Friday, May 16, 2025

Pinjam VS Berhutang

Meminjamkan dan memberi hutang sering terdengar mirip, tapi secara makna dan sikap hati menurut Alkitab ada perbedaan:

1. Meminjamkan (Lending)

  • Motivasi: Kasih dan kemurahan hati.
  • Sikap hati: Tidak mengharapkan balasan; jika orang itu tidak mampu membayar, tetap rela melepaskannya.
  • Fokus: Menolong sesama dengan tulus.
  • Ayat pendukung:
    Lukas 6:34-35

    "...pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar."

Intinya:
Meminjamkan dalam Alkitab adalah memberi sesuatu seakan-akan Anda memberikannya, walaupun itu dalam bentuk pinjaman. Fokusnya adalah pada kemurahan, bukan transaksi.


2. Memberi Hutang (Granting Debt)

  • Motivasi: Umumnya bisnis atau perjanjian keuangan.
  • Sikap hati: Ada tuntutan balasan; hutang harus dibayar kembali sesuai kesepakatan.
  • Fokus: Keadilan dan tanggung jawab keuangan.
  • Ayat pendukung:
    Keluaran 22:25

    "Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya."

Intinya:
Memberi hutang itu artinya ada kewajiban jelas dari pihak peminjam untuk membayar kembali. Kalau tidak dibayar, itu dianggap ketidakadilan.


Kesimpulannya:

  • Meminjamkan: Fokus pada kemurahan; siap melepaskan kalau perlu.
  • Memberi hutang: Fokus pada keadilan; harus ada pembayaran kembali.

Gambaran sederhananya:
Kalau meminjamkan seperti "aku bantu kamu, kalau kamu nggak bisa balikin, nggak apa-apa"
Kalau memberi hutang seperti "aku bantu kamu, tapi kamu harus balikin sesuai janji."

Kapan Kita Sebaiknya Meminjamkan Menurut Prinsip Alkitab:

  1. Ketika ada kebutuhan nyata
    Jika seseorang benar-benar dalam kekurangan — bukan karena keborosan atau malas — kita dipanggil untuk membantu.

    Ulangan 15:7-8“...engkau harus membuka tanganmu lebar-lebar dan meminjamkan kepadanya cukup untuk keperluannya dalam kekurangannya.”

  2. Dengan sikap kasih dan rela hati
    Memberi pinjaman bukan karena keterpaksaan atau ingin dihormati, tetapi karena belas kasihan.

    2 Korintus 9:7“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan…”

  3. Siap jika perlu untuk melepaskan
    Kalau orang itu tidak sanggup membayar, kita siap melepaskan tanpa dendam.

    Lukas 6:35"Pinjamkan tanpa mengharapkan balasan."


Kapan Sebaiknya Tidak Memberi Hutang:

  1. Kalau itu akan memperbudak atau merusak sesama
    Kalau memberi hutang malah membuat orang itu semakin terikat pada dosa (contoh: gaya hidup boros, judi, ketidakjujuran), kita sebaiknya tidak memberikannya.

    Amsal 22:7“...yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.”

  2. Kalau itu mendorong ketergantungan, bukan pertobatan
    Menolong harus membangun, bukan merusak. Kalau memberi hutang hanya membuat orang malas bertanggung jawab, lebih baik tidak.

    Galatia 6:5“Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.”

  3. Kalau kita sendiri tidak mampu dan itu merugikan tanggung jawab kita
    Memberi hutang tidak boleh sampai mengorbankan kebutuhan keluarga atau tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita.

    1 Timotius 5:8“Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya... ia lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”


Contoh Situasi Praktis

Situasi 1: Meminjamkan
Ada teman gereja kehilangan pekerjaan dan butuh uang untuk makan keluarga minggu ini.
Apa yang kita lakukan: Kita meminjamkan Rp500.000 tanpa syarat ketat, dan kalau dia kesulitan mengembalikan, kita rela melepaskan demi kasih.

Situasi 2: Memberi Hutang
Seorang rekan bisnis mau meminjam Rp50 juta untuk ekspansi usaha. Kita buat perjanjian tertulis soal kapan dan bagaimana dia harus membayar.
Apa yang kita lakukan: Kita memberi hutang dengan kesepakatan hukum yang jelas, karena ini transaksi keuangan profesional.

Situasi 3: Tidak Memberi
Ada kenalan yang sudah sering meminjam untuk gaya hidup mewah (misal: beli HP baru, liburan), tapi tidak pernah mengembalikan.
Apa yang kita lakukan: Kita dengan sopan menolak, supaya tidak memperkuat pola hidup salah, sambil tetap mendoakannya.



Thursday, May 15, 2025

Buah Sulung


Konsep "buah sulung" (firstfruits) dalam konteks Kekristenan berasal dari Perjanjian Lama, khususnya dalam hukum Taurat, di mana umat Israel diperintahkan untuk mempersembahkan hasil pertama dari panen atau ternak mereka kepada Tuhan sebagai tanda pengakuan bahwa segala berkat berasal dari-Nya (Imamat 23:10; Keluaran 23:19). Dalam Perjanjian Baru, konsep ini mengalami transformasi rohani, di mana "buah sulung" sering diartikan secara simbolis, seperti Kristus sebagai buah sulung dari kebangkitan (1 Korintus 15:20) atau umat percaya sebagai buah sulung ciptaan baru (Yakobus 1:18).

Di zaman sekarang, apakah konsep ini masih berlaku bagi orang Kristen bergantung pada cara pandang teologis dan denominasi:

1. Perspektif Literal (Persembahan Material) 
Beberapa gereja, terutama yang menekankan prinsip-prinsip Perjanjian Lama seperti persepuluhan, masih mengajarkan bahwa orang Kristen harus mempersembahkan "buah sulung" dari penghasilan mereka (misalnya, gaji pertama atau keuntungan bisnis) kepada Tuhan melalui gereja atau pelayanan. Ini dilihat sebagai tindakan iman, ketaatan, dan prioritas kepada Tuhan. Namun, praktik ini tidak diwajibkan dalam Perjanjian Baru, sehingga tidak semua orang Kristen memahaminya secara harfiah.

2. Perspektif Rohani
Banyak orang Kristen modern memahami "buah sulung" secara metaforis, yaitu memberikan yang terbaik dari hidup mereka "waktu, talenta, atau sumber daya" untuk kemuliaan Tuhan. Ini bisa berarti mengutamakan Tuhan dalam keputusan, pelayanan, atau keuangan, tetapi tidak terikat pada aturan hukum Taurat. Misalnya, Roma 12:1 mengajak umat percaya untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai "persembahan yang hidup," yang bisa dianggap sebagai ekspresi buah sulung rohani.

3. Konteks Teologis
Dalam teologi Perjanjian Baru, ketaatan kepada hukum Taurat, termasuk aturan tentang buah sulung, tidak lagi mengikat karena penggenapan hukum oleh Kristus (Matius 5:17; Galatia 3:24-25). Sebaliknya, prinsip memberi diajarkan sebagai tindakan sukarela yang dilakukan dengan sukacita (2 Korintus 9:7). Jadi, meskipun konsep buah sulung tidak lagi wajib, semangatnya mengutamakan Tuhan tetap relevan.

4. Penerapan Praktis
Bagi sebagian orang Kristen, konsep ini diterapkan dalam bentuk persepuluhan atau donasi rutin untuk mendukung gereja dan misi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa fokusnya bukan pada "apa" atau "berapa" yang diberikan, melainkan sikap hati yang mengutamakan Tuhan dalam segala aspek kehidupan.

Kesimpulan
Konsep buah sulung tidak berlaku secara hukum seperti di Perjanjian Lama, tetapi prinsip rohaninya "mengutamakan Tuhan dengan memberikan yang terbaik dari hidup kita" tetap relevan bagi orang Kristen masa kini. Penerapannya bervariasi, mulai dari persembahan keuangan hingga pengabdian hidup, tergantung pada keyakinan pribadi dan ajaran gereja. Yang terpenting adalah melakukannya dengan hati yang tulus dan sukacita, bukan karena kewajiban.

Pengenapan Nubuat oleh Yesus di Kayu Salib


Teriakan atau ucapan Yesus di kayu salib menggenapi sejumlah nubuat Perjanjian Lama, yang menjadi fondasi keyakinan Kristen bahwa kematian-Nya adalah rencana Allah yang telah dinubuatkan sejak lama. Berikut penjelasan detail tentang nubuat yang digenapi dan ayat-ayat yang terkait:

1. Eloi, Eloi, lama sabakhtani?  
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Markus 15:34 (dalam bahasa Aram) dan Matius 27:46 (dalam bahasa Ibrani: Eli, Eli, lema sabakhtani?).  
✔ Nubuat yang Digenapi :  
  • Mazmur 22:1Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?
  • Yesus mengutip langsung ayat ini untuk menunjukkan bahwa penderitaan-Nya adalah penggenapan nubuat tentang Mesias yang menderita.  
  • Mazmur 22:6-18
  • Detail lain dalam Mazmur 22 menggambarkan penderitaan orang yang diremehkan, tulang-tulang yang terlepas, dan pakaian yang diundi (terjadi saat penyaliban Yesus).  
2. Aku haus! 
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:28  : Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci —: "Aku haus!"
✔ Nubuat yang Digenapi :  
  • Mazmur 69:21  : Mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam. 
  • Yesus diberi anggur asam (cuka) di kayu salib (Matius 27:48), menggenapi nubuat ini.  
3. Bapa, ampunilah mereka...
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Lukas 23:34 : "Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya."
✔ Nubuat yang Digenapi :  
  • Yesaya 53:12Ia menyerahkan diri-Nya ke dalam maut... dan Ia membawa dosa banyak orang serta menjadi perantara bagi pemberontak-pemberontak.  
  • Yesus menjadi pengantara bagi mereka yang menyalibkan-Nya, sesuai nubuat tentang Mesias yang menderita sebagai korban penebus.  
4. Hari ini engkau akan bersama-Ku di Firdaus.   
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Lukas 23:43Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
✔ Nubuat yang Digenapi :   
  • Yesaya 53:11Oleh karena kepenuhan jiwa-Nya, Ia akan melihat keturunan-Nya, memperpanjang umur-Nya, dan kehendak TUHAN akan terlaksana oleh-Nya.  
  • Yesus memberikan hidup kekal kepada penjahat yang bertobat, menunjukkan kuasa-Nya sebagai Mesias untuk menyelamatkan.  
5. Ibu, inilah anakmu!
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:26-27Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.  
✔ Nubuat yang Digenapi :
  • Mazmur 69:8-9Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.
  • Yesus, dalam penderitaan-Nya, diasingkan oleh banyak orang, termasuk keluarga-Nya (Markus 3:21). Pemeliharaan-Nya terhadap Maria mencerminkan penggenapan nubuat tentang kesepian Mesias.  
6. Sudah selesai! 
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:30 : Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
✔ Nubuat yang Digenapi : 
  • Kejadian 2:1-3 (Penggenapan "penciptaan baru")  
  • Kata "Tetelestai" (Yunani: "sudah selesai") merujuk pada penyelesaian karya penebusan, seperti Allah menyelesaikan penciptaan. 
  • Mazmur 22:31 : Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir, sebab Ia telah melakukannya.
  • Kata "Ia telah melakukannya" (dalam Septuaginta/Yunani: tetelestai) paralel dengan ucapan Yesus.  
7. Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku 
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Lukas 23:46Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 
✔ Nubuat yang Digenapi : 
  • Mazmur 31:5Ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia.  
  • Yesus mengutip langsung Mazmur ini, menegaskan ketaatan-Nya kepada Bapa dan penggenapan nubuat tentang kematian-Nya yang bersifat sukarela.  

Nubuat Lain yang Terkait dengan Penyaliban 
Selain ucapan Yesus, peristiwa penyaliban secara keseluruhan menggenapi nubuat lain:  

1. Penusukan Lambung.
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:34-37tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.
 ✔ Nubuat yang Digenapi : 
  • Zakharia 12:10Mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam.  
2. Undian atas jubah-Nya.
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:23-24 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian — dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
 ✔ Nubuat yang Digenapi : 
  • Mazmur 22:18Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.  
3. Tulang-Nya tidak dipatahkan.
✔ Sumber Perjanjian Baru : 
  • Yohanes 19:33-36tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.  
✔ Nubuat yang Digenapi : 
  • Keluaran 12:46 : Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikit pun dari daging itu keluar rumah; satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan. (Anak Domba Paskah) 
  • Mazmur 34:20 Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang dipatahkan.  

Signifikansi Teologis  
  • Kesengajaan Ilahi : Setiap perkataan dan peristiwa penyaliban menunjukkan bahwa kematian Yesus bukanlah kecelakaan sejarah, melainkan rencana Allah yang telah dinubuatkan.  
  • Paralel dengan Anak Domba Paskah : Yesus digambarkan sebagai Anak Domba Allah (Yohanes 1:29) yang dikorbankan untuk menebus dosa, menggenapi simbolisme korban Perjanjian Lama.  
  • Kemenangan atas Dosa : Penggenapan nubuat menegaskan kedaulatan Allah dalam sejarah keselamatan.  

Makna SURGA menurut Kitab Wahyu pasal 21-22

đź’«1.  Surga adalah Tempat Hadirat Allah Penuh “Kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba adalah lampunya.”  ( Wahyu 21:23 ) Surga adal...