dalam kita.

2. Sikap Hormat dan Kesadaran 

"Takut dan gentar" bukan berarti kita hidup dalam ketakutan akan kehilangan keselamatan, melainkan sebuah pengakuan akan sifat kudus dan besar dari Allah. Dalam konteks kasih karunia, kita menyadari bahwa anugerah yang kita terima sangat berharga dan harus dihargai. Oleh karena itu, sikap hormat ini muncul sebagai respons terhadap intimnya hubungan kita dengan Allah.

  • R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa "takut dan gentar" adalah respons yang tepat terhadap kekudusan Allah. Sproul menulis bahwa memahami kekudusan Allah akan membawa orang percaya pada sikap hormat yang mendalam terhadap anugerah yang mereka terima.

3. Kerjasama antara Manusia dan Tuhan 

Filipi 2:12-13 menunjukkan adanya keterlibatan aktif kita dalam proses keselamatan. Kasih karunia Allah bukanlah alasan untuk bersikap acuh tak acuh, tetapi justru menjadi motivasi bagi kita untuk bekerja dengan serius. Dalam konteks iman, sanksi dan tanggung jawab kita untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus adalah ungkapan rasa syukur atas kasih karunia yang telah kita terima.

  • Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship menyoroti pentingnya "murahnya kasih karunia." Ia menekankan bahwa kasih karunia tidak boleh dipandang sebagai lisensi untuk hidup seenaknya, tetapi sebagai panggilan untuk hidup dalam ketaatan yang penuh kepada Kristus.

4. Transformasi Melalui Kasih Karunia 

Ketika kita mengerjakan keselamatan kita, kita mengalami proses transformasi yang dikerjakan oleh Allah dalam diri kita. Dengan mengandalkan kasih karunia-Nya, kita bisa bertumbuh dalam karakter Kristus dan semakin jauh dari sifat dosa. "Kerjakanlah" menjadi sebuah panggilan untuk bertumbuh dalam pengudusan, yang hanya dapat dilakukan melalui kekuatan Tuhan.

  • John Calvin dalam tafsirannya menulis bahwa pekerjaan keselamatan adalah bukti nyata dari transformasi internal yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Calvin menekankan bahwa transformasi ini tidak bersumber dari usaha manusia tetapi dari karya Roh di dalam hati orang percaya.

5. Tetap Bergantung pada Allah 

Ayat 13 mempertegas bahwa Allah adalah sumber dari kemauan dan kemampuan kita. Dengan kata lain, setiap usaha kita untuk hidup sesuai dengan iman kita harus didasarkan pada kesadaran bahwa kemampuan itu berasal dari Allah. Ini mengajak kita untuk tetap bergantung pada-Nya, sekaligus mengerahkan usaha terbaik kita dalam keberadaan iman.

  • Augustinus menulis bahwa "tanpa Allah, kita tidak dapat; tetapi tanpa kita, Allah tidak akan." Dalam pengertian ini, Augustinus menunjukkan sinergi antara anugerah Allah dan tanggung jawab manusia.

6. Iman yang Berbuah 

Keselamatan yang dikerjakan dengan "takut dan gentar" juga mencerminkan bahwa iman sejati akan menghasilkan tindakan dan perbuatan baik. Ini sejalan dengan konsep bahwa iman tanpa tindakan adalah mati (Yakobus 2:26). Dalam kasih karunia, tindakan kita bukan sekadar kewajiban, tetapi menjadi ungkapan nyata dari iman yang hidup.

  • James Dunn, dalam studinya tentang Paulus, mencatat bahwa iman dalam teologi Paulus selalu memiliki dimensi etis. Dunn menegaskan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata sebagai bukti dari keselamatan yang diterima.

Secara keseluruhan, tafsiran Filipi 2:12-13 tentang "kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar" dalam konteks kasih karunia mengajak kita untuk menyadari dan menghargai anugerah keselamatan Allah serta berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hidup iman, sambil bergantung pada kekuatan dan bimbingan Tuhan.

KEKUDUSAN dalam Kasih Karunia


Kekudusan dalam Kasih Karunia adalah topik yang sangat penting dalam kehidupan Kristen. Kekudusan bukan hanya panggilan, tetapi juga hasil dari kasih karunia Allah yang bekerja di dalam hidup kita. Berikut adalah penjelasan tentang hubungan antara kekudusan dan kasih karunia berdasarkan prinsip Alkitab:

1. Kekudusan adalah Panggilan Allah

Allah memanggil setiap orang percaya untuk hidup kudus:

"Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1 Petrus 1:16).

Kekudusan berarti hidup terpisah dari dosa dan dipersembahkan sepenuhnya kepada Allah.

Itu bukan hanya soal moral, tetapi hubungan yang mendalam dengan Allah, yang mencerminkan karakter-Nya.

Namun, manusia tidak dapat mencapai kekudusan dengan kekuatannya sendiri karena semua orang telah berdosa (Roma 3:23).

2. Kasih Karunia Membuat Kekudusan Mungkin

Kekudusan tidak dimulai dari usaha manusia, melainkan dari kasih karunia Allah yang diberikan melalui Yesus Kristus.

"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." (Titus 2:11).

Kasih karunia memampukan kita untuk hidup dalam kekudusan dengan:
  • Mengampuni dosa-dosa kita. Melalui salib Kristus, kita dibenarkan dan diampuni.
  • Mengaruniakan Roh Kudus. Roh Kudus bekerja dalam kita untuk mengubahkan hati dan pikiran agar semakin menyerupai Kristus.
  • Memberi kekuatan untuk taat. Kasih karunia memampukan kita untuk mengatakan "tidak" kepada dosa dan "ya" kepada kebenaran (Titus 2:12).
3. Kekudusan sebagai Respons terhadap Kasih Karunia

Kekudusan bukanlah syarat untuk menerima kasih karunia, tetapi respons terhadap kasih karunia yang telah kita terima:

"Hendaklah kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah." (Roma 12:1).

Hidup kudus adalah bentuk syukur kita atas kasih karunia Allah.

Kekudusan diwujudkan dalam:
  • Kasih: Mengasihi Allah dan sesama dengan tulus.
  • Ketaatan: Hidup sesuai dengan firman Allah.
  • Pertumbuhan: Bertumbuh dalam iman, karakter, dan pelayanan.
4. Tantangan Kekudusan di Zaman Kasih Karunia

Di zaman kasih karunia, ada bahaya menyalahgunakan kasih karunia sebagai alasan untuk hidup sembarangan. Paulus menegaskan:

"Bolehkah kita berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!" (Roma 6:15).

Kasih karunia tidak membebaskan kita dari panggilan untuk hidup kudus, tetapi justru memberi kuasa untuk melakukannya.

5. Kekudusan yang Berpusat pada Kristus

Kekudusan bukanlah pencapaian manusia, melainkan karya Allah melalui Yesus Kristus.

"Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita, yaitu kebenaran, pengudusan, dan penebusan." (1 Korintus 1:30).

Dengan tetap fokus pada Kristus, kita dimampukan untuk hidup kudus.

APLIKASI PRAKTIS :
  1. Mengandalkan Roh Kudus: Mintalah pimpinan Roh Kudus setiap hari untuk menolong hidup dalam kekudusan.
  2. Meninggalkan Dosa: Tinggalkan kebiasaan dosa dan fokus pada hubungan yang lebih dalam dengan Allah.
  3. Berkomitmen pada Firman: Firman Allah adalah panduan untuk hidup kudus.
  4. Mengasihi dengan Tulus: Kekudusan diwujudkan dalam hidup yang penuh kasih kepada sesama.
KESIMPULAN :
Kekudusan dalam kasih karunia adalah panggilan dan anugerah. Melalui kasih karunia Allah, kita dimampukan untuk hidup kudus, bukan dengan usaha kita sendiri, tetapi melalui karya Roh Kudus di dalam kita. Kekudusan adalah respons syukur kita atas kasih karunia Allah yang melimpah. "Sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan" (Ibrani 12:14).

Wednesday, December 11, 2024

Fungsi dan Tugas KERUB (CHERUBIM)


1. Menjaga Kekudusan Allah

  • Tugas: Kerub bertugas menjaga kekudusan Allah dan melindungi akses ke hal-hal yang kudus.
  • Ayat Pendukung:
    • Kejadian 3:24: “Ia menghalau manusia itu, dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”

2. Menopang atau Mengapit Takhta Allah

  • Tugas: Kerub digambarkan mengapit takhta Allah, melambangkan kehadiran, kemuliaan, dan kekuasaan-Nya.
  • Ayat Pendukung:
    • Mazmur 80:2: “Hai Gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang duduk di atas kerub-kerub, tampillah bersinar.”
    • Mazmur 99:1: “TUHAN itu Raja, bangsa-bangsa gemetar; Ia duduk di atas kerub-kerub, bumi goyah.”
    • Yehezkiel 10:1-22: Kerub menopang takhta Allah dalam visi Yehezkiel, menggambarkan kemuliaan Allah.

3. Simbol Kehadiran Allah dalam Bait Suci

  • Tugas: Kerub digunakan sebagai simbol dalam Tabut Perjanjian dan dekorasi Bait Suci untuk melambangkan kehadiran Allah.
  • Ayat Pendukung:
    • Keluaran 25:18-22: Kerub diletakkan di atas tutup pendamaian Tabut Perjanjian, sayapnya terbentang menutupi tempat kudus.
    • 1 Raja-raja 6:23-28: Dua kerub besar dibuat di Ruang Mahakudus dalam Bait Allah yang dibangun oleh Salomo.

4. Menyatakan Kemuliaan Allah

  • Tugas:  Kerub hadir dalam penglihatan para nabi untuk menyatakan kemuliaan Allah.
  • Ayat Pendukung:
    • Yehezkiel 1:4-28: Kerub digambarkan dalam visi Yehezkiel dengan rupa yang luar biasa, melambangkan kemuliaan dan kehadiran Allah.
    • Yehezkiel 10:4: “Maka kemuliaan TUHAN naik dari atas kerub, lalu menuju ambang pintu Bait Suci.”

5. Penjaga dan Pelindung Hal Kudus

  • Tugas: Kerub tidak hanya menjaga pohon kehidupan, tetapi juga secara simbolis melindungi kekudusan Allah di tempat kudus.
  • Ayat Pendukung:
    • Keluaran 26:1: Gorden Tabernakel dihiasi dengan gambar kerub, melambangkan penjagaan atas kekudusan tempat tersebut.
    • 1 Raja-raja 6:29: Dinding-dinding Bait Allah diukir dengan gambar kerub sebagai simbol penjagaan dan kehadiran Allah.

6. Mendampingi Allah dalam Penghakiman

  • Tugas: Kerub sering muncul dalam konteks penghakiman Allah, memperlihatkan keadilan-Nya.
  • Ayat Pendukung:
    • Yehezkiel 10:1-22: Kerub dalam visi Yehezkiel bergerak bersama takhta Allah saat penghakiman atas Yerusalem.

KESIMPULAN

Kerub memiliki peran khusus dalam Alkitab sebagai makhluk surgawi yang menjaga kekudusan, menopang takhta Allah, dan menjadi simbol kehadiran-Nya di dunia. Melalui tugas mereka, kerub menegaskan bahwa Allah adalah kudus, mulia, dan adil.

PENGETAHUAN (knowledge), PEMAHAMAN (understanding), dan KEBIJAKSANAAN (wisdom)

1. Amsal 2:6 English Standard Version (ESV): For the LORD gives wisdom ; from his mouth come knowledge and understanding . New International...