Saturday, February 05, 2022

Sejarah Pekabaran Injil di Indonesia


Tahun 1511: Portugis merebut Malaka, dan menjadikannya pusat kegiatan mereka di Nusantara. Tahun 1522 Portugis mendirikan benteng di Ternate, dan dijadikan pusat kegiatan mereka di Maluku; Fransiskus Xaverius (1506-1552) bekerja di Maluku tahun 1546-1547; tahun 1561 Nusa Tenggara Timur menjadi daerah misi Ordo Penyiar Injil (Ordo Praedicatorum), atau lebih dikenal sebagai Ordo Dominikan. Tahun 1605 Benteng Portugis "Nossa Senhora da Annuciada" di Ambon diserahkan kepada VOC (Dutch: Vereenigde Oost Indische Compagnie), dan warga Katolik dijadikan Protestan. Disini berlaku hukum “Siapa menguasai negara, dia menentukan agama”. Tahun 1666 VOC membangun benteng "Amsterdam" di Menado, warga Katolik menjadi Protestan; tahun 1675 Ds. Jacobus Montanus seorang pendeta ditempatkan di Menado. Tahun 1677 Belanda merebut pulau-pulau Sangir dan Siau, warga Kristen dijadikan Protestan. Tahun 1799 VOC dibubarkan; tahun 1807 kebebasan beragama mulai berlaku di Hindia Belanda.


Pekabaran Injil adalah jawaban Gereja dan orang percaya terhadap panggilan Tuhan, untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada semua bangsa, demi Kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Para Pekabar Injil mendapat kuasa, dan Pekabaran Injil berlangsung sepanjang masa dan di segala tempat. Tahun 1820 NZG (Dutch: Nederlandsch Zendeling Genootschap) mengutus rombongan zendeling berjumlah 5 orang. Tahun 1823 Joseph Kam (1769-1833) mengunjungi Maluku Selatan. Tahun 1831 Zending menetap di Minahasa, dan tahun 1836 Zending menetap di Kalimantan. Tahun 1843 tiga puluh lima orang Jawa dibaptis di GPI (Gereja Protestan di Indonesia) Surabaya. Tahun 1845: Gedung GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) Mojowarno didirikan. Tahun 1861 babtisan pertama di Tapanuli Selatan. Tahun 1862 Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918) tiba di Sumatera. Tahun 1865
RMG (Germany: Rheinische Missionsgesellschaft) mulai bekerja di Nias. Tahun 1866 UZV (Germany: Utrechtse Zendingsvereniging) mulai bekerja di Bali dan Halmahera. Tahun 1878 Seminari Depok "Seminarie van Inlandsche Zendelingen" dibuka. Tahun 1890 NZG mulai bekerja di Tanah Karo. Tahun 1901 RMG mulai bekerja di Mentawai. Tahun 1927 H.Ch.B.(Hoeria Christen Batak), yang kemudian berubah menjadi HKI (Huria Kristen Indonesia) berdiri. Tahun 1928 Sumpah Pemuda. Tahun 1931 GKJ (Gereja Kristen Jawa) dan GKJW mandiri. Oktober 1933 KGPM (Kerapatan Gereja Protestan Minahasa) berdiri. Tahun 1934 GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), GKP (Gereja Kristen Pasundan), dan GKI (Gereja Kristen Indonesia) Jawa Timur mandiri. Tahun 1935 GPM (Gereja Protestan Maluku) dan GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) mandiri. Juli 1940 HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) mengadakan “Sinode Kemerdekaan” dan memilih Pendeta K.Sirait menjadi Ephorus yang pertama dari suku Batak. 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tahun 1947, GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), GKS(Gereja Kristen Sumba), GMIST (Gereja Masehi Injili di Sangihe Talaud), GT (Gereja Toraja), dan GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) mandiri, dan tahun 1948 pembentukan GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). Pada 1860 Kristen Protestan di Indonesia antara 100.000- 120.000 orang, kurang dari 1 % penduduk Indonesia. Masyarakat Kristen Protestan pribumi di Indonesia telah hadir di Maluku, Minahasa, Sangir Talaud, dan Nusa Tenggara Timur. Belum ada masyarakat Kristen pribumi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Jumlah warga Kristen pribumi di masing-masing wilayah tersebut hanya ratusan orang. Tahun 1938 Kristen Protestan di Indonesia: 1.665.771 orang, sekitar 2,5 % penduduk Indonesia, terdiri dari: GPI: 700.000 orang; HKBP: 415.000; Nias: 125.000; Sangir Talaud: 120.000. Pulau Jawa: 98.000, termasuk GPI: 27.000. Kristen telah menyebar ke seluruh Nusantara. Lebih dari setengah warga Kristen Indonesia tinggal atau berasal dari daerah yang telah menjadi Kristen di masa VOC, dan sepertiga warga Kristen Indonesia adalah anggota gereja-gereja yang lahir dari RMG. Tahun 2010 Penduduk Indonesia: 237,5 juta; penduduk Pulau Jawa: 58% dari penduduk Indonesia; Kristen Protestan diperkirakan sekitar 10 % . Kristen Protestan di Indonesia tahun 1860 kurang dari 1 %, 1938 sekitar 2,5 %, dan 2010 sekitar 10 %. Kristen Protestan di Jawa juga berkembang dengan cepat; Kristen Protestan di Jawa pada 1900 kurang dari satu perseribu dan 1938 dua perseribu. Albert Christian Kruyt (1869-1949) ada di Mojowarno tahun 1882-1916, menyatakan: "Apabila waktu yang ditetapkan Tuhan telah tiba, maka orang banyak bahkan para pembesar pun akan datang kepada Tuhan, lalu pulau Jawa akan memasuki masa serba indah dan serba gemilang".


Di Tanah Jawa muncul beberapa orang Penginjil Jawa, antara lain Kiai Ibrahim Tunggul Wulung (1800-1885), Kiai Sadrach (1835-1924) dan Paulus Tosari (1813-1882), yang menjalankan pekabaran Injil dengan menggunakan budaya Jawa; dan walaupun pengetahuan mereka tentang Kristen masih sedikit, tetapi mereka berhasil menghimpun banyak pengikut, bahkan lebih banyak dari hasil kerja Penginjil dari Eropa. Tunggul Wulung berasal dari daerah Juwono dekat gunung Muria. Pada masa itu penduduk Jawa Tengah mengalami kesulitan ekonomi, dan Tunggul Wulung berkenalan dengan agama Kristen. Pada tahun 1853 Tunggul Wulung muncul di Mojowarno, dan 2 tahun kemudian ia dibaptis oleh Jelle Eeltjes Jellesma (1816 - 1858). Setelah itu ia mengadakan perjalanan pekabaran Injil ke Pasuruan, Malang, Rembang, kawasan gunung Muria, dan kemudian juga Jawa Barat. Di beberapa tempat ia menjadi perintis jemaat-jemaat Kristen baru. Pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda dan juga para zendeling menilai negatif pekerjaan Tunggul Wulung. Kekristenan Tunggul Wulung dianggap sinkretis dan berisi unsur-unsur Jawa; misalnya, mengobati orang sakit seperti cara dukun, dengan menggunakan Doa Bapa Kami seperti mantera. Pemerintah Hindia Belanda takut penyiaran agama Kristen oleh Tunggul Wulung akan menimbulkan gangguan keamanan; dan para pengikut Tunggul Wulung juga mengharapkan pembebasan dari kerja rodi. Tunggul Wulung memperlihatkan harga diri yang cukup besar, ia tidak mau berjongkok bila berhadapan dengan orang Eropa, apalagi kalau orang tersebut seorang utusan zending. Walaupun menghadapi berbagai hambatan, Tunggul Wulung terus berkeliling menjalankan pekabaran Injil, selama 20 tahun. Dan pada waktu ia meninggal dunia, pengikutnya dalam arti sempit saja ditaksir lebih dari seribu orang.

Gereja hadir di Indonesia bukan suatu kebetulan, tetapi sesuai dengan rencana Tuhan untuk kelimpahan berkat bagi Indonesia. Keberadaan Gereja di Indonesia sebagai alat Tuhan untuk menyatakan kasih-setia-Nya, yang menjamin kehidupan dan keselamatan manusia. Gereja dan orang percaya berjuang sebagai “Garam dan Terang dunia” di dalam masyarakat dan negara; melawan korupsi dengan kejujuran; menggantikan ketamakan dengan kecukupan; melawan hedonisme dan kemalasan dengan kerja keras dan kreatifitas; mengubah ketimpangan ekonomi menjadi pemerataan dan keadilan sosial; serta menghadapi kebencian dan permusuhan dengan kasih. Gereja dan orang percaya harus masuk ke masyarakat dan negara untuk mencegah pembusukan dan membawa pencerahan dalam semua bidang kehidupan; garam tidak berfungsi kalau diam saja di tempatnya. Kekacauan nilai dalam masyarakat, terutama tentang apa yang baik dan apa yang buruk, membuat bangsa ini berjalan dalam kegelapan; dan sebagai “Terang Dunia”, Gereja dan orang percaya harus masuk ke kegelapan tersebut dan meneranginya, walaupun sering ditolak. Gereja dan orang percaya, sebagai saksi Yesus Kristus menjadi nurani bangsa dan dunia; dan berjuang bersama berbagai kelompok masyarakat lain untuk kebaikan bersama. Di dalam dunia yang gelap ini, gereja mendidik dan mengarahkan nurani banyak orang untuk mengenal dan merindukan Tuhan. Gereja tidak berhak memaksakan kehendaknya, tetapi Gereja mendapat “kuasa” untuk mendidik masyarakat menjadi lebih cerdas dan berhikmat.

Masyarakat Kristen adalah warga negara Indonesia; yang lahir, hidup dan mati di Indonesia; yang nasibnya banyak ditentukan oleh kondisi masyarakat dan negara Indonesia; dan oleh karena itu harus ikutserta berjuang di semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta agama dan kepercayaan. Masyarakat Kristen, walaupun sering teraniaya harus tetap hidup dan berjuang sebagai bagian integral bangsa Indonesia. Berjuang di semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta agama dan kepercayaan.. Tuhan menempatkan Gereja di Indonesia dengan sengaja, untuk kemuliaan Tuhan dan damai sejahtera Indonesia.

"Bekerjalah untuk kesejahteraan kota-kota tempat kamu Kubuang. Berdoalah kepada-Ku untuk kepentingan kota-kota itu, sebab kalau kota-kota itu makmur, kamu pun akan makmur". Yeremia 29:7 (BIS)

Daftar Pustaka :

Sunday, October 10, 2021

How to Talk to people


Berbicara dengan orang lain merupakan keterampilan komunikasi yang mendasar dan menjadi fondasi dalam membangun hubungan yang sehat, baik secara pribadi maupun profesional. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, sopan, dan efektif bukan hanya membantu kita menyampaikan pikiran, tetapi juga membuat orang lain merasa dihargai dan dimengerti. Dalam kehidupan sehari-hari—baik di keluarga, tempat kerja, maupun lingkungan sosial—keahlian berkomunikasi yang baik membuka peluang, menghindarkan kesalahpahaman, serta memperkuat kepercayaan dan kerja sama. 

1. Talk through your heart (Bicaralah dengan hati anda)
"Talk through your heart" adalah ungkapan yang dapat diartikan sebagai berbicara atau berkomunikasi dengan kejujuran, empati, dan kepekaan. Saat seseorang "talks through their heart," mereka berbicara secara autentik, dengan menyampaikan perasaan, pikiran, dan niat mereka dengan jujur dan tulus. Hal ini menggambarkan ketulusan dalam ungkapan verbal dan non-verbal, serta kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan kepedulian dan empati kepada orang lain.

Dengan "talking through your heart," seseorang menjadikan kejujuran, kasih sayang, dan perhatian sebagai landasan komunikasi mereka. Mereka mengungkapkan diri secara tulus dan dengan perasaan, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih mendalam dan bermakna. Dalam konteks hubungan antarpribadi, kemampuan untuk "talk through your heart" dapat memperkuat keterhubungan dan membangun rasa saling pengertian yang lebih dalam.

Secara keseluruhan, "talking through your heart" menggambarkan kemampuan untuk berkomunikasi secara tulus, autentik, dan penuh kepedulian, yang dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan harmonis dengan orang lain.

2. Talk with a story about people (Bicaralah dengan cerita tentang orang lain)
"Talk with a story about people" dapat diartikan sebagai berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan menggambarkan situasi atau pengalaman melalui cerita tentang orang-orang. Dalam konteks ini, pendekatan komunikasi didasarkan pada penceritaan yang melibatkan karakter, konflik, dan resolusi yang mungkin dialami oleh individu atau kelompok.

Menggunakan cerita tentang orang-orang dalam komunikasi memiliki kekuatan untuk membawa pesan atau nilai-nilai yang ingin disampaikan menjadi lebih nyata dan mudah dipahami. Dengan menggunakan narasi yang melibatkan karakter dan situasi kehidupan nyata, pesan yang ingin disampaikan dapat terkait dengan pengalaman dan emosi, sehingga menggugah perhatian dan menciptakan rasa empati pada pendengar.

Metode ini sering digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral, nilai-nilai, atau konsep-konsep abstrak dengan cara yang lebih konkrit dan relevan bagi audiens. Dengan mendengarkan cerita tentang orang-orang, orang lain dapat lebih mudah merangkul dan memahami pesan yang ingin disampaikan.

Dalam konteks komunikasi pribadi atau profesional, "talking with a story about people" dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan ide, membangun kesadaran, atau menginspirasi perubahan dengan cara yang mendalam dan mempengaruhi.

3. Talk with passion (Bicaralah dengan penuh semangat)
"Talk with passion" merujuk pada cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan kegembiraan, kebersemangatan, dan intensitas yang kuat. Saat seseorang "talks with passion," mereka menunjukkan ketertarikan yang mendalam dan kesungguhan terhadap topik yang dibicarakan. Mereka mampu memancarkan energi positif dan kebersemangatan yang menular kepada pendengar.

Ketika seseorang berbicara dengan penuh gairah, komunikasi mereka menjadi lebih kuat dan menginspirasi. Mereka mampu menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, memengaruhi, dan meyakinkan karena daya tarik yang dimiliki oleh semangat dan antusiasme yang mereka tunjukkan. Sehingga, pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pendengar.

Berbicara dengan penuh gairah juga bisa membantu untuk menarik perhatian pendengar. Kegembiraan dan semangat yang ditunjukkan dalam berbicara dapat menghidupkan suasana dan membuat pesan yang disampaikan lebih mengena dan menginspirasi. Hal ini dapat berdampak positif pada suasana di sekitar, serta meningkatkan keterlibatan dan minat pendengar terhadap topik yang dibicarakan.

Secara keseluruhan, "talking with passion" mendorong seseorang untuk dapat menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, menginspirasi, dan berpengaruh, serta membantu untuk menjangkau dan mempengaruhi pendengar dengan lebih efektif.

4. Talk to give (Bicaralah dengan niatan memberi)
"Talk to give" dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi yang bertujuan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa pengetahuan, bantuan, dukungan, atau dorongan positif. Saat seseorang menggunakan pendekatan "talk to give," mereka berkomunikasi dengan niat untuk memberdayakan, memotivasi, atau membantu orang lain.

Dalam konteks komunikasi yang berfokus pada memberikan, pendekatan ini dapat meliputi menyampaikan pengetahuan yang berguna, memberikan inspirasi, memberikan dorongan moral, atau memberikan bantuan praktis kepada orang lain. Tujuan dari komunikasi semacam ini adalah untuk memberikan manfaat positif kepada pendengar dan menciptakan dampak yang baik dalam interaksi tersebut.

Misalnya, seorang pemimpin tim yang "talks to give" mungkin memberikan arahan yang jelas, motivasi, dan dukungan kepada timnya. Mereka berkomunikasi dengan tujuan untuk memberdayakan anggota tim dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan positif.

Menggunakan pendekatan "talk to give" dalam komunikasi juga dapat mencerminkan sikap kedermawanan, keprihatinan, dan empati terhadap orang lain. Ini mencerminkan keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain melalui komunikasi yang baik dan memberi dorongan atau dukungan yang diperlukan.

Dengan demikian, "talk to give" adalah tentang menggunakan komunikasi sebagai alat untuk memberikan manfaat, dukungan, dan inspirasi kepada orang lain, menciptakan iklim yang positif, dan membangun hubungan yang kuat dan bermakna.

5. Talk to listen (Bicaralah dengan mendengarkan)
"Talk to listen" merupakan konsep komunikasi di mana seseorang menggunakan kegiatan berbicara untuk mendengarkan dengan saksama dan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicaranya. Dalam konteks ini, berbicara bukan hanya tentang menyampaikan pendapat, tetapi juga tentang memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengungkapkan pandangannya.

Pendekatan "talk to listen" mengandung arti bahwa saat seseorang berbicara, mereka melakukannya dengan tujuan untuk mendengarkan respon dan tanggapan dari lawan bicara mereka. Fokusnya adalah untuk menciptakan dialog yang saling menguntungkan, di mana setiap pihak dapat berpartisipasi secara aktif dan merasa didengar.

Dengan melakukan "talk to listen," seseorang dapat mengembangkan kemampuan mendengarkan yang lebih baik, memahami perspektif orang lain, dan merespons dengan cara yang menghargai. Hal ini menciptakan suasana komunikasi yang inklusif, di mana setiap pendapat dihargai dan dipertimbangkan.

Dari segi komunikasi antarpribadi, pendekatan ini memperkuat hubungan dengan orang lain karena menunjukkan rasa hormat, perhatian, dan keinginan untuk memahami pandangan orang lain. Dengan mengadopsi sikap ini, seseorang juga dapat membangun kepercayaan dan keistimewaan bersama dengan rekan bicara mereka.

Secara keseluruhan, "talk to listen" adalah tentang menggunakan kegiatan berbicara sebagai alat untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menghargai pandangan orang lain, dan membentuk keterlibatan yang saling menguntungkan dalam komunikasi.

Thursday, September 23, 2021

Falsafah Lari Ku


Jadikan Setiap Tindakan Bermakna
Dalam hidup ini, setiap tindakan kita harus memiliki tujuan yang jelas. Tindakan tanpa tujuan hanya akan menjadi beban, sesuatu yang melelahkan jiwa dan raga. Jika tindakan-tindakan kita menjadi beban, maka sukacita dalam hidup perlahan akan memudar. Dan ketika sukacita itu hilang, damai sejahtera pun ikut lenyap.  

Oleh karena itu, penting sekali untuk selalu memberikan makna pada setiap langkah dan usaha kita. Ini adalah prinsip yang juga saya terapkan dalam kebiasaan lari pagi saya. Saya menyebutnya "Falsafah Lari".  

Falsafah Lari: "Prinsip-Prinsip Hidup yang Sederhana"  

1. Percaya  
Keyakinan adalah langkah pertama menuju keberhasilan. Saya harus memiliki keyakinan penuh bahwa saya mampu bangun di pagi hari dan berlari. Tanpa keyakinan ini, akan ada seribu alasan yang muncul untuk tetap meringkuk di bawah selimut. Keyakinan itu menjadi fondasi yang mendorong saya keluar dari zona nyaman, memulai hari dengan langkah pertama.  

2. Motivasi 
Motivasi adalah bahan bakar yang menjaga semangat tetap menyala. Tapi motivasi yang dangkal seperti “saya harus lari” tidak cukup. Saya harus menanamkan motivasi yang spesifik dan bermakna, seperti “saya harus lari supaya perut buncit saya hilang.” Ketika tujuan lebih jelas, usaha saya menjadi lebih terarah dan menyenangkan.  

3. Perkecil Tantangan
Ketika menghadapi rintangan besar, tubuh dan pikiran sering kali merasa kewalahan. Jika saya sudah menetapkan jarak tertentu untuk berlari dan merasa jarak itu terlalu jauh, saya memecahnya menjadi target-target kecil. Alih-alih berpikir "5 kilometer masih jauh," saya fokus pada 500 meter berikutnya. Dengan cara ini, tantangan terasa lebih ringan, dan saya tetap termotivasi untuk terus bergerak.  

4. Ambil Kesempatan 
Di tengah lari, saya sering menemukan berkat kecil di jalan, seperti uang receh. Tidak peduli berapa pun nilainya, saya tidak pernah melewatkannya. Ini adalah pengingat bahwa berkat dalam hidup sering kali hadir dalam bentuk kecil yang mudah diabaikan. Jika kita tidak berhenti sejenak untuk menghargai hal-hal kecil, kita mungkin akan melewatkan hal besar.  

5. Saingan Sebagai Penyemangat
Saingan adalah dorongan yang luar biasa. Ketika berlari, melihat orang lain di depan saya sering kali membuat saya ingin mempercepat langkah. Namun, jika tidak ada saingan nyata, saya menciptakan “kompetitor” di dalam pikiran saya. Misalnya, saya membayangkan bahwa diri saya yang malas dari kemarin sedang mencoba mengejar. Ini memberi saya alasan untuk terus melaju dan menjadi lebih baik setiap hari.  

Pelajaran Hidup dari Lari 
Falsafah lari ini mengajarkan saya banyak hal. Percaya, memotivasi diri, menyederhanakan tantangan, menghargai setiap berkat, dan menghadapi saingan dengan semangat adalah prinsip-prinsip yang juga berlaku dalam aspek lain kehidupan. Dengan menjadikan setiap langkah bermakna, hidup kita tidak hanya menjadi lebih ringan, tetapi juga penuh sukacita dan damai sejahtera.  

KESIMPULAN
Jadi, apa pun yang Anda lakukan, pastikan Anda melakukannya dengan tujuan yang jelas. Ketika kita berjalan dengan makna, setiap langkah membawa kita lebih dekat pada hidup yang penuh kebahagiaan dan keberhasilan.

Wednesday, September 22, 2021

The Ministry by Ps. Charles R. Swindoll (Chuck)


Ministry is a noble calling, yet we often misunderstand its foundation. The world measures success by titles, skills, popularity, and numbers—but in God’s view, ministry is not a stage to showcase our abilities, but an altar to offer ourselves.

Jesus Himself taught that true ministry is born from a transformed character, a heart willing to serve, and a pure motivation. Its measure is not man’s definition of success, but the willingness to sacrifice for God’s glory. Its weapons are not worldly strategies, but fervent prayer and the truth of God’s Word. Its source of power is not programs, but the Holy Spirit.

In an age that tempts us to pursue fame and comfort, we must return to the example of the Master. He is the true model of ministry—who came not to be served, but to serve, and to give His life.

This teaching invites us to re-examine the foundation, direction, and purpose of our ministry. For ministry is not about us… but about the One who has called us.

Monday, June 21, 2021

5 Keyakinan Penting untuk Hati yang Damai


Jika kita adalah seorang Kristen, Tuhan sendirilah yang bertanggungjawab atas hidup kita. Dia adalah penjaga kita. Dan Dia tidak pernah kehilangan kendali atas ciptaan-Nya selama sepersekian detikpun sejak permulaan jaman. Dia tidak kehilangan satupun ukuran dari kekuatan-Nya ataupun kekuasaan-Nya. Dia adalah Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Hadir, dan semua kasih-Nya saat ini sama seperti waktu awal manusia ada.

Walaupun kita tidak selalu memahami tujuan-Nya, memahami cara Tuhan selalu menuntun kita kepada pemahaman bahwa Tuhan akan bertindak dengan cara yang mendatangkan berkat kekal bagi anak-anak-Nya. Selama bertahun-tahun, Charles Frazier Stanley menemukan 5 (lima) keyakinan penting untuk memiliki hati yang penuh damai. Charles menantang kita untuk melihat secara jauh pada apa yang kita percayai tentang Tuhan. Kedamaian kita ditentukan oleh sejauh mana kebenaran-kebenaran ini tertanam dalam jiwa kita.

Keyakinan 1 : Tuhan Berdaulat Penuh.
Menyadari dan menerima kebenaran bahwa Tuhan berdaulat atas segalanya itu penting untuk kedamaian batin kita. Hal ini berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang terkait dengan kita yang terlewat dari pengawasan Tuhan dan kasih sayang-Nya. 
  • "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia". (Kolose 1:17)

Keyakinan 2: Tuhan Adalah Penyedia Bagi Anda.
Dari lembar ke lembar, Alkitab mempunyai pesan yang jelas bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang menyediakan semua yang kita butuhkan. Tidak ada kebutuhan kita yang terlalu besar, terlalu sulit, atau terlalu berat untuk Tuhan sediakan. 
  • "Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik". (Mazmur 34:10)

Keyakinan 3: Tuhan Menciptakan Anda Apa Adanya Dengan Suatu Tujuan.
Ada banyak hal dalam hidup kita yang tidak dapat kita kendalikan. Terima hal-hal tersebut sebagai bagian dari cara Tuhan menciptakan diri kita. Ras, budaya, bahasa, kebangsaan, gender, dan banyak atribut fisik lainnya adalah "pilihan" Tuhan. Tuhan juga memberi kita talenta, bakat, kecerdasan, kepribadian dan karunia rohani yang, secara keseluruhan, menjadikan kita pribadi yang unik di bumi ini untuk menyempurnakan rencana Tuhan atas diri kita. 
  • "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya". (Mazmur 139:13-16)

Keyakinan 4: Tuhan Mempunyai Sebuah Tempat Yang Khusus Untuk Anda.
Tuhan menciptakan kita untuk bersekutu dengan diri-Nya dan orang lain. Percayalah kepada-Nya untuk membantu kita mendapatkan rasa memliki yang kuat terhadap Tuhan dan untuk menyediakan kepada kita sebuah "keluarga" dari sesama orang percaya di mana kita dapat bergabung di dalamnya. Lalu, seiring kita bertumbuh di dalam Tuhan, jangkaulah orang lain. 
  • "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib". (1 Petrus 2:9)

Keyakinan 5: Tuhan Mempunyai Rencana Untuk Pemenuhan Anda.
Untuk kedamaian batin yang sejati, seseorang harus mengetahui dirinya berkompeten, sanggup, mampu, dan terampil dalam melakukan sesuatu. Ada perasaan damai yang luar biasa yang datang saat kita tahu bahwa kita mampu menampilkan kinerja yang baik atau melakukan pekerjaan yang baik.
  • "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi". (Efesus 2:10)

KESIMPULAN
Saat kita menerima kelima keyakinan penting ini sebagai inti dari keberadaan kita dan percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam kita dan di atas kita, kedamaian batin akan benar-benar menjadi milik kita.

Daftar Pustaka :
  • Charles Frazier Stanley, Finding Peace (T. Nelson Publishers, 2003)

Sunday, January 17, 2021

Beda Pencobaan dan Ujian

Perbedaan Pencobaan dan Ujian Berdasarkan Perspektif Alkitab

1. Sumber

  • Pencobaan:
    • Sumbernya adalah Iblis (Matius 4:1; Yakobus 1:13).
    • Dapat juga berasal dari keinginan daging manusia (Yakobus 1:14).
  • Ujian:
    • Sumbernya adalah Tuhan (Kejadian 22:1; Yakobus 1:3).
    • Tuhan mengizinkan ujian sebagai bagian dari proses membentuk karakter umat-Nya.

2. Motivasi

  • Pencobaan:
    • Motivasi Iblis adalah untuk menggoda dan menjatuhkan manusia ke dalam dosa (1 Petrus 5:8).
    • Berakar dari kebencian terhadap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
  • Ujian:
    • Motivasi Tuhan adalah untuk membentuk, memurnikan, dan menguatkan iman (Yakobus 1:2-3; 1 Petrus 1:6-7).
    • Berakar dari kasih Tuhan kepada umat-Nya.

3. Tujuan

  • Pencobaan:
    • Untuk menjauhkan manusia dari Tuhan (Yakobus 1:15).
    • Untuk menghancurkan iman dan membawa pada kehancuran rohani (Yohanes 10:10).
  • Ujian:
    • Untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan (Yakobus 4:8).
    • Untuk memurnikan iman (1 Petrus 1:7) dan menumbuhkan ketekunan serta pengharapan (Roma 5:3-4).
    • Untuk membuktikan ketaatan kepada Tuhan (Kejadian 22:12).

4. Fenomena yang Terlihat

  • Pencobaan:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk godaan untuk melakukan dosa:
      • Keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).
      • Contoh: godaan Hawa untuk memakan buah terlarang (Kejadian 3:1-6).
    • Dapat tampak menarik atau menyenangkan di awal tetapi berujung pada dosa dan kehancuran (Yakobus 1:14-15).
  • Ujian:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk kesulitan atau tantangan hidup:
      • Kesulitan ekonomi, penganiayaan, atau kehilangan (Ayub 1:13-22).
      • Contoh: Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak (Kejadian 22:1-19).
    • Tampak berat atau menyakitkan, tetapi menghasilkan buah kebenaran (Ibrani 12:11).

Dukungan Ayat-Alkitab

  • Pencobaan:

    • "Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: Pencobaan ini datang dari Allah! Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun." (Yakobus 1:13).
    • "Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14).
    • "Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
  • Ujian:

    • "Maka Allah mencoba Abraham" (Kejadian 22:1).
    • "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).
    • "Imanmu diuji, sama seperti emas diuji dalam api, supaya nyata bahwa imanmu itu lebih mahal daripada emas yang fana." (1 Petrus 1:7).

KESIMPULAN
Pencobaan bertujuan untuk menjauhkan manusia dari Tuhan dan berujung pada dosa. Sebaliknya, ujian bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan, memurnikan iman, dan menumbuhkan ketekunan. Pencobaan harus ditolak dengan kekuatan firman Tuhan, sementara ujian harus dihadapi dengan iman, ketekunan, dan pengharapan.

Daftar Pustaka :

Sunday, January 03, 2021

Sisilah Raja-Raja Israel Dan Yehuda

Berikut adalah silsilah raja-raja Israel dan Yehuda yang tercatat dalam Alkitab. Setelah kerajaan Israel pecah menjadi dua (setelah pemerintahan Salomo), kerajaan itu terbagi menjadi Kerajaan Israel (utara) dan Kerajaan Yehuda (selatan).


1. Kerajaan Bersatu

  1. Saul (1050–1010 SM)

    • Suku: Benyamin.
    • Raja pertama Israel, diurapi oleh Samuel (1 Samuel 10).
  2. Daud (1010–970 SM)

    • Suku: Yehuda.
    • Dikenal sebagai raja yang berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 13:14).
  3. Salomo (970–931 SM)

    • Anak Daud dan Batsyeba.
    • Dikenal atas hikmatnya dan membangun Bait Suci pertama di Yerusalem.

2. Kerajaan Israel (Utara)

Kerajaan ini terdiri dari 10 suku dan beribukota di Samaria. Semua raja Israel utara dianggap tidak setia kepada Tuhan.

  1. Yerobeam I (931–910 SM)
  2. Nadab (910–909 SM)
  3. Baesa (909–886 SM)
  4. Ela (886–885 SM)
  5. Zimri (885 SM, 7 hari)
  6. Omri (885–874 SM)
  7. Ahab (874–853 SM)
  8. Ahazia (853–852 SM)
  9. Yoram (852–841 SM)
  10. Yehu (841–814 SM)
  11. Yoahas (814–798 SM)
  12. Yoas (798–782 SM)
  13. Yerobeam II (793–753 SM)
  14. Zakharia (753–752 SM)
  15. Salum (752 SM, 1 bulan)
  16. Menahem (752–742 SM)
  17. Pekahya (742–740 SM)
  18. Pekah (740–732 SM)
  19. Hosea (732–722 SM)
  • Kerajaan Israel runtuh pada 722 SM akibat penaklukan Asyur.

3. Kerajaan Yehuda (Selatan)

Kerajaan ini terdiri dari 2 suku (Yehuda dan Benyamin) dan beribukota di Yerusalem. Raja-raja Yehuda lebih setia kepada Tuhan dibanding raja Israel utara.

  1. Rehabeam (931–913 SM)
  2. Abia (913–911 SM)
  3. Asa (911–870 SM)
  4. Yosafat (870–848 SM)
  5. Yoram (848–841 SM)
  6. Ahazia (841 SM)
  7. Atalya (841–835 SM, seorang ratu)
  8. Yoas (835–796 SM)
  9. Amazia (796–767 SM)
  10. Uzia (Azarya) (767–740 SM)
  11. Yotam (740–732 SM)
  12. Ahaz (732–716 SM)
  13. Hizkia (716–687 SM)
  14. Manasye (687–642 SM)
  15. Amon (642–640 SM)
  16. Yosia (640–609 SM)
  17. Yoahas (609 SM, 3 bulan)
  18. Yoyakim (609–598 SM)
  19. Yoyakhin (598–597 SM, 3 bulan)
  20. Zedekia (597–586 SM)
  • Kerajaan Yehuda runtuh pada 586 SM akibat penaklukan Babel.

Catatan Penting:

  • Israel Utara: Tidak ada raja yang setia kepada Tuhan, mereka sering menyembah berhala.
  • Yehuda Selatan: Beberapa raja setia kepada Tuhan (contoh: Asa, Yosafat, Hizkia, dan Yosia).
  • Banyak nubuat dan teguran dari nabi-nabi seperti Elia, Elisa, Yesaya, dan Yeremia terjadi selama masa pemerintahan raja-raja ini.

Daftar Pustaka :
  • Alkitab

Saturday, January 02, 2021

Puasa dalam Alkitab: Pelajaran dari Tokoh-Tokoh dan Tujuan Rohani di Baliknya


Kita sering membaca para tokoh-tokoh dalam Alkitab berpuasa, yaitu sebagai berikut:

Dalam kitab Perjanjian Lama :
  1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan roti dan tidak minum air (Keluaran 24:16 dan Keluaran 34:28);
  2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Samuel 12:16);
  3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raja-Raja 19:8);
  4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Ester 4:16);
  5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (Ayub 2:13);
  6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Daniel 1:12), doa dan puasa (Daniel 9:3), berkabung selama 21 hari (Daniel 10:2);
  7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17);
  8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).
Dalam kitab Perjanjian Baru :
  1. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Matius 4:2);
  2. Puasa Yohanes Pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Matius 11:18);
  3. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kisah Para Rasul 9:9);
  4. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2-3).
Puasa bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk memfokuskan pikiran dan tubuh kita untuk alasan rohani. Kapanpun kita berpuasa, lakukan itu karena alasan yang disebutkan atau dicontohkan dalam Alkitab. Berikut adalah sepuluh tujuan utama puasa yang disebutkan dalam Alkitab : 

1. Untuk Memperkuat Doa (Ezra 8:23)
  • Puasa dan doa sering berjalan beriringan sebagai bentuk komunikasi rohani yang intens dengan Allah. Puasa bukanlah alat untuk “memaksa” Tuhan mendengar doa kita, melainkan sarana untuk mengubah sikap dan fokus hati kita saat berdoa. Dengan menahan kebutuhan fisik seperti makan, kita menaruh perhatian penuh pada Tuhan, melepas gangguan duniawi, dan membuka diri untuk mendengar suara-Nya dengan lebih jelas. Dalam konteks Ezra, puasa membantu jemaat menunjukkan kesungguhan dan kerendahan hati saat memohon perlindungan dan penyertaan Tuhan dalam perjalanan berbahaya. 
2. Untuk Mencari Bimbingan Tuhan (Hakim-Hakim 20:26)
  • Puasa juga merupakan bentuk pencarian arah dan hikmat ilahi. Ketika umat Israel berpuasa di Hakim-Hakim 20, mereka bukan berusaha mengubah kehendak Tuhan, melainkan menyiapkan hati agar lebih peka dan taat pada petunjuk-Nya. Puasa memperdalam kepekaan rohani, menajamkan pendengaran rohani sehingga kita tidak sekadar mendengar suara kita sendiri, melainkan benar-benar menangkap kehendak Allah. Ini penting terutama saat kita menghadapi keputusan besar atau jalan yang penuh tantangan.
3. Untuk Mengungkapkan Kesedihan (1 Samuel 31:13)
  • Mengekspresikan kesedihan adalah salah satu alasan utama berpuasa. Pernahkah kita menyadari bahwa saat kita meneteskan air mata karena kesedihan, kita kehilangan keinginan untuk makan? Ketika kita berduka, keluarga dan teman-teman kita seringkali harus memohon kepada kita untuk makan karena respon tubuh yang tepat terhadap kesedihan adalah berpuasa. Sebuah contoh utama terjadi dalam 2 Samuel 1:12, di mana Daud dan orang-orangnya digambarkan sebagai “berkabung dan menangis dan berpuasa sampai malam” untuk teman-teman mereka, musuh mereka dan bangsanya.
4. Untuk Mencari Pembebasan atau Perlindungan (2 Tawarikh 20: 3 - 4)
  • Puasa dalam konteks ini adalah sarana memohon pertolongan Allah dalam menghadapi ancaman nyata, baik dari musuh maupun situasi sulit lainnya. Puasa yang dilakukan bersama-sama menunjukkan persatuan umat dan kesungguhan mereka dalam mencari keselamatan ilahi. Ini bukan sekadar ritual, tetapi langkah aktif dalam peperangan rohani dan fisik, di mana umat mengakui keterbatasan mereka dan menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada kuasa Tuhan.
5. Untuk Mengungkapkan Pertobatan dan Kembali Kepada Tuhan (1 Samuel 7: 6)
  • Puasa adalah tanda pertobatan yang nyata, bukan sekadar kata-kata kosong. Saat umat Israel berpuasa dan bersujud, mereka menunjukkan kesungguhan hati dalam meninggalkan dosa dan berbalik kepada Tuhan. Puasa dalam konteks pertobatan mengandung elemen kesedihan atas kesalahan, pengakuan dosa, dan tekad untuk berubah, sekaligus mengundang anugerah pengampunan dan pembaruan dari Allah.
6. Untuk Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan (1 Raja-raja 21:27 - 29)
  • Kerendahan hati adalah sikap hati yang paling berkenan kepada Tuhan, dan puasa merupakan ekspresi eksternal dari kerendahan tersebut. Donald Whitney menekankan bahwa puasa itu sendiri bukan kerendahan hati, melainkan tanda atau buah dari kerendahan hati sejati. Dengan menahan diri dari kebutuhan fisik, kita mengakui ketergantungan penuh pada Allah, mengurangi kesombongan diri, dan membuka diri untuk mengalami kuasa dan kasih karunia-Nya secara lebih mendalam.
7. Untuk Mengungkapkan Kepedulian Terhadap Pekerjaan Tuhan (Nehemia 1: 3 - 4)
  • Nehemia menunjukkan bahwa puasa dapat menjadi wujud nyata dari kepedulian dan komitmen terhadap misi Tuhan. Saat mendengar berita yang memilukan tentang Yerusalem, ia berpuasa dan berdoa sebagai tanda perhatian yang mendalam dan permohonan agar Tuhan menggerakkan tangan-Nya dalam pemulihan. Puasa dalam konteks ini mendorong kita untuk aktif terlibat secara rohani dalam pekerjaan Allah dan menunjukkan solidaritas dengan visi ilahi.
8. Untuk Melayani Kebutuhan Orang Lain (Yesaya 58: 3 - 7)
  • Yesaya mengajarkan bahwa puasa sejati tidak hanya tentang menahan diri secara pribadi, tetapi juga harus disertai dengan tindakan nyata bagi sesama—memberi makan orang lapar, membebaskan yang tertindas, dan memperhatikan kebutuhan orang miskin. Puasa menjadi sarana melatih kasih dan keadilan sosial, di mana kita mengorbankan kebutuhan diri untuk melayani dan memperhatikan sesama sebagai bagian dari ibadah yang menyenangkan hati Tuhan.
9. Untuk Mengatasi Godaan dan Mengabdikan Diri Kita Kepada Tuhan (Matius 4: 1 - 11)
  • Puasa Yesus di padang gurun menjadi contoh utama bagaimana puasa memperkuat ketahanan rohani menghadapi godaan. Dengan mengendalikan kebutuhan jasmani, Yesus menegaskan pengabdian penuh kepada kehendak Allah dan menolak godaan duniawi. Puasa menguatkan kita dalam pertempuran rohani dengan mengasah disiplin diri, memperkuat fokus pada Tuhan, dan mengurangi kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh si jahat.
10. Untuk Mengungkapkan Cinta dan Penyembahan Kepada Tuhan (Lukas 2:37)
  • Puasa juga merupakan bentuk penyembahan yang dalam, di mana kita menunjukkan apa yang paling kita rindukan dan hargai dalam hidup ini. John Piper mengatakan, “Apa yang paling kita lapar, kita sembah.” Dengan puasa, kita menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan, melepaskan ketergantungan pada kebutuhan jasmani dan mengekspresikan cinta sejati kepada-Nya yang mengalahkan segala sesuatu. Ini adalah pernyataan totalitas dan kasih dalam hubungan kita dengan Tuhan.

Sunday, December 27, 2020

Perbandingan antara Kitab TaNak dengan Kitab Perjanjian Lama

TaNaK dan Perjanjian Lama: Pemahaman yang Mendalam tentang Kitab Suci

Kitab suci memiliki struktur dan penggolongan yang berakar dalam tradisi keagamaan. Dalam agama Yahudi, Kitab Suci dikenal sebagai TaNaK, sedangkan dalam kekristenan, kitab ini disebut sebagai Perjanjian Lama. Meskipun keduanya berbagi isi yang sama dalam banyak hal, ada perbedaan dalam susunan dan penekanannya.


TaNaK (Kitab Suci Yahudi)

TaNaK adalah akronim yang berasal dari tiga bagian utama kitab suci Yahudi: Torah (Taurat), Neviim (Nabi-Nabi), dan Ketuvim (Tulisan).

1. Torah (Taurat)

Bagian ini mencakup lima kitab pertama yang ditulis oleh Musa, dikenal juga sebagai Pentateukh dalam tradisi Kristen. Taurat adalah fondasi hukum dan identitas bangsa Israel.

  • Kejadian
  • Keluaran
  • Imamat
  • Bilangan
  • Ulangan

2. Neviim (Nabi-Nabi)

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Awal: Menceritakan sejarah Israel, peran para nabi, dan hubungan umat dengan Allah.
    • Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-Raja
  • Nabi Terakhir: Berisi nubuat-nubuat yang menegur, memperingatkan, dan menghibur umat Israel.
    • Yesaya, Yeremia, Yehezkiel
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

3. Ketuvim (Tulisan)

Bagian ini adalah kumpulan tulisan yang mencakup puisi, hikmat, dan sejarah.

  • Mazmur, Ayub, Amsal
  • Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan, Ester
  • Daniel, Ezra, Nehemia, Tawarikh

Perjanjian Lama (Kitab Suci Kristen)

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari Alkitab Kristen yang mencakup kitab-kitab yang sama dengan TaNaK, tetapi disusun dalam urutan yang berbeda.

1. Pentateuch (5 Kitab Musa)

Kitab-kitab ini identik dengan Taurat dalam tradisi Yahudi.

  • Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan

2. Sejarah

Mencatat perjalanan bangsa Israel dari penaklukan Kanaan hingga masa pembuangan.

  • Yosua, Hakim-Hakim, Rut
  • 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh
  • Ester, Ezra, Nehemia

3. Puisi dan Hikmat

Berisi refleksi iman dan pemahaman hikmat dalam kehidupan sehari-hari.

  • Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung

4. Nabi-Nabi

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Besar: Kitab-kitab yang lebih panjang.
    • Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel
  • Nabi Kecil: Kitab-kitab yang lebih pendek tetapi sarat makna.
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

Persamaan dan Perbedaan

  1. Persamaan:

    • Isi kitab-kitab inti serupa, mencakup sejarah, hukum, nubuat, dan hikmat.
    • Kedua kitab ini menyoroti hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
  2. Perbedaan:

    • Susunan: TaNaK menekankan kronologi sejarah dan ketatanegaraan Israel, sedangkan Perjanjian Lama lebih tematis.
    • Penekanan: TaNaK berakhir dengan kitab Tawarikh (mengacu pada harapan pemulihan Israel), sementara Perjanjian Lama berakhir dengan kitab Maleakhi (mengarah pada kedatangan Mesias).

KESIMPULAN

Baik TaNaK maupun Perjanjian Lama adalah kitab suci yang penuh dengan hikmat, sejarah, dan janji Allah. Keduanya berbicara tentang kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya dan memberikan landasan bagi iman orang percaya. Pemahaman akan susunan dan tujuannya memperkaya penghargaan kita terhadap Alkitab.

Daftar Pustaka:

  • Alkitab
  • BibleProject™: Learn the Bible for Free Online

    Thursday, September 24, 2020

    Apakah dalam Kristus ada Penderitaan dan Penganiayaan?


    Penderitaan: Jantung dari Injil

    Penderitaan adalah jantung dari Injil; tanpa penyaliban, tidak ada kebangkitan. Yesus sendiri menanggung penderitaan yang luar biasa, menjadi contoh sempurna tentang bagaimana penderitaan dapat membawa kemenangan melalui kebangkitan-Nya. Namun, dalam kehidupan orang percaya, terdapat banyak kesalahpahaman tentang penderitaan dan penganiayaan, yang seringkali berakar dari pandangan dunia yang tidak sejalan dengan ajaran Alkitab.

    Beberapa kesalahan umum dalam memahami penderitaan adalah:

    1. Semua penderitaan adalah hukuman atas dosa.
    2. Orang yang menderita harus selalu tampak bahagia dan tidak boleh bersedih.
    3. Penderitaan hanya menimpa orang-orang Kristen yang paling kudus, menyebabkan kesombongan bagi yang menderita dan kekalahan rohani bagi yang tidak menderita.
    4. Penderitaan dianggap sebagai sesuatu yang megah, memuja mereka yang menderita.
    5. Penganiayaan harus ditakuti.
    6. Penderitaan dilihat sebagai tanda kekalahan.

    Namun, ajaran Alkitab tentang penderitaan sangat berbeda. Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti atau dipuja, melainkan bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman yang mengarah pada kemuliaan Allah. Berikut adalah sejumlah ajaran Alkitab tentang penderitaan dan penganiayaan:

    1. Umat Kristen Akan Menderita

    Seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 14:22, "…..bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara." Penderitaan adalah bagian dari hidup orang percaya, bukan sesuatu yang bisa dihindari.

    2. Tuhan Mengizinkan Penderitaan

    Dalam 1 Petrus 4:19, kita diajarkan bahwa "baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Penderitaan yang kita alami tidak selalu berasal dari kesalahan kita, tetapi bisa menjadi bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

    3. Penderitaan dalam Kehendak Allah Memiliki Makna dan Tujuan

    Penderitaan bukanlah hal yang sia-sia. Tuhan menggunakannya untuk berbagai tujuan yang baik:

    • Mengarahkannya: "Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati" (Amsal 20:30).
    • Mengujinya: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yakobus 1:2-3).
    • Memperbaikinya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (Mazmur 119:71).
    • Melindunginya: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20).
    • Menyempurnakannya: "Ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (Roma 5:3-4).

    4. Janganlah Mengalami Derita Karena Perbuatan Jahat

    Penderitaan yang kita alami harusnya bukan karena perbuatan jahat. Dalam 1 Petrus 4:15, kita diingatkan untuk tidak menderita karena kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, atau tindakan keji lainnya.

    5. Ada Berkat dalam Penderitaan untuk Kebenaran

    "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:10). Penderitaan yang kita alami karena mengikuti Kristus membawa berkat dan kemuliaan dari Tuhan.

    6. Penderitaan Menunjuk pada Kemuliaan Sorga

    "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18). Penderitaan yang kita alami hanyalah sementara, dan membawa kita lebih dekat pada kemuliaan yang kekal.

    7. Para Penderita Berbagi Penderitaan Yesus

    "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10). Penderitaan yang kita alami menghubungkan kita dengan penderitaan Kristus, memperdalam pemahaman kita akan kasih-Nya.

    8. Ada Kemenangan dalam Penderitaan

    "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Roma 8:28). Penderitaan bukanlah akhir, tetapi jalan menuju kemenangan bersama Kristus.

    Persiapan Menghadapi Penderitaan dan Penganiayaan

    Dalam menghadapi penderitaan, kita perlu:

    • Mengenal firman Allah: Firman Tuhan menjadi sumber penghiburan dan kekuatan dalam penderitaan.
    • Hidup bergaul dengan Tuhan: Hubungan yang intim dengan Tuhan memberi ketenangan dalam segala keadaan.
    • Tunduk kepada Roh Kudus: Roh Kudus membimbing dan menguatkan kita untuk bertahan dalam penderitaan.
    • Berdoa bersama sesama percaya: Dukungan doa dari saudara seiman memperkuat kita dalam menghadapi tekanan.

    Penderitaan bukanlah akhir dari kisah hidup kita, melainkan alat yang digunakan oleh Tuhan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman kita. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang meskipun menderita, tetap menjalani kehendak Bapa-Nya demi keselamatan dunia.

    Daftar Pustaka:

    • Alkitab
    • Estrabrooks, Paul (2003). Standing Strong Through The Storm: A Manual for Christians Facing Pressure and Persecution. Publisher: Open Doors Resources

    Saturday, June 27, 2020

    Injil Matius dalam Bahasa Melayu


    Albert Cornelius Ruyl dan Tonggak Sejarah Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Melayu

    Albert Cornelius Ruyl, seorang pedagang junior Perusahaan Hindia Belanda (VOC), memulai perjalanannya ke Nusantara pada tahun 1600, enam tahun setelah kapal Belanda pertama tiba di kepulauan ini. Di tengah aktivitasnya sebagai pedagang, Ruyl belajar bahasa Melayu di Sumatera dan menulis buku tata bahasa Melayu berjudul A Mirror of the Malay Language (Spigel van de Maleise Tale) pada tahun 1611. Karyanya ini menjadi salah satu upaya awal untuk memahami dan mendokumentasikan bahasa Melayu sebagai lingua franca kawasan tersebut.

    Selain mendalami bahasa, Ruyl juga terlibat dalam misi teologis. Pada tahun 1612, ia menyelesaikan terjemahan dwibahasa Injil Matius dalam bahasa Belanda dan Melayu. Karya ini dirampungkan hanya setahun setelah King James Version diterbitkan dalam bahasa Inggris. Namun, terjemahan Ruyl baru diterbitkan pada tahun 1629 di Enkhuizen, salah satu pelabuhan utama VOC di Belanda. Cetakan ini bersifat dwibahasa, dengan teks Melayu dan Belanda dicetak berdampingan, memungkinkan pembacaan paralel.


    Konteks Teologis dan Politis Terjemahan Ruyl

    Terjemahan Ruyl tidak terlepas dari konteks hubungan kompleks antara VOC, Pemerintah Negara Bagian Belanda, dan Gereja Reformed Belanda. Pada abad ke-17, cita-cita teokratis Calvinistik menjadi panduan utama bagi negara dan gereja. Dalam Pengakuan Iman Belgica Pasal 26, negara dipandang sebagai pelindung pelayanan gereja dan penegak kebijakan untuk menghancurkan penyembahan berhala serta agama-agama non-Kristen.

    VOC, dalam kontraknya dengan Pemerintah Belanda, bertanggung jawab menjaga kepercayaan publik, termasuk iman keluarga multietnis yang terbentuk melalui pernikahan antara pegawai VOC dan wanita lokal. Gereja Reformed Belanda mengakui perkawinan ini, sehingga anak-anak mereka membutuhkan pengajaran iman menggunakan bahasa yang mereka pahami, yaitu Melayu dan Portugis. Oleh karena itu, tujuan utama (skopos) terjemahan Ruyl adalah mendukung pelayanan gereja dan pendidikan di sekolah-sekolah yang disponsori VOC, khususnya bagi komunitas multi-etnis Reformed di Hindia Timur.


    Makna Sejarah dan Pengaruh Global

    Terjemahan Injil Matius karya Ruyl menjadi tonggak penting dalam sejarah penerjemahan Alkitab. Ini adalah pertama kalinya bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa non-Eropa untuk tujuan penginjilan. The British and Foreign Bible Society serta United Bible Societies mengakui momen ini sebagai peristiwa bersejarah, mencatat:

    "Injil Matius dalam bahasa Melayu yang dicetak pada tahun 1629 merupakan peristiwa yang penting, sebab inilah terjemahan dan terbitan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa non-Eropa untuk kepentingan penginjilan."


    Isi dan Keberlanjutan Karya Ruyl

    Selain teks Injil Matius, cetakan ini memuat beberapa tambahan penting, seperti Sepuluh Perintah Allah, Nyanyian Zakharia, Nyanyian Maria, Nyanyian Simeon, Pengakuan Iman Rasuli, beberapa petikan Mazmur, Doa Bapa Kami, dan doa-doa lainnya. Saat ini, cetakan langka Injil Matius karya Ruyl disimpan di Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman, dan di British Museum, London, Inggris.


    KESIMPULAN

    Karya Ruyl tidak hanya mencerminkan semangat penginjilan VOC tetapi juga mengukuhkan bahasa Melayu sebagai media penting dalam penyebaran Injil di Nusantara. Terjemahan ini menegaskan peran bahasa lokal dalam mendekatkan pesan Allah kepada setiap bangsa, seperti yang diperintahkan dalam Amanat Agung. Ruyl, melalui dedikasi dan visi lintas budaya, telah membuka jalan bagi penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa dunia.

    Daftar Pustaka:

    Friday, May 22, 2020

    Hidup Sehat Dan Pola Makan Sehat Ala dr. Tan Shot Yen

    Dr. Tan Shot Yen: Dokter yang Mendidik Pasien untuk Mandiri

    Mengubah Paradigma Kesehatan
    Dr. Tan Shot Yen, seorang dokter yang mempraktikkan prinsip kesehatan holistik, menolak pendekatan medis yang hanya berfokus pada obat-obatan. Menurutnya, pasien perlu memiliki otonomi atas tubuh mereka sendiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada dokter atau obat. Filosofi ini tercermin dalam praktik kesehariannya di kliniknya di Bumi Serpong Damai, di mana ia tak sekadar mengobati, tetapi juga mendidik pasien untuk menjalani gaya hidup sehat.

    Dalam interaksinya dengan pasien, dr. Tan dikenal dengan gaya bicara yang tegas dan penuh semangat. Apa yang tampak seperti kemarahan sebenarnya adalah upayanya menyampaikan pesan penting: kesehatan sejati dimulai dari perubahan gaya hidup, bukan dari pil atau prosedur instan. Ia menekankan bahwa pertanyaan paling penting bukanlah "bagaimana cara sembuh," tetapi "mengapa sakit terjadi."

    Prinsip Hidup Sehat: Mengedukasi, Bukan Meresepkan
    Salah satu keunikan dr. Tan adalah ketidakmudahannya memberi resep obat. Mayoritas pasien yang meninggalkan ruang prakteknya tidak membawa resep, kecuali suplemen seperti vitamin atau omega-3 jika memang diperlukan. Baginya, ketergantungan pada obat tidak menyelesaikan masalah mendasar. "Apa gunanya obat kalau akar masalahnya, yaitu gaya hidup, tetap dibiarkan?" katanya tegas.

    Sebagai gantinya, dr. Tan mengedukasi pasien tentang pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik, dan keseimbangan emosional. Ia percaya banyak penyakit kronis seperti diabetes, stroke, dan kanker adalah hasil dari gaya hidup yang buruk. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup adalah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum beralih ke pengobatan medis.

    Pola Makan Sehat yang Direkomendasikan
    Dr. Tan mendorong pola makan yang drastis namun efektif, yakni menghindari konsumsi gula, nasi, terigu, dan pati seperti kentang atau singkong. Menurutnya, jenis makanan ini diubah tubuh menjadi gula dalam waktu singkat, yang dapat memicu lonjakan insulin dan hormon berbahaya lainnya, serta menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari pembuluh darah yang menyempit hingga perkembangan kanker.

    Sebagai gantinya, ia merekomendasikan konsumsi sayuran segar dan buah rendah gula seperti apel, alpukat, dan pir. Sayuran sebaiknya dimakan mentah untuk menjaga enzim dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, ia juga menyarankan metode memasak yang sehat, seperti mengukus atau memanggang makanan tanpa minyak berlebih.

    Filosofi di Balik Penyakit
    Sebagai lulusan filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dr. Tan memandang penyakit bukan sekadar disfungsi tubuh, tetapi juga sebagai momen introspeksi. "Sakit adalah kesempatan untuk berhenti dan melihat apa yang salah dalam hidup kita," ujarnya. Ia mengkritik dunia kedokteran modern yang terlalu mekanistis dalam memandang tubuh manusia, mengabaikan keterkaitan antara fisik, emosi, dan spiritualitas.

    Ia juga menyayangkan obsesi masyarakat terhadap obat-obatan, yang menurutnya sering kali hanya menutupi gejala tanpa menyelesaikan akar masalah. "Kita hidup di zaman di mana obat menjadi kebutuhan utama, bahkan melebihi makanan. Ini adalah tanda dari masyarakat yang melarikan diri dari tanggung jawab atas kesehatannya sendiri."

    Motivasi dan Perjuangan
    Dr. Tan lahir di Beijing pada 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara dan meraih gelar dokter dari FKUI pada tahun 1991. Inspirasi untuk mendalami kesehatan holistik datang dari ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, yang mendorongnya untuk melihat kebutuhan manusia secara menyeluruh.

    Meski pendekatannya sering dianggap idealis dan bahkan mustahil oleh beberapa kolega, dr. Tan tetap teguh. "Saya mendapatkan energi dari melihat pasien yang berhasil mengambil kendali atas tubuhnya sendiri, tanpa tergantung pada obat-obatan atau dibohongi oleh dokter," katanya.

    Pelajaran Hidup dari Dr. Tan
    Sebagai penutup, dr. Tan mengingatkan bahwa kesehatan sejati tidak hanya berasal dari makanan dan olahraga, tetapi juga dari keseimbangan pikiran, jiwa, dan iman. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga tubuh mereka sendiri, bukan menyerahkan semuanya kepada dokter atau obat.

    Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, dr. Tan menjadi simbol perjuangan untuk mengembalikan otonomi pasien dan mendorong masyarakat menjalani kehidupan yang lebih sehat, baik secara fisik maupun spiritual.

    Saturday, May 02, 2020

    Makna Baptisan: Lebih dari Sekadar Ritual


    Baptisan bukan sekadar membasuh kotoran dari tubuh kita. Baptisan adalah tindakan iman yang menghadirkan kita di hadapan Allah dengan hati nurani yang bersih, melalui kebangkitan Yesus Kristus. Dalam baptisan, kita tidak hanya mengambil bagian dalam kematian Kristus tetapi juga kebangkitan-Nya. Dengan kuasa kebangkitan itu, kita diubah menjadi ciptaan baru yang hidup dalam anugerah dan kebenaran.

    Lebih dari itu, Yesus Kristus, yang berdiri di sebelah kanan Allah, memiliki kata terakhir atas segala sesuatu. Dari malaikat hingga semua kekuatan yang ada di dunia ini tunduk pada-Nya, dan apa yang Dia firmankan pasti terjadi. Melalui baptisan, kita masuk ke dalam kehidupan yang dipimpin oleh otoritas-Nya yang penuh kasih dan kuasa.

    Makna Baptisan dalam Kehidupan Orang Percaya

    1. Manusia Lama Telah Mati dan Dikuburkan Bersama Kristus
    Baptisan adalah simbol nyata dari kematian manusia lama kita. Saat kita masuk ke dalam air, kita dikuburkan bersama Yesus Kristus. Ini adalah tanda bahwa dosa-dosa kita dan kehidupan lama yang terpisah dari Allah telah berakhir. Firman Tuhan berkata:
    • "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:4).

    Baptisan adalah pengakuan iman bahwa kita percaya pada kuasa Allah yang membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. 
    • "Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."  (Kolose 2:12)

    2. Dibangkitkan Menjadi Ciptaan Baru
    Baptisan tidak hanya tentang kematian manusia lama, tetapi juga kebangkitan menjadi ciptaan baru. Ketika kita keluar dari air, kita memasuki hidup baru di bawah kasih karunia Allah. Hidup baru ini adalah hidup yang dipenuhi harapan, kasih, dan hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan.
    • "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17).

    3. Memulai Hidup Baru dalam Anugerah
    Hidup baru yang dimulai dalam baptisan adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh keinginan daging. Kita belajar untuk meninggalkan dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus dalam kitab Roma menegaskan bahwa kita telah mati bagi dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
    • "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:11)

    4. Menerima Sifat-Sifat Kristus
    Baptisan juga melambangkan bahwa kita telah mengenakan Kristus dalam hidup kita. Kita mulai menunjukkan sifat-sifat Kristus seperti kasih, kerendahan hati, kesabaran, dan kebenaran. 
    • "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus." (Galatia 3:27).
    Artinya, baptisan adalah langkah iman yang menunjukkan bahwa kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk diubah menjadi serupa dengan Kristus.

    5. Menjadi Satu dalam Tubuh Kristus
    Baptisan tidak hanya bersifat pribadi tetapi juga komunitas. Melalui baptisan, kita menjadi bagian dari tubuh Kristus yang universal, bersatu dengan sesama orang percaya dalam satu Roh. 
    • "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." (1 Korintus 12:13).

    Kesimpulan: Hidup dalam Kuasa Baptisan
    Baptisan bukan hanya sekadar ritual agama, tetapi suatu pernyataan iman yang mengubah hidup. Melalui baptisan, kita mengakui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai inti dari keselamatan kita. Kita meninggalkan manusia lama, dibangkitkan menjadi ciptaan baru, dan memulai perjalanan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.

    Baptisan mengingatkan kita untuk selalu hidup dengan hati nurani yang bersih di hadapan Allah, percaya bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa atas segala sesuatu. Dalam hidup yang baru ini, kita tidak hanya diberkati tetapi juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain, membawa kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus kepada dunia.

    "Kehidupan Kristen yang Normal" oleh Watchman Nee

    1. Dasar Kehidupan Kristen: Bukan Usaha Manusia, tetapi Karya Kristus Watchman Nee menegaskan bahwa kehidupan Kristen yang sejati bukanlah ...