1. Menikah Adalah Rencana Tuhan yang Kudus
Kejadian 2:18 – "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Pernikahan adalah rancangan Tuhan sejak awal, bukan sekadar keinginan pribadi. Maka, menikahlah bukan karena tekanan sosial, usia, atau tren, tetapi karena panggilan dan kesiapan untuk membangun rumah tangga yang memuliakan Tuhan.
2. Pilih Pasangan yang Seiman dan Takut Akan Tuhan
2 Korintus 6:14 – "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya."
Pastikan pasangan hidup adalah orang yang mengenal Tuhan dan hidup dalam kebenaran. Ini adalah fondasi utama agar rumah tangga dapat berjalan dalam kasih, kesetiaan, dan damai sejahtera.
3. Waktu Terbaik untuk Menikah: Saat Dewasa Rohani dan Emosional
Pengkhotbah 3:1 – "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."
Alkitab tidak memberikan usia tertentu untuk menikah, tetapi menyatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Waktu terbaik untuk menikah adalah ketika:
-
Telah mengenal Tuhan secara pribadi (lahir baru)
-
Dewasa secara rohani, emosional, dan mental
-
Siap bertanggung jawab dalam komitmen seumur hidup
-
Telah menyelesaikan proses pertumbuhan pribadi (pendidikan, karakter, pekerjaan)
-
Mampu saling mengasihi dan mengampuni
4. Tujuan Pernikahan Bukan Sekadar Bahagia, Tapi Kudus
Efesus 5:25-27 – "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya... supaya jemaat itu kudus dan tak bercela."
Pernikahan bukan hanya untuk kesenangan atau status sosial, tapi untuk menyucikan dan membentuk karakter dalam kasih Kristus. Jadi, pernikahan adalah panggilan untuk melayani dan bertumbuh bersama.
5. Pernikahan sebagai Latihan Kasih Ilahi
Lukas 6:27-28 – “Tetapi kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”
Menyadari bagwa pernikahan adalah proses nyata dalam menerapkan ajaran Kotbah di Bukit (Matius 5:44), di mana Yesus mengajarkan kasih yang melampaui logika manusia - kasih yang mengampuni, melayani, dan tetap setia bahkan di tengah luka dan perbedaan.
6. Minta Tuntunan Tuhan Sebelum Melangkah
Amsal 3:5-6 – "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
Jangan tergesa-gesa atau dipaksa menikah hanya karena desakan. Bawalah setiap langkah dalam doa dan penyerahan kepada Tuhan. Dia yang tahu waktu terbaik dan pasangan terbaik untuk kita.
No comments:
Post a Comment