Monday, June 21, 2021

5 Keyakinan Penting untuk Hati yang Damai


Jika kita adalah seorang Kristen, Tuhan sendirilah yang bertanggungjawab atas hidup kita. Dia adalah penjaga kita. Dan Dia tidak pernah kehilangan kendali atas ciptaan-Nya selama sepersekian detikpun sejak permulaan jaman. Dia tidak kehilangan satupun ukuran dari kekuatan-Nya ataupun kekuasaan-Nya. Dia adalah Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Hadir, dan semua kasih-Nya saat ini sama seperti waktu awal manusia ada.

Walaupun kita tidak selalu memahami tujuan-Nya, memahami cara Tuhan selalu menuntun kita kepada pemahaman bahwa Tuhan akan bertindak dengan cara yang mendatangkan berkat kekal bagi anak-anak-Nya. Selama bertahun-tahun, Charles Frazier Stanley menemukan 5 (lima) keyakinan penting untuk memiliki hati yang penuh damai. Charles menantang kita untuk melihat secara jauh pada apa yang kita percayai tentang Tuhan. Kedamaian kita ditentukan oleh sejauh mana kebenaran-kebenaran ini tertanam dalam jiwa kita.

Keyakinan 1 : Tuhan Berdaulat Penuh.
Menyadari dan menerima kebenaran bahwa Tuhan berdaulat atas segalanya itu penting untuk kedamaian batin kita. Hal ini berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang terkait dengan kita yang terlewat dari pengawasan Tuhan dan kasih sayang-Nya. 
  • "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia". (Kolose 1:17)

Keyakinan 2: Tuhan Adalah Penyedia Bagi Anda.
Dari lembar ke lembar, Alkitab mempunyai pesan yang jelas bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang menyediakan semua yang kita butuhkan. Tidak ada kebutuhan kita yang terlalu besar, terlalu sulit, atau terlalu berat untuk Tuhan sediakan. 
  • "Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik". (Mazmur 34:10)

Keyakinan 3: Tuhan Menciptakan Anda Apa Adanya Dengan Suatu Tujuan.
Ada banyak hal dalam hidup kita yang tidak dapat kita kendalikan. Terima hal-hal tersebut sebagai bagian dari cara Tuhan menciptakan diri kita. Ras, budaya, bahasa, kebangsaan, gender, dan banyak atribut fisik lainnya adalah "pilihan" Tuhan. Tuhan juga memberi kita talenta, bakat, kecerdasan, kepribadian dan karunia rohani yang, secara keseluruhan, menjadikan kita pribadi yang unik di bumi ini untuk menyempurnakan rencana Tuhan atas diri kita. 
  • "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya". (Mazmur 139:13-16)

Keyakinan 4: Tuhan Mempunyai Sebuah Tempat Yang Khusus Untuk Anda.
Tuhan menciptakan kita untuk bersekutu dengan diri-Nya dan orang lain. Percayalah kepada-Nya untuk membantu kita mendapatkan rasa memliki yang kuat terhadap Tuhan dan untuk menyediakan kepada kita sebuah "keluarga" dari sesama orang percaya di mana kita dapat bergabung di dalamnya. Lalu, seiring kita bertumbuh di dalam Tuhan, jangkaulah orang lain. 
  • "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib". (1 Petrus 2:9)

Keyakinan 5: Tuhan Mempunyai Rencana Untuk Pemenuhan Anda.
Untuk kedamaian batin yang sejati, seseorang harus mengetahui dirinya berkompeten, sanggup, mampu, dan terampil dalam melakukan sesuatu. Ada perasaan damai yang luar biasa yang datang saat kita tahu bahwa kita mampu menampilkan kinerja yang baik atau melakukan pekerjaan yang baik.
  • "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi". (Efesus 2:10)

KESIMPULAN
Saat kita menerima kelima keyakinan penting ini sebagai inti dari keberadaan kita dan percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam kita dan di atas kita, kedamaian batin akan benar-benar menjadi milik kita.

Daftar Pustaka :
  • Charles Frazier Stanley, Finding Peace (T. Nelson Publishers, 2003)

Sunday, January 17, 2021

Beda Pencobaan dan Ujian

Perbedaan Pencobaan dan Ujian Berdasarkan Perspektif Alkitab

1. Sumber

  • Pencobaan:
    • Sumbernya adalah Iblis (Matius 4:1; Yakobus 1:13).
    • Dapat juga berasal dari keinginan daging manusia (Yakobus 1:14).
  • Ujian:
    • Sumbernya adalah Tuhan (Kejadian 22:1; Yakobus 1:3).
    • Tuhan mengizinkan ujian sebagai bagian dari proses membentuk karakter umat-Nya.

2. Motivasi

  • Pencobaan:
    • Motivasi Iblis adalah untuk menggoda dan menjatuhkan manusia ke dalam dosa (1 Petrus 5:8).
    • Berakar dari kebencian terhadap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
  • Ujian:
    • Motivasi Tuhan adalah untuk membentuk, memurnikan, dan menguatkan iman (Yakobus 1:2-3; 1 Petrus 1:6-7).
    • Berakar dari kasih Tuhan kepada umat-Nya.

3. Tujuan

  • Pencobaan:
    • Untuk menjauhkan manusia dari Tuhan (Yakobus 1:15).
    • Untuk menghancurkan iman dan membawa pada kehancuran rohani (Yohanes 10:10).
  • Ujian:
    • Untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan (Yakobus 4:8).
    • Untuk memurnikan iman (1 Petrus 1:7) dan menumbuhkan ketekunan serta pengharapan (Roma 5:3-4).
    • Untuk membuktikan ketaatan kepada Tuhan (Kejadian 22:12).

4. Fenomena yang Terlihat

  • Pencobaan:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk godaan untuk melakukan dosa:
      • Keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).
      • Contoh: godaan Hawa untuk memakan buah terlarang (Kejadian 3:1-6).
    • Dapat tampak menarik atau menyenangkan di awal tetapi berujung pada dosa dan kehancuran (Yakobus 1:14-15).
  • Ujian:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk kesulitan atau tantangan hidup:
      • Kesulitan ekonomi, penganiayaan, atau kehilangan (Ayub 1:13-22).
      • Contoh: Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak (Kejadian 22:1-19).
    • Tampak berat atau menyakitkan, tetapi menghasilkan buah kebenaran (Ibrani 12:11).

Dukungan Ayat-Alkitab

  • Pencobaan:

    • "Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: Pencobaan ini datang dari Allah! Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun." (Yakobus 1:13).
    • "Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14).
    • "Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
  • Ujian:

    • "Maka Allah mencoba Abraham" (Kejadian 22:1).
    • "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).
    • "Imanmu diuji, sama seperti emas diuji dalam api, supaya nyata bahwa imanmu itu lebih mahal daripada emas yang fana." (1 Petrus 1:7).

KESIMPULAN
Pencobaan bertujuan untuk menjauhkan manusia dari Tuhan dan berujung pada dosa. Sebaliknya, ujian bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan, memurnikan iman, dan menumbuhkan ketekunan. Pencobaan harus ditolak dengan kekuatan firman Tuhan, sementara ujian harus dihadapi dengan iman, ketekunan, dan pengharapan.

Daftar Pustaka :

Sunday, January 03, 2021

Sisilah Raja-Raja Israel Dan Yehuda

Berikut adalah silsilah raja-raja Israel dan Yehuda yang tercatat dalam Alkitab. Setelah kerajaan Israel pecah menjadi dua (setelah pemerintahan Salomo), kerajaan itu terbagi menjadi Kerajaan Israel (utara) dan Kerajaan Yehuda (selatan).


1. Kerajaan Bersatu

  1. Saul (1050–1010 SM)

    • Suku: Benyamin.
    • Raja pertama Israel, diurapi oleh Samuel (1 Samuel 10).
  2. Daud (1010–970 SM)

    • Suku: Yehuda.
    • Dikenal sebagai raja yang berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 13:14).
  3. Salomo (970–931 SM)

    • Anak Daud dan Batsyeba.
    • Dikenal atas hikmatnya dan membangun Bait Suci pertama di Yerusalem.

2. Kerajaan Israel (Utara)

Kerajaan ini terdiri dari 10 suku dan beribukota di Samaria. Semua raja Israel utara dianggap tidak setia kepada Tuhan.

  1. Yerobeam I (931–910 SM)
  2. Nadab (910–909 SM)
  3. Baesa (909–886 SM)
  4. Ela (886–885 SM)
  5. Zimri (885 SM, 7 hari)
  6. Omri (885–874 SM)
  7. Ahab (874–853 SM)
  8. Ahazia (853–852 SM)
  9. Yoram (852–841 SM)
  10. Yehu (841–814 SM)
  11. Yoahas (814–798 SM)
  12. Yoas (798–782 SM)
  13. Yerobeam II (793–753 SM)
  14. Zakharia (753–752 SM)
  15. Salum (752 SM, 1 bulan)
  16. Menahem (752–742 SM)
  17. Pekahya (742–740 SM)
  18. Pekah (740–732 SM)
  19. Hosea (732–722 SM)
  • Kerajaan Israel runtuh pada 722 SM akibat penaklukan Asyur.

3. Kerajaan Yehuda (Selatan)

Kerajaan ini terdiri dari 2 suku (Yehuda dan Benyamin) dan beribukota di Yerusalem. Raja-raja Yehuda lebih setia kepada Tuhan dibanding raja Israel utara.

  1. Rehabeam (931–913 SM)
  2. Abia (913–911 SM)
  3. Asa (911–870 SM)
  4. Yosafat (870–848 SM)
  5. Yoram (848–841 SM)
  6. Ahazia (841 SM)
  7. Atalya (841–835 SM, seorang ratu)
  8. Yoas (835–796 SM)
  9. Amazia (796–767 SM)
  10. Uzia (Azarya) (767–740 SM)
  11. Yotam (740–732 SM)
  12. Ahaz (732–716 SM)
  13. Hizkia (716–687 SM)
  14. Manasye (687–642 SM)
  15. Amon (642–640 SM)
  16. Yosia (640–609 SM)
  17. Yoahas (609 SM, 3 bulan)
  18. Yoyakim (609–598 SM)
  19. Yoyakhin (598–597 SM, 3 bulan)
  20. Zedekia (597–586 SM)
  • Kerajaan Yehuda runtuh pada 586 SM akibat penaklukan Babel.

Catatan Penting:

  • Israel Utara: Tidak ada raja yang setia kepada Tuhan, mereka sering menyembah berhala.
  • Yehuda Selatan: Beberapa raja setia kepada Tuhan (contoh: Asa, Yosafat, Hizkia, dan Yosia).
  • Banyak nubuat dan teguran dari nabi-nabi seperti Elia, Elisa, Yesaya, dan Yeremia terjadi selama masa pemerintahan raja-raja ini.

Daftar Pustaka :
  • Alkitab

Saturday, January 02, 2021

Puasa dalam Alkitab: Pelajaran dari Tokoh-Tokoh dan Tujuan Rohani di Baliknya


Kita sering membaca para tokoh-tokoh dalam Alkitab berpuasa, yaitu sebagai berikut:

Dalam kitab Perjanjian Lama :
  1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan roti dan tidak minum air (Keluaran 24:16 dan Keluaran 34:28);
  2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Samuel 12:16);
  3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raja-Raja 19:8);
  4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Ester 4:16);
  5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (Ayub 2:13);
  6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Daniel 1:12), doa dan puasa (Daniel 9:3), berkabung selama 21 hari (Daniel 10:2);
  7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17);
  8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).
Dalam kitab Perjanjian Baru :
  1. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Matius 4:2);
  2. Puasa Yohanes Pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Matius 11:18);
  3. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kisah Para Rasul 9:9);
  4. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2-3).
Puasa bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk memfokuskan pikiran dan tubuh kita untuk alasan rohani. Kapanpun kita berpuasa, lakukan itu karena alasan yang disebutkan atau dicontohkan dalam Alkitab. Berikut adalah sepuluh tujuan utama puasa yang disebutkan dalam Alkitab : 

1. Untuk Memperkuat Doa (Ezra 8:23)
  • Puasa dan doa sering berjalan beriringan sebagai bentuk komunikasi rohani yang intens dengan Allah. Puasa bukanlah alat untuk “memaksa” Tuhan mendengar doa kita, melainkan sarana untuk mengubah sikap dan fokus hati kita saat berdoa. Dengan menahan kebutuhan fisik seperti makan, kita menaruh perhatian penuh pada Tuhan, melepas gangguan duniawi, dan membuka diri untuk mendengar suara-Nya dengan lebih jelas. Dalam konteks Ezra, puasa membantu jemaat menunjukkan kesungguhan dan kerendahan hati saat memohon perlindungan dan penyertaan Tuhan dalam perjalanan berbahaya. 
2. Untuk Mencari Bimbingan Tuhan (Hakim-Hakim 20:26)
  • Puasa juga merupakan bentuk pencarian arah dan hikmat ilahi. Ketika umat Israel berpuasa di Hakim-Hakim 20, mereka bukan berusaha mengubah kehendak Tuhan, melainkan menyiapkan hati agar lebih peka dan taat pada petunjuk-Nya. Puasa memperdalam kepekaan rohani, menajamkan pendengaran rohani sehingga kita tidak sekadar mendengar suara kita sendiri, melainkan benar-benar menangkap kehendak Allah. Ini penting terutama saat kita menghadapi keputusan besar atau jalan yang penuh tantangan.
3. Untuk Mengungkapkan Kesedihan (1 Samuel 31:13)
  • Mengekspresikan kesedihan adalah salah satu alasan utama berpuasa. Pernahkah kita menyadari bahwa saat kita meneteskan air mata karena kesedihan, kita kehilangan keinginan untuk makan? Ketika kita berduka, keluarga dan teman-teman kita seringkali harus memohon kepada kita untuk makan karena respon tubuh yang tepat terhadap kesedihan adalah berpuasa. Sebuah contoh utama terjadi dalam 2 Samuel 1:12, di mana Daud dan orang-orangnya digambarkan sebagai “berkabung dan menangis dan berpuasa sampai malam” untuk teman-teman mereka, musuh mereka dan bangsanya.
4. Untuk Mencari Pembebasan atau Perlindungan (2 Tawarikh 20: 3 - 4)
  • Puasa dalam konteks ini adalah sarana memohon pertolongan Allah dalam menghadapi ancaman nyata, baik dari musuh maupun situasi sulit lainnya. Puasa yang dilakukan bersama-sama menunjukkan persatuan umat dan kesungguhan mereka dalam mencari keselamatan ilahi. Ini bukan sekadar ritual, tetapi langkah aktif dalam peperangan rohani dan fisik, di mana umat mengakui keterbatasan mereka dan menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada kuasa Tuhan.
5. Untuk Mengungkapkan Pertobatan dan Kembali Kepada Tuhan (1 Samuel 7: 6)
  • Puasa adalah tanda pertobatan yang nyata, bukan sekadar kata-kata kosong. Saat umat Israel berpuasa dan bersujud, mereka menunjukkan kesungguhan hati dalam meninggalkan dosa dan berbalik kepada Tuhan. Puasa dalam konteks pertobatan mengandung elemen kesedihan atas kesalahan, pengakuan dosa, dan tekad untuk berubah, sekaligus mengundang anugerah pengampunan dan pembaruan dari Allah.
6. Untuk Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan (1 Raja-raja 21:27 - 29)
  • Kerendahan hati adalah sikap hati yang paling berkenan kepada Tuhan, dan puasa merupakan ekspresi eksternal dari kerendahan tersebut. Donald Whitney menekankan bahwa puasa itu sendiri bukan kerendahan hati, melainkan tanda atau buah dari kerendahan hati sejati. Dengan menahan diri dari kebutuhan fisik, kita mengakui ketergantungan penuh pada Allah, mengurangi kesombongan diri, dan membuka diri untuk mengalami kuasa dan kasih karunia-Nya secara lebih mendalam.
7. Untuk Mengungkapkan Kepedulian Terhadap Pekerjaan Tuhan (Nehemia 1: 3 - 4)
  • Nehemia menunjukkan bahwa puasa dapat menjadi wujud nyata dari kepedulian dan komitmen terhadap misi Tuhan. Saat mendengar berita yang memilukan tentang Yerusalem, ia berpuasa dan berdoa sebagai tanda perhatian yang mendalam dan permohonan agar Tuhan menggerakkan tangan-Nya dalam pemulihan. Puasa dalam konteks ini mendorong kita untuk aktif terlibat secara rohani dalam pekerjaan Allah dan menunjukkan solidaritas dengan visi ilahi.
8. Untuk Melayani Kebutuhan Orang Lain (Yesaya 58: 3 - 7)
  • Yesaya mengajarkan bahwa puasa sejati tidak hanya tentang menahan diri secara pribadi, tetapi juga harus disertai dengan tindakan nyata bagi sesama—memberi makan orang lapar, membebaskan yang tertindas, dan memperhatikan kebutuhan orang miskin. Puasa menjadi sarana melatih kasih dan keadilan sosial, di mana kita mengorbankan kebutuhan diri untuk melayani dan memperhatikan sesama sebagai bagian dari ibadah yang menyenangkan hati Tuhan.
9. Untuk Mengatasi Godaan dan Mengabdikan Diri Kita Kepada Tuhan (Matius 4: 1 - 11)
  • Puasa Yesus di padang gurun menjadi contoh utama bagaimana puasa memperkuat ketahanan rohani menghadapi godaan. Dengan mengendalikan kebutuhan jasmani, Yesus menegaskan pengabdian penuh kepada kehendak Allah dan menolak godaan duniawi. Puasa menguatkan kita dalam pertempuran rohani dengan mengasah disiplin diri, memperkuat fokus pada Tuhan, dan mengurangi kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh si jahat.
10. Untuk Mengungkapkan Cinta dan Penyembahan Kepada Tuhan (Lukas 2:37)
  • Puasa juga merupakan bentuk penyembahan yang dalam, di mana kita menunjukkan apa yang paling kita rindukan dan hargai dalam hidup ini. John Piper mengatakan, “Apa yang paling kita lapar, kita sembah.” Dengan puasa, kita menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan, melepaskan ketergantungan pada kebutuhan jasmani dan mengekspresikan cinta sejati kepada-Nya yang mengalahkan segala sesuatu. Ini adalah pernyataan totalitas dan kasih dalam hubungan kita dengan Tuhan.

Sunday, December 27, 2020

Perbandingan antara Kitab TaNak dengan Kitab Perjanjian Lama

TaNaK dan Perjanjian Lama: Pemahaman yang Mendalam tentang Kitab Suci

Kitab suci memiliki struktur dan penggolongan yang berakar dalam tradisi keagamaan. Dalam agama Yahudi, Kitab Suci dikenal sebagai TaNaK, sedangkan dalam kekristenan, kitab ini disebut sebagai Perjanjian Lama. Meskipun keduanya berbagi isi yang sama dalam banyak hal, ada perbedaan dalam susunan dan penekanannya.


TaNaK (Kitab Suci Yahudi)

TaNaK adalah akronim yang berasal dari tiga bagian utama kitab suci Yahudi: Torah (Taurat), Neviim (Nabi-Nabi), dan Ketuvim (Tulisan).

1. Torah (Taurat)

Bagian ini mencakup lima kitab pertama yang ditulis oleh Musa, dikenal juga sebagai Pentateukh dalam tradisi Kristen. Taurat adalah fondasi hukum dan identitas bangsa Israel.

  • Kejadian
  • Keluaran
  • Imamat
  • Bilangan
  • Ulangan

2. Neviim (Nabi-Nabi)

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Awal: Menceritakan sejarah Israel, peran para nabi, dan hubungan umat dengan Allah.
    • Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-Raja
  • Nabi Terakhir: Berisi nubuat-nubuat yang menegur, memperingatkan, dan menghibur umat Israel.
    • Yesaya, Yeremia, Yehezkiel
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

3. Ketuvim (Tulisan)

Bagian ini adalah kumpulan tulisan yang mencakup puisi, hikmat, dan sejarah.

  • Mazmur, Ayub, Amsal
  • Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan, Ester
  • Daniel, Ezra, Nehemia, Tawarikh

Perjanjian Lama (Kitab Suci Kristen)

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari Alkitab Kristen yang mencakup kitab-kitab yang sama dengan TaNaK, tetapi disusun dalam urutan yang berbeda.

1. Pentateuch (5 Kitab Musa)

Kitab-kitab ini identik dengan Taurat dalam tradisi Yahudi.

  • Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan

2. Sejarah

Mencatat perjalanan bangsa Israel dari penaklukan Kanaan hingga masa pembuangan.

  • Yosua, Hakim-Hakim, Rut
  • 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh
  • Ester, Ezra, Nehemia

3. Puisi dan Hikmat

Berisi refleksi iman dan pemahaman hikmat dalam kehidupan sehari-hari.

  • Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung

4. Nabi-Nabi

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Besar: Kitab-kitab yang lebih panjang.
    • Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel
  • Nabi Kecil: Kitab-kitab yang lebih pendek tetapi sarat makna.
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

Persamaan dan Perbedaan

  1. Persamaan:

    • Isi kitab-kitab inti serupa, mencakup sejarah, hukum, nubuat, dan hikmat.
    • Kedua kitab ini menyoroti hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
  2. Perbedaan:

    • Susunan: TaNaK menekankan kronologi sejarah dan ketatanegaraan Israel, sedangkan Perjanjian Lama lebih tematis.
    • Penekanan: TaNaK berakhir dengan kitab Tawarikh (mengacu pada harapan pemulihan Israel), sementara Perjanjian Lama berakhir dengan kitab Maleakhi (mengarah pada kedatangan Mesias).

KESIMPULAN

Baik TaNaK maupun Perjanjian Lama adalah kitab suci yang penuh dengan hikmat, sejarah, dan janji Allah. Keduanya berbicara tentang kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya dan memberikan landasan bagi iman orang percaya. Pemahaman akan susunan dan tujuannya memperkaya penghargaan kita terhadap Alkitab.

Daftar Pustaka:

  • Alkitab
  • BibleProject™: Learn the Bible for Free Online

    Thursday, September 24, 2020

    Apakah dalam Kristus ada Penderitaan dan Penganiayaan?


    Penderitaan: Jantung dari Injil

    Penderitaan adalah jantung dari Injil; tanpa penyaliban, tidak ada kebangkitan. Yesus sendiri menanggung penderitaan yang luar biasa, menjadi contoh sempurna tentang bagaimana penderitaan dapat membawa kemenangan melalui kebangkitan-Nya. Namun, dalam kehidupan orang percaya, terdapat banyak kesalahpahaman tentang penderitaan dan penganiayaan, yang seringkali berakar dari pandangan dunia yang tidak sejalan dengan ajaran Alkitab.

    Beberapa kesalahan umum dalam memahami penderitaan adalah:

    1. Semua penderitaan adalah hukuman atas dosa.
    2. Orang yang menderita harus selalu tampak bahagia dan tidak boleh bersedih.
    3. Penderitaan hanya menimpa orang-orang Kristen yang paling kudus, menyebabkan kesombongan bagi yang menderita dan kekalahan rohani bagi yang tidak menderita.
    4. Penderitaan dianggap sebagai sesuatu yang megah, memuja mereka yang menderita.
    5. Penganiayaan harus ditakuti.
    6. Penderitaan dilihat sebagai tanda kekalahan.

    Namun, ajaran Alkitab tentang penderitaan sangat berbeda. Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti atau dipuja, melainkan bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman yang mengarah pada kemuliaan Allah. Berikut adalah sejumlah ajaran Alkitab tentang penderitaan dan penganiayaan:

    1. Umat Kristen Akan Menderita

    Seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 14:22, "…..bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara." Penderitaan adalah bagian dari hidup orang percaya, bukan sesuatu yang bisa dihindari.

    2. Tuhan Mengizinkan Penderitaan

    Dalam 1 Petrus 4:19, kita diajarkan bahwa "baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Penderitaan yang kita alami tidak selalu berasal dari kesalahan kita, tetapi bisa menjadi bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

    3. Penderitaan dalam Kehendak Allah Memiliki Makna dan Tujuan

    Penderitaan bukanlah hal yang sia-sia. Tuhan menggunakannya untuk berbagai tujuan yang baik:

    • Mengarahkannya: "Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati" (Amsal 20:30).
    • Mengujinya: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yakobus 1:2-3).
    • Memperbaikinya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (Mazmur 119:71).
    • Melindunginya: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20).
    • Menyempurnakannya: "Ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (Roma 5:3-4).

    4. Janganlah Mengalami Derita Karena Perbuatan Jahat

    Penderitaan yang kita alami harusnya bukan karena perbuatan jahat. Dalam 1 Petrus 4:15, kita diingatkan untuk tidak menderita karena kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, atau tindakan keji lainnya.

    5. Ada Berkat dalam Penderitaan untuk Kebenaran

    "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:10). Penderitaan yang kita alami karena mengikuti Kristus membawa berkat dan kemuliaan dari Tuhan.

    6. Penderitaan Menunjuk pada Kemuliaan Sorga

    "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18). Penderitaan yang kita alami hanyalah sementara, dan membawa kita lebih dekat pada kemuliaan yang kekal.

    7. Para Penderita Berbagi Penderitaan Yesus

    "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10). Penderitaan yang kita alami menghubungkan kita dengan penderitaan Kristus, memperdalam pemahaman kita akan kasih-Nya.

    8. Ada Kemenangan dalam Penderitaan

    "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Roma 8:28). Penderitaan bukanlah akhir, tetapi jalan menuju kemenangan bersama Kristus.

    Persiapan Menghadapi Penderitaan dan Penganiayaan

    Dalam menghadapi penderitaan, kita perlu:

    • Mengenal firman Allah: Firman Tuhan menjadi sumber penghiburan dan kekuatan dalam penderitaan.
    • Hidup bergaul dengan Tuhan: Hubungan yang intim dengan Tuhan memberi ketenangan dalam segala keadaan.
    • Tunduk kepada Roh Kudus: Roh Kudus membimbing dan menguatkan kita untuk bertahan dalam penderitaan.
    • Berdoa bersama sesama percaya: Dukungan doa dari saudara seiman memperkuat kita dalam menghadapi tekanan.

    Penderitaan bukanlah akhir dari kisah hidup kita, melainkan alat yang digunakan oleh Tuhan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman kita. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang meskipun menderita, tetap menjalani kehendak Bapa-Nya demi keselamatan dunia.

    Daftar Pustaka:

    • Alkitab
    • Estrabrooks, Paul (2003). Standing Strong Through The Storm: A Manual for Christians Facing Pressure and Persecution. Publisher: Open Doors Resources

    Saturday, June 27, 2020

    Injil Matius dalam Bahasa Melayu


    Albert Cornelius Ruyl dan Tonggak Sejarah Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Melayu

    Albert Cornelius Ruyl, seorang pedagang junior Perusahaan Hindia Belanda (VOC), memulai perjalanannya ke Nusantara pada tahun 1600, enam tahun setelah kapal Belanda pertama tiba di kepulauan ini. Di tengah aktivitasnya sebagai pedagang, Ruyl belajar bahasa Melayu di Sumatera dan menulis buku tata bahasa Melayu berjudul A Mirror of the Malay Language (Spigel van de Maleise Tale) pada tahun 1611. Karyanya ini menjadi salah satu upaya awal untuk memahami dan mendokumentasikan bahasa Melayu sebagai lingua franca kawasan tersebut.

    Selain mendalami bahasa, Ruyl juga terlibat dalam misi teologis. Pada tahun 1612, ia menyelesaikan terjemahan dwibahasa Injil Matius dalam bahasa Belanda dan Melayu. Karya ini dirampungkan hanya setahun setelah King James Version diterbitkan dalam bahasa Inggris. Namun, terjemahan Ruyl baru diterbitkan pada tahun 1629 di Enkhuizen, salah satu pelabuhan utama VOC di Belanda. Cetakan ini bersifat dwibahasa, dengan teks Melayu dan Belanda dicetak berdampingan, memungkinkan pembacaan paralel.


    Konteks Teologis dan Politis Terjemahan Ruyl

    Terjemahan Ruyl tidak terlepas dari konteks hubungan kompleks antara VOC, Pemerintah Negara Bagian Belanda, dan Gereja Reformed Belanda. Pada abad ke-17, cita-cita teokratis Calvinistik menjadi panduan utama bagi negara dan gereja. Dalam Pengakuan Iman Belgica Pasal 26, negara dipandang sebagai pelindung pelayanan gereja dan penegak kebijakan untuk menghancurkan penyembahan berhala serta agama-agama non-Kristen.

    VOC, dalam kontraknya dengan Pemerintah Belanda, bertanggung jawab menjaga kepercayaan publik, termasuk iman keluarga multietnis yang terbentuk melalui pernikahan antara pegawai VOC dan wanita lokal. Gereja Reformed Belanda mengakui perkawinan ini, sehingga anak-anak mereka membutuhkan pengajaran iman menggunakan bahasa yang mereka pahami, yaitu Melayu dan Portugis. Oleh karena itu, tujuan utama (skopos) terjemahan Ruyl adalah mendukung pelayanan gereja dan pendidikan di sekolah-sekolah yang disponsori VOC, khususnya bagi komunitas multi-etnis Reformed di Hindia Timur.


    Makna Sejarah dan Pengaruh Global

    Terjemahan Injil Matius karya Ruyl menjadi tonggak penting dalam sejarah penerjemahan Alkitab. Ini adalah pertama kalinya bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa non-Eropa untuk tujuan penginjilan. The British and Foreign Bible Society serta United Bible Societies mengakui momen ini sebagai peristiwa bersejarah, mencatat:

    "Injil Matius dalam bahasa Melayu yang dicetak pada tahun 1629 merupakan peristiwa yang penting, sebab inilah terjemahan dan terbitan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa non-Eropa untuk kepentingan penginjilan."


    Isi dan Keberlanjutan Karya Ruyl

    Selain teks Injil Matius, cetakan ini memuat beberapa tambahan penting, seperti Sepuluh Perintah Allah, Nyanyian Zakharia, Nyanyian Maria, Nyanyian Simeon, Pengakuan Iman Rasuli, beberapa petikan Mazmur, Doa Bapa Kami, dan doa-doa lainnya. Saat ini, cetakan langka Injil Matius karya Ruyl disimpan di Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman, dan di British Museum, London, Inggris.


    KESIMPULAN

    Karya Ruyl tidak hanya mencerminkan semangat penginjilan VOC tetapi juga mengukuhkan bahasa Melayu sebagai media penting dalam penyebaran Injil di Nusantara. Terjemahan ini menegaskan peran bahasa lokal dalam mendekatkan pesan Allah kepada setiap bangsa, seperti yang diperintahkan dalam Amanat Agung. Ruyl, melalui dedikasi dan visi lintas budaya, telah membuka jalan bagi penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa dunia.

    Daftar Pustaka:

    Friday, May 22, 2020

    Hidup Sehat Dan Pola Makan Sehat Ala dr. Tan Shot Yen

    Dr. Tan Shot Yen: Dokter yang Mendidik Pasien untuk Mandiri

    Mengubah Paradigma Kesehatan
    Dr. Tan Shot Yen, seorang dokter yang mempraktikkan prinsip kesehatan holistik, menolak pendekatan medis yang hanya berfokus pada obat-obatan. Menurutnya, pasien perlu memiliki otonomi atas tubuh mereka sendiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada dokter atau obat. Filosofi ini tercermin dalam praktik kesehariannya di kliniknya di Bumi Serpong Damai, di mana ia tak sekadar mengobati, tetapi juga mendidik pasien untuk menjalani gaya hidup sehat.

    Dalam interaksinya dengan pasien, dr. Tan dikenal dengan gaya bicara yang tegas dan penuh semangat. Apa yang tampak seperti kemarahan sebenarnya adalah upayanya menyampaikan pesan penting: kesehatan sejati dimulai dari perubahan gaya hidup, bukan dari pil atau prosedur instan. Ia menekankan bahwa pertanyaan paling penting bukanlah "bagaimana cara sembuh," tetapi "mengapa sakit terjadi."

    Prinsip Hidup Sehat: Mengedukasi, Bukan Meresepkan
    Salah satu keunikan dr. Tan adalah ketidakmudahannya memberi resep obat. Mayoritas pasien yang meninggalkan ruang prakteknya tidak membawa resep, kecuali suplemen seperti vitamin atau omega-3 jika memang diperlukan. Baginya, ketergantungan pada obat tidak menyelesaikan masalah mendasar. "Apa gunanya obat kalau akar masalahnya, yaitu gaya hidup, tetap dibiarkan?" katanya tegas.

    Sebagai gantinya, dr. Tan mengedukasi pasien tentang pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik, dan keseimbangan emosional. Ia percaya banyak penyakit kronis seperti diabetes, stroke, dan kanker adalah hasil dari gaya hidup yang buruk. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup adalah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum beralih ke pengobatan medis.

    Pola Makan Sehat yang Direkomendasikan
    Dr. Tan mendorong pola makan yang drastis namun efektif, yakni menghindari konsumsi gula, nasi, terigu, dan pati seperti kentang atau singkong. Menurutnya, jenis makanan ini diubah tubuh menjadi gula dalam waktu singkat, yang dapat memicu lonjakan insulin dan hormon berbahaya lainnya, serta menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari pembuluh darah yang menyempit hingga perkembangan kanker.

    Sebagai gantinya, ia merekomendasikan konsumsi sayuran segar dan buah rendah gula seperti apel, alpukat, dan pir. Sayuran sebaiknya dimakan mentah untuk menjaga enzim dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, ia juga menyarankan metode memasak yang sehat, seperti mengukus atau memanggang makanan tanpa minyak berlebih.

    Filosofi di Balik Penyakit
    Sebagai lulusan filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dr. Tan memandang penyakit bukan sekadar disfungsi tubuh, tetapi juga sebagai momen introspeksi. "Sakit adalah kesempatan untuk berhenti dan melihat apa yang salah dalam hidup kita," ujarnya. Ia mengkritik dunia kedokteran modern yang terlalu mekanistis dalam memandang tubuh manusia, mengabaikan keterkaitan antara fisik, emosi, dan spiritualitas.

    Ia juga menyayangkan obsesi masyarakat terhadap obat-obatan, yang menurutnya sering kali hanya menutupi gejala tanpa menyelesaikan akar masalah. "Kita hidup di zaman di mana obat menjadi kebutuhan utama, bahkan melebihi makanan. Ini adalah tanda dari masyarakat yang melarikan diri dari tanggung jawab atas kesehatannya sendiri."

    Motivasi dan Perjuangan
    Dr. Tan lahir di Beijing pada 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara dan meraih gelar dokter dari FKUI pada tahun 1991. Inspirasi untuk mendalami kesehatan holistik datang dari ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, yang mendorongnya untuk melihat kebutuhan manusia secara menyeluruh.

    Meski pendekatannya sering dianggap idealis dan bahkan mustahil oleh beberapa kolega, dr. Tan tetap teguh. "Saya mendapatkan energi dari melihat pasien yang berhasil mengambil kendali atas tubuhnya sendiri, tanpa tergantung pada obat-obatan atau dibohongi oleh dokter," katanya.

    Pelajaran Hidup dari Dr. Tan
    Sebagai penutup, dr. Tan mengingatkan bahwa kesehatan sejati tidak hanya berasal dari makanan dan olahraga, tetapi juga dari keseimbangan pikiran, jiwa, dan iman. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga tubuh mereka sendiri, bukan menyerahkan semuanya kepada dokter atau obat.

    Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, dr. Tan menjadi simbol perjuangan untuk mengembalikan otonomi pasien dan mendorong masyarakat menjalani kehidupan yang lebih sehat, baik secara fisik maupun spiritual.

    Saturday, May 02, 2020

    Makna Baptisan: Lebih dari Sekadar Ritual


    Baptisan bukan sekadar membasuh kotoran dari tubuh kita. Baptisan adalah tindakan iman yang menghadirkan kita di hadapan Allah dengan hati nurani yang bersih, melalui kebangkitan Yesus Kristus. Dalam baptisan, kita tidak hanya mengambil bagian dalam kematian Kristus tetapi juga kebangkitan-Nya. Dengan kuasa kebangkitan itu, kita diubah menjadi ciptaan baru yang hidup dalam anugerah dan kebenaran.

    Lebih dari itu, Yesus Kristus, yang berdiri di sebelah kanan Allah, memiliki kata terakhir atas segala sesuatu. Dari malaikat hingga semua kekuatan yang ada di dunia ini tunduk pada-Nya, dan apa yang Dia firmankan pasti terjadi. Melalui baptisan, kita masuk ke dalam kehidupan yang dipimpin oleh otoritas-Nya yang penuh kasih dan kuasa.

    Makna Baptisan dalam Kehidupan Orang Percaya

    1. Manusia Lama Telah Mati dan Dikuburkan Bersama Kristus
    Baptisan adalah simbol nyata dari kematian manusia lama kita. Saat kita masuk ke dalam air, kita dikuburkan bersama Yesus Kristus. Ini adalah tanda bahwa dosa-dosa kita dan kehidupan lama yang terpisah dari Allah telah berakhir. Firman Tuhan berkata:
    • "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:4).

    Baptisan adalah pengakuan iman bahwa kita percaya pada kuasa Allah yang membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. 
    • "Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."  (Kolose 2:12)

    2. Dibangkitkan Menjadi Ciptaan Baru
    Baptisan tidak hanya tentang kematian manusia lama, tetapi juga kebangkitan menjadi ciptaan baru. Ketika kita keluar dari air, kita memasuki hidup baru di bawah kasih karunia Allah. Hidup baru ini adalah hidup yang dipenuhi harapan, kasih, dan hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan.
    • "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17).

    3. Memulai Hidup Baru dalam Anugerah
    Hidup baru yang dimulai dalam baptisan adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh keinginan daging. Kita belajar untuk meninggalkan dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus dalam kitab Roma menegaskan bahwa kita telah mati bagi dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
    • "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:11)

    4. Menerima Sifat-Sifat Kristus
    Baptisan juga melambangkan bahwa kita telah mengenakan Kristus dalam hidup kita. Kita mulai menunjukkan sifat-sifat Kristus seperti kasih, kerendahan hati, kesabaran, dan kebenaran. 
    • "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus." (Galatia 3:27).
    Artinya, baptisan adalah langkah iman yang menunjukkan bahwa kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk diubah menjadi serupa dengan Kristus.

    5. Menjadi Satu dalam Tubuh Kristus
    Baptisan tidak hanya bersifat pribadi tetapi juga komunitas. Melalui baptisan, kita menjadi bagian dari tubuh Kristus yang universal, bersatu dengan sesama orang percaya dalam satu Roh. 
    • "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." (1 Korintus 12:13).

    Kesimpulan: Hidup dalam Kuasa Baptisan
    Baptisan bukan hanya sekadar ritual agama, tetapi suatu pernyataan iman yang mengubah hidup. Melalui baptisan, kita mengakui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai inti dari keselamatan kita. Kita meninggalkan manusia lama, dibangkitkan menjadi ciptaan baru, dan memulai perjalanan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.

    Baptisan mengingatkan kita untuk selalu hidup dengan hati nurani yang bersih di hadapan Allah, percaya bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa atas segala sesuatu. Dalam hidup yang baru ini, kita tidak hanya diberkati tetapi juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain, membawa kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus kepada dunia.

    Friday, April 24, 2020

    Mengapa Orang Bisa Sesat dan Murtad dari Iman Kristen

     

    Kebenaran Allah yang Diberikan Melalui Kasih Karunia

    Allah menyatakan bahwa kita dibenarkan bukan karena usaha kita sendiri — bukan melalui ketaatan pada hukum, perbuatan baik, atau ritual agama. Kebenaran itu diberikan semata-mata oleh kasih karunia Allah, anugerah yang kita terima secara cuma-cuma melalui karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib.

    Sebagaimana tertulis:

    “Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”Roma 3:24

    Kasih karunia ini adalah hadiah terbesar yang melampaui semua pencapaian manusia. Namun, ketika seseorang yang telah menerima kasih karunia itu kemudian meninggalkan iman dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus, tindakan itu disebut murtad — berpaling dari iman yang benar dan menolak kebenaran yang telah menyelamatkannya.


    Mengapa Orang Bisa Murtad dari Iman Kristen?

    Banyak orang beranggapan bahwa seseorang murtad karena godaan dunia terlalu kuat. Godaan dunia memang sering kali datang dalam tiga bentuk utama, yang sama seperti yang Tuhan Yesus hadapi di padang gurun (Matius 4:1–11) :

    1. Roti — melambangkan pemenuhan kebutuhan jasmani dan kenyamanan hidup.
      Ini adalah godaan untuk menomorsatukan hal-hal duniawi: uang, makanan, pekerjaan, dan keamanan materi.
      Banyak orang rela mengorbankan ketaatan kepada Tuhan demi kepentingan pribadi atau kenyamanan hidup. Mereka lupa bahwa manusia “tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4).

    2. Penolong — menggambarkan kerinduan akan penerimaan dari orang lain, kasih, dan pasangan hidup.
      Sering kali, godaan ini tampak lembut dan tampaknya “baik,” namun justru paling halus menyesatkan. Banyak orang kehilangan arah rohani karena menjadikan relasi manusia — entah itu pasangan, sahabat, atau cinta duniawi — lebih penting daripada hubungan dengan Tuhan. Ketika kasih kepada Tuhan digeser oleh kasih kepada manusia, relasi itu pun kehilangan makna sejatinya. Hanya bila Tuhan menjadi pusat hubungan, kasih sejati dapat tumbuh dan memberi hidup.

    3. Kuasa — melambangkan ambisi, kebanggaan, dan keinginan untuk menguasai.
      Inilah godaan untuk menjadi besar, diakui, dan dipuji oleh dunia.
      Banyak orang tersesat karena mengejar posisi, pengaruh, atau kekuasaan — bahkan dalam pelayanan sekalipun.
      Padahal Yesus sendiri menolak kuasa dunia dengan berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Matius 4:10).

    Namun sesungguhnya, akar dari kemurtadan bukan terletak pada godaan dunia itu sendiri, melainkan pada ketidaktahuan akan Firman Tuhan dan ketidaktidaktahuan akan kuasa-Nya

    Yesus berkata: 

     “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.” Markus 12:24

    Inilah akar dari segala kesesatan rohani: seseorang mungkin tahu tentang Tuhan, tetapi tidak sungguh mengenal-Nya secara pribadi. Ia bisa rajin beribadah, aktif melayani, bahkan fasih berbicara tentang iman, namun hatinya belum pernah mengalami kuasa kasih Allah yang mengubahkan. Pengetahuan tanpa perjumpaan pribadi dengan Tuhan hanya melahirkan bentuk lahiriah agama, tanpa kehidupan rohani yang sejati.


    1. Tidak Mengenal Firman Tuhan

    Tanpa pengenalan yang mendalam akan Firman, iman menjadi dangkal dan mudah goyah. Banyak orang mungkin mengetahui isi Alkitab, tetapi tidak menghidupi kebenarannya dalam keseharian. Mereka berjalan berdasarkan perasaan, kebiasaan, atau tradisi, bukan pada kebenaran kekal yang seharusnya menjadi dasar iman dan arah hidup mereka.

    Ketika doa seolah tak dijawab, masalah datang silih berganti, atau harapan tampak gagal, banyak orang mulai meragukan kasih Tuhan. Namun sesungguhnya, iman sejati tidak dibangun di atas kenyamanan, melainkan di atas kebenaran. Firman Tuhan adalah fondasi yang teguh, yang membuat seseorang tetap berdiri kokoh meskipun badai kehidupan menerpa.

    Karena itu, mengenal Firman Tuhan bukan sekadar membaca, tetapi membiarkan Firman itu mengubah cara berpikir, berbicara, dan bertindak. Hanya dengan demikian, kita benar-benar hidup berakar dalam kebenaran dan tidak mudah digoyahkan oleh keadaan.


    2. Tidak Mengenal Kuasa Tuhan

    Banyak orang berhenti pada pengetahuan tentang Allah, namun tidak pernah mengalami kuasa-Nya yang nyata dalam hidup mereka. Mereka tahu bahwa Tuhan berkuasa, tetapi tidak sungguh-sungguh menyerahkan dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada-Nya. Akibatnya, iman mereka tetap di permukaan — mengetahui kebenaran, tetapi belum pernah berjalan di dalamnya.

    Tanpa pengalaman pribadi bersama Roh Kudus, iman mudah berubah menjadi sekadar teori kosong. Saat pencobaan datang, banyak yang merasa Tuhan diam dan jauh, padahal Ia selalu hadir dan bekerja dalam diam. Hanya saja, hati mereka sering tertutup oleh keraguan dan ketakutan, sehingga tidak lagi peka terhadap suara dan karya-Nya.

    Iman sejati bukan sekadar percaya bahwa Tuhan ada, tetapi hidup dalam pengalaman nyata bahwa Tuhan bekerja dan berkuasa dalam setiap aspek kehidupan kita. Di sanalah kita benar-benar mengenal kuasa Allah — bukan hanya dengan pikiran, tetapi dengan hati yang mengalami-Nya setiap hari.


    Cara Mengenal Firman dan Mengalami Kuasa Tuhan

    Kabar baiknya, kasih karunia Allah selalu menyediakan jalan bagi siapa pun yang mau kembali kepada-Nya. Tuhan tidak pernah menolak hati yang bertobat dan sungguh-sungguh mencari wajah-Nya. Sebaliknya, Ia menyambut dengan penuh kasih, memulihkan, dan meneguhkan setiap orang yang kembali dalam kerendahan hati kepada-Nya.

    Ada beberapa langkah sederhana namun mendasar untuk memulihkan pengenalan akan Firman dan kuasa Tuhan:


    1. Bangun Hidup yang Berakar dalam Firman

    “Berakar dan dibangun di dalam Dia, dan bertambah teguh dalam imanmu.”Kolose 2:7

    Membaca Alkitab bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan perjumpaan pribadi dengan hati Tuhan — saat di mana kita mengenal kasih-Nya, mendengar suara-Nya, dan dibentuk oleh kebenaran-Nya.

    Mulailah dengan langkah sederhana: bacalah Firman Tuhan setiap hari, renungkan maknanya, dan terapkan dalam setiap keputusan hidupmu. Sebagai permulaan, bacalah Injil Matius hingga Kitab Wahyu untuk mengenal pribadi Yesus dan karya keselamatan-Nya, lalu lanjutkan dengan Kitab Kejadian hingga Maleakhi untuk memahami rencana Allah sejak awal hingga penggenapannya. Dengan cara ini, iman akan bertumbuh dari pengenalan yang utuh akan Firman Tuhan.

    Firman Tuhan bukan sekadar informasi, melainkan kuasa yang membawa transformasi. Ia mengubah hati, memperbarui pola pikir, dan menuntun hidup kita untuk semakin serupa dengan Kristus.

    Ketika Firman Tuhan berdiam dalam hati, iman akan bertumbuh, mengakar kuat, dan tetap kokoh menghadapi setiap musim kehidupan — baik dalam masa kelimpahan maupun dalam ujian, karena Firman itulah sumber kekuatan sejati.


    2. Hidup dalam Doa dan Persekutuan dengan Roh Kudus

    “Roh menolong kita dalam kelemahan kita.”Roma 8:26

    Kuasa Tuhan tidak muncul dari kekuatan atau kemampuan manusia, melainkan mengalir melalui hubungan yang intim dengan Roh Kudus. Hanya ketika kita hidup dekat dengan-Nya, taat pada tuntunan-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya, kuasa Allah dinyatakan nyata dalam hidup kita.

    Luangkan waktu untuk berdoa, menyembah, dan mendengarkan suara Tuhan. Dalam keheningan hadirat-Nya, kita belajar mengalami kuasa-Nya secara nyata — bukan sekadar untuk menyaksikan mujizat, tetapi untuk diperbarui dan diubahkan dari dalam hati, hingga hidup kita memantulkan kemuliaan-Nya.

    Roh Kudus memberikan hikmat yang melampaui akal manusia, kekuatan di tengah kelemahan, dan penghiburan yang menenangkan jiwa — sesuatu yang tidak pernah dapat diberikan oleh dunia ini.


    3. Hidup dalam Ketaatan dan Komunitas Iman

    “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.”Ibrani 10:25

    Ketaatan adalah kunci yang membuka pintu bagi kuasa Allah untuk bekerja dalam hidup kita. Melalui ketaatan, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya, menuntun langkah kita, dan melakukan hal-hal yang melampaui kekuatan manusia.

    Sementara itu, komunitas iman menjadi tempat kita bertumbuh bersama, saling menguatkan, meneguhkan, dan menuntun satu sama lain untuk tetap setia berjalan dalam kasih dan kebenaran Tuhan.

    Dalam persekutuan, kita saling menopang, berdoa, dan bertumbuh bersama sebagai satu tubuh Kristus — saling menguatkan dalam kasih, mengingatkan dalam kebenaran, dan bersama-sama mengalami karya Tuhan yang hidup.

    Hidup Kristen tidak pernah dimaksudkan untuk dijalani sendirian — kita dipanggil untuk berjalan bersama tubuh Kristus, saling mengasihi, menopang, dan membangun satu sama lain, agar iman kita semakin teguh dan nama Tuhan dimuliakan melalui kebersamaan itu.


    Kesimpulan

    Murtad bukan karena dunia terlalu kuat, tetapi karena hati manusia terlalu lemah untuk berakar dalam kebenaran.
    • Mereka mencari roti, bukan Roti Hidup - Yesus Kristus
    • Mereka mencari penolong manusia, bukan Penolong Sejati - Roh Kudus.
    • Mereka mengejar tahta dunia, bukan Kerajaan Allah.

    Namun orang yang hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan akan tetap berdiri teguh. Ia tidak mudah goyah, sebab ia tahu kepada siapa ia percaya.

    “Aku tahu kepada siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Ia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan kepadaku sampai pada hari Tuhan.”2 Timotius 1:12


    Penutup

    Kasih karunia bukan hanya pengampunan atas dosa, tetapi juga kuasa untuk tetap setia di tengah pencobaan.

    Allah memanggil kita bukan sekadar untuk diselamatkan, tetapi untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya — mengenal Firman-Nya, mengalami kuasa-Nya, dan memancarkan kasih-Nya kepada dunia.

    Barangsiapa hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan, ia akan tetap berdiri — meskipun dunia di sekelilingnya jatuh.
    Sebab kasih karunia Allah bukan hanya membenarkan kita, tetapi juga memampukan kita untuk tetap setia sampai akhir.


    Daftar Pustaka :

    • Alkitab

    "Kehidupan Kristen yang Normal" oleh Watchman Nee

    1. Dasar Kehidupan Kristen: Bukan Usaha Manusia, tetapi Karya Kristus Watchman Nee menegaskan bahwa kehidupan Kristen yang sejati bukanlah ...