Sunday, June 15, 2025

Baptisan Bayi: Anugerah Allah yang Mendahului Iman

Baptisan adalah salah satu tanda dan sakramen yang paling penting dalam kehidupan orang percaya. Namun di antara berbagai denominasi Kristen, ada perbedaan besar mengenai kapan baptisan seharusnya dilakukan—apakah sejak bayi atau setelah seseorang mengaku percaya.

Praktik baptisan bayi telah menjadi bagian dari sejarah gereja selama hampir dua milenium. Sebagian melihatnya sebagai tanda kasih karunia Allah yang mendahului respons manusia, sedangkan yang lain menegaskan bahwa baptisan harus mengikuti pertobatan dan iman pribadi.

Perbedaan ini sering menimbulkan perdebatan, tetapi sesungguhnya, di balik perbedaan tersebut, ada kerinduan yang sama: membawa anak-anak dan semua orang ke dalam perjanjian kasih Allah.

Melalui tulisan ini, kita akan menelusuri baptisan bayi dari empat sudut pandang—sejarah, Alkitab, teologi, dan pandangan denominasi—untuk melihat akar, makna, dan alasan di balik praktik ini. Tujuannya bukan untuk memenangkan argumen, tetapi untuk memperkaya pemahaman kita, menghargai keberagaman tubuh Kristus, dan meneguhkan panggilan utama kita: membesarkan generasi yang mengenal dan mengasihi Tuhan.


1. Apa itu Baptisan Bayi?

Baptisan bayi adalah praktik membaptis anak-anak sejak usia sangat muda (bahkan sejak bayi), biasanya dengan cara percik atau menuang air ke atas kepala, dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Tujuannya adalah:

  • Menandai masuknya anak ke dalam perjanjian Allah

  • Mengakui bahwa anak adalah bagian dari komunitas iman

  • Menyatakan anugerah Allah yang mendahului tanggapan manusia


2. Asal-usul Baptisan Bayi: Sejarah Awal

  • Baptisan bayi tidak secara eksplisit dicatat dalam Alkitab, tetapi sudah dipraktikkan sejak abad ke-2 oleh gereja awal.

  • Tokoh seperti Irenaeus (±180 M) dan Origenes (±250 M) mencatat praktik ini sebagai tradisi yang umum di kalangan gereja.

  • Pada abad ke-4, Augustinus menegaskan pentingnya baptisan bayi sebagai bagian dari pengampunan dosa asal (original sin).


3. Apakah Alkitab Mendukung Baptisan Bayi?

Alkitab tidak mencatat secara eksplisit bahwa bayi dibaptis, tapi ada indikasi dan prinsip-prinsip yang dipakai sebagai dasar:

✅ a. Baptisan Satu Keluarga

Beberapa ayat mencatat bahwa seluruh rumah tangga (household) dibaptis:

  • Kisah Para Rasul 16:15 – "…dan seisi rumahnya dibaptis"

  • Kisah Para Rasul 16:33 – Penjaga penjara Filipi dan seluruh keluarganya dibaptis pada malam itu juga.

  • 1 Korintus 1:16 – Paulus membaptis rumah Stefanus.

Kata “rumah tangga” dipahami mencakup anak-anak, bahkan bayi, walaupun tidak disebutkan eksplisit.

✅ b. Paralel dengan Sunat dalam Perjanjian Lama

  • Dalam Perjanjian Lama, sunat adalah tanda perjanjian, dilakukan pada bayi laki-laki saat usia 8 hari.

  • Baptisan dalam Perjanjian Baru dipandang sebagai tanda perjanjian rohani yang baru (Kolose 2:11–12), sehingga logikanya:

    “Jika anak bayi boleh disunat (tanda perjanjian lama), maka mereka juga boleh dibaptis (tanda perjanjian baru).”


4. Alasan Teologis Mendukung Baptisan Bayi

Gereja-gereja yang mendukung baptisan bayi (seperti Katolik, Lutheran, Reformed, dan Anglikan) memberi dasar teologis sebagai berikut:

🔹 a. Anugerah Allah Mendahului Respons

  • Baptisan bukan hanya tentang keputusan pribadi, tapi tentang inisiatif Allah yang memanggil dan menyelamatkan.

  • Maka, baptisan bayi menegaskan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, bukan usaha manusia.

🔹 b. Anak-anak adalah Bagian dari Umat Allah

  • Dalam Lukas 18:16, Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku… karena orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

  • Baptisan bayi dianggap sebagai penerimaan anak-anak ke dalam komunitas perjanjian (Gereja).

🔹 c. Pendidikan dan Pengakuan Iman Selanjutnya

  • Gereja mengharapkan bahwa anak yang dibaptis akan dibesarkan dalam iman, dan saat dewasa, mengakui sendiri iman tersebut (dalam pengakuan iman sidi atau konfirmasi).


5. Pandangan yang Menolak Baptisan Bayi

Kelompok-kelompok seperti Baptis, Pentakosta, Advent, dan gereja non-denominasi tidak mengakui baptisan bayi karena alasan berikut:

🔸 a. Baptisan Harus Disertai Pertobatan dan Iman Pribadi

  • Markus 16:16 – “Barangsiapa percaya dan dibaptis…

  • Kisah Para Rasul 2:38 – “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis…

👉 Karena bayi belum bisa percaya atau bertobat, maka baptisan dianggap tidak sah jika dilakukan tanpa keputusan pribadi.

🔸 b. Tidak Ada Contoh Langsung di Alkitab

  • Alkitab tidak pernah secara eksplisit mencatat bayi dibaptis.

  • Semua yang dibaptis dalam Kisah Para Rasul menunjukkan iman pribadi dan pertobatan.

🔸 c. Baptisan adalah Tindakan Ketaatan Pribadi

  • Dipandang sebagai pernyataan iman dan komitmen pribadi kepada Kristus.

  • Maka dilakukan setelah seseorang secara sadar memilih percaya.


6. Apakah Anak Bayi yang Belum Dibaptis Bisa Diselamatkan?

Gereja-gereja yang tidak mempraktikkan baptisan bayi tetap percaya bahwa anak-anak kecil berada dalam anugerah Tuhan.

  • Banyak orang Kristen meyakini bahwa anak-anak kecil yang belum mencapai usia pertanggungjawaban (age of accountability) belum dikenakan hukuman atas dosa pribadi, karena mereka belum memiliki kemampuan penuh untuk memahami, memilih, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Dalam masa ini, mereka dipandang berada di bawah naungan kasih karunia Allah yang melindungi. Keyakinan ini berakar pada firman Yesus yang berkata, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku… karena orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Lukas 18:16), yang menunjukkan hati Allah yang penuh belas kasih bagi anak-anak. Dengan demikian, keselamatan mereka bukan bergantung pada baptisan atau tindakan lahiriah, tetapi pada kebaikan dan kasih Allah yang sempurna.


7. Kesimpulan



Penutup: Keseimbangan dan Kasih

Perbedaan tentang baptisan bayi bukan soal siapa benar atau salah, melainkan soal pemahaman teologis dan tradisi gereja. Yang paling penting adalah:

  • Mendidik anak-anak dalam iman, apakah mereka dibaptis saat bayi atau setelah dewasa.

  • Menunjukkan kasih Kristus, bukan memperdebatkan perbedaan cara.

No comments:

Buah-Buah Roh dalam Kehidupan Sehari-Hari

Alkitab mengajarkan bahwa kehidupan orang percaya seharusnya berbuah. Rasul Paulus menuliskan dengan jelas dalam Galatia 5:22-23 bahwa: “Bu...