Tuesday, August 26, 2025

Makna Perpuluhan dalam Perjanjian Lama dan Baru

Perpuluhan adalah salah satu topik yang sering menimbulkan pertanyaan di tengah jemaat: untuk siapa sebenarnya perpuluhan itu? Apakah masih berlaku bagi orang percaya sekarang, ataukah hanya untuk bangsa Israel di zaman Perjanjian Lama? Agar tidak salah memahami, kita perlu melihat kembali dasar Alkitab. Dalam Perjanjian Lama, perpuluhan diatur dengan jelas sebagai bagian dari hukum Taurat dan memiliki tujuan khusus. Namun, dalam Perjanjian Baru, Yesus dan para rasul membawa kita kepada pemahaman yang lebih dalam: memberi bukan sekadar soal angka, melainkan sikap hati yang rela, penuh kasih, dan mendukung pekerjaan Tuhan serta menolong sesama.


📖 Dalam Perjanjian Lama

  1. Untuk suku Lewi (pelayan Kemah Suci & Bait Allah)

    • Suku Lewi tidak mendapat bagian tanah pusaka seperti suku lain. Mereka hidup dari perpuluhan umat.

    • Bilangan 18:21:

      "Kepada orang Lewi, sesungguhnya telah Kuberikan setiap persembahan persepuluhan di Israel sebagai milik pusaka sebagai balasan pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu pekerjaan pelayanan dalam Kemah Pertemuan."

  2. Untuk kebutuhan ibadah & rumah Tuhan

    • Maleakhi 3:10:

      "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku."

    • Jadi perpuluhan mendukung kelangsungan pelayanan ibadah.

  3. Untuk orang miskin, janda, yatim, dan orang asing

    • Ada jenis perpuluhan khusus (setiap tahun ketiga) yang dipakai untuk menolong orang miskin.

    • Ulangan 14:28-29:

      "Pada akhir tahun yang ketiga... engkau harus memberikan itu kepada orang Lewi... juga kepada orang asing, anak yatim, dan janda yang ada di dalam tempatmu, supaya mereka dapat makan dan menjadi kenyang."


📖 Dalam Perjanjian Baru

  • Yesus tidak meniadakan perpuluhan, melainkan menggenapi hukum Taurat. Dengan demikian, perpuluhan bukan lagi sekadar kewajiban hukum, tetapi dapat dipahami sebagai prinsip rohani yang mendidik kita dalam memberi. Karena itu, ketika Yesus menegur orang Farisi, Ia bukan menolak perpuluhan, melainkan menekankan bahwa mereka sibuk menghitung perpuluhan tetapi mengabaikan hal-hal yang jauh lebih penting, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.

    • Matius 23:23:

      "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, ... kamu membayar persepuluhan... tetapi kamu mengabaikan hal-hal yang lebih penting dari hukum Taurat, yaitu: keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan."

  • Prinsip utamanya digeser dari sekadar kewajiban hukum menjadi ekspresi kasih & ketaatan kepada Tuhan.

  • Dalam jemaat mula-mula, pola persembahan lebih bersifat saling berbagi (Kisah Para Rasul 2:44-45; 2 Korintus 9:7).


📌 Kesimpulan

  • Perjanjian Lama: Perpuluhan diberikan untuk suku Lewi, kebutuhan rumah Tuhan, dan orang miskin.

  • Perjanjian Baru: Bukan lagi soal angka hukum 10%, tetapi soal hati yang rela memberi, mendukung pelayanan, dan menolong sesama.

Intinya: perpuluhan adalah sarana untuk mendukung pelayanan Allah dan menolong sesama, bukan hanya kewajiban, tetapi bukti kasih dan ketaatan.

No comments:

Buah-Buah Roh dalam Kehidupan Sehari-Hari

Alkitab mengajarkan bahwa kehidupan orang percaya seharusnya berbuah. Rasul Paulus menuliskan dengan jelas dalam Galatia 5:22-23 bahwa: “Bu...