Kebenaran Allah yang Diberikan Melalui Kasih Karunia
Allah menyatakan bahwa kita dibenarkan bukan karena usaha kita sendiri — bukan melalui ketaatan pada hukum, perbuatan baik, atau ritual agama. Kebenaran itu diberikan semata-mata oleh kasih karunia Allah, anugerah yang kita terima secara cuma-cuma melalui karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib.
Sebagaimana tertulis:
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” — Roma 3:24
Kasih karunia ini adalah hadiah terbesar yang melampaui semua pencapaian manusia. Namun, ketika seseorang yang telah menerima kasih karunia itu kemudian meninggalkan iman dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus, tindakan itu disebut murtad — berpaling dari iman yang benar dan menolak kebenaran yang telah menyelamatkannya.
Mengapa Orang Bisa Murtad dari Iman Kristen?
Banyak orang beranggapan bahwa seseorang murtad karena godaan dunia terlalu kuat. Godaan dunia memang sering kali datang dalam tiga bentuk utama, yang sama seperti yang Tuhan Yesus hadapi di padang gurun (Matius 4:1–11) :
-
Roti — melambangkan pemenuhan kebutuhan jasmani dan kenyamanan hidup.Ini adalah godaan untuk menomorsatukan hal-hal duniawi: uang, makanan, pekerjaan, dan keamanan materi.Banyak orang rela mengorbankan ketaatan kepada Tuhan demi kepentingan pribadi atau kenyamanan hidup. Mereka lupa bahwa manusia “tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4).
-
Penolong — menggambarkan kerinduan akan penerimaan dari orang lain, kasih, dan pasangan hidup.Sering kali, godaan ini tampak lembut dan tampaknya “baik,” namun justru paling halus menyesatkan. Banyak orang kehilangan arah rohani karena menjadikan relasi manusia — entah itu pasangan, sahabat, atau cinta duniawi — lebih penting daripada hubungan dengan Tuhan. Ketika kasih kepada Tuhan digeser oleh kasih kepada manusia, relasi itu pun kehilangan makna sejatinya. Hanya bila Tuhan menjadi pusat hubungan, kasih sejati dapat tumbuh dan memberi hidup.
-
Kuasa — melambangkan ambisi, kebanggaan, dan keinginan untuk menguasai.Inilah godaan untuk menjadi besar, diakui, dan dipuji oleh dunia.Banyak orang tersesat karena mengejar posisi, pengaruh, atau kekuasaan — bahkan dalam pelayanan sekalipun.Padahal Yesus sendiri menolak kuasa dunia dengan berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Matius 4:10).
Namun sesungguhnya, akar dari kemurtadan bukan terletak pada godaan dunia itu sendiri, melainkan pada ketidaktahuan akan Firman Tuhan dan ketidaktidaktahuan akan kuasa-Nya.
Yesus berkata:
“Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.” — Markus 12:24
Inilah akar dari segala kesesatan rohani: seseorang mungkin tahu tentang Tuhan, tetapi tidak sungguh mengenal-Nya secara pribadi. Ia bisa rajin beribadah, aktif melayani, bahkan fasih berbicara tentang iman, namun hatinya belum pernah mengalami kuasa kasih Allah yang mengubahkan. Pengetahuan tanpa perjumpaan pribadi dengan Tuhan hanya melahirkan bentuk lahiriah agama, tanpa kehidupan rohani yang sejati.
1. Tidak Mengenal Firman Tuhan
Tanpa pengenalan yang mendalam akan Firman, iman menjadi dangkal dan mudah goyah. Banyak orang mungkin mengetahui isi Alkitab, tetapi tidak menghidupi kebenarannya dalam keseharian. Mereka berjalan berdasarkan perasaan, kebiasaan, atau tradisi, bukan pada kebenaran kekal yang seharusnya menjadi dasar iman dan arah hidup mereka.
Ketika doa seolah tak dijawab, masalah datang silih berganti, atau harapan tampak gagal, banyak orang mulai meragukan kasih Tuhan. Namun sesungguhnya, iman sejati tidak dibangun di atas kenyamanan, melainkan di atas kebenaran. Firman Tuhan adalah fondasi yang teguh, yang membuat seseorang tetap berdiri kokoh meskipun badai kehidupan menerpa.
Karena itu, mengenal Firman Tuhan bukan sekadar membaca, tetapi membiarkan Firman itu mengubah cara berpikir, berbicara, dan bertindak. Hanya dengan demikian, kita benar-benar hidup berakar dalam kebenaran dan tidak mudah digoyahkan oleh keadaan.
2. Tidak Mengenal Kuasa Tuhan
Banyak orang berhenti pada pengetahuan tentang Allah, namun tidak pernah mengalami kuasa-Nya yang nyata dalam hidup mereka. Mereka tahu bahwa Tuhan berkuasa, tetapi tidak sungguh-sungguh menyerahkan dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada-Nya. Akibatnya, iman mereka tetap di permukaan — mengetahui kebenaran, tetapi belum pernah berjalan di dalamnya.
Iman sejati bukan sekadar percaya bahwa Tuhan ada, tetapi hidup dalam pengalaman nyata bahwa Tuhan bekerja dan berkuasa dalam setiap aspek kehidupan kita. Di sanalah kita benar-benar mengenal kuasa Allah — bukan hanya dengan pikiran, tetapi dengan hati yang mengalami-Nya setiap hari.
Cara Mengenal Firman dan Mengalami Kuasa Tuhan
1. Bangun Hidup yang Berakar dalam Firman
“Berakar dan dibangun di dalam Dia, dan bertambah teguh dalam imanmu.” — Kolose 2:7
Membaca Alkitab bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan perjumpaan pribadi dengan hati Tuhan — saat di mana kita mengenal kasih-Nya, mendengar suara-Nya, dan dibentuk oleh kebenaran-Nya.
Mulailah dengan langkah sederhana: bacalah Firman Tuhan setiap hari, renungkan maknanya, dan terapkan dalam setiap keputusan hidupmu. Sebagai permulaan, bacalah Injil Matius hingga Kitab Wahyu untuk mengenal pribadi Yesus dan karya keselamatan-Nya, lalu lanjutkan dengan Kitab Kejadian hingga Maleakhi untuk memahami rencana Allah sejak awal hingga penggenapannya. Dengan cara ini, iman akan bertumbuh dari pengenalan yang utuh akan Firman Tuhan.
Firman Tuhan bukan sekadar informasi, melainkan kuasa yang membawa transformasi. Ia mengubah hati, memperbarui pola pikir, dan menuntun hidup kita untuk semakin serupa dengan Kristus.
Ketika Firman Tuhan berdiam dalam hati, iman akan bertumbuh, mengakar kuat, dan tetap kokoh menghadapi setiap musim kehidupan — baik dalam masa kelimpahan maupun dalam ujian, karena Firman itulah sumber kekuatan sejati.
2. Hidup dalam Doa dan Persekutuan dengan Roh Kudus
“Roh menolong kita dalam kelemahan kita.” — Roma 8:26
3. Hidup dalam Ketaatan dan Komunitas Iman
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.” — Ibrani 10:25
Ketaatan adalah kunci yang membuka pintu bagi kuasa Allah untuk bekerja dalam hidup kita. Melalui ketaatan, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya, menuntun langkah kita, dan melakukan hal-hal yang melampaui kekuatan manusia.
Sementara itu, komunitas iman menjadi tempat kita bertumbuh bersama, saling menguatkan, meneguhkan, dan menuntun satu sama lain untuk tetap setia berjalan dalam kasih dan kebenaran Tuhan.
Dalam persekutuan, kita saling menopang, berdoa, dan bertumbuh bersama sebagai satu tubuh Kristus — saling menguatkan dalam kasih, mengingatkan dalam kebenaran, dan bersama-sama mengalami karya Tuhan yang hidup.
Kesimpulan
- Mereka mencari roti, bukan Roti Hidup - Yesus Kristus
- Mereka mencari penolong manusia, bukan Penolong Sejati - Roh Kudus.
- Mereka mengejar tahta dunia, bukan Kerajaan Allah.
Namun orang yang hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan akan tetap berdiri teguh. Ia tidak mudah goyah, sebab ia tahu kepada siapa ia percaya.
“Aku tahu kepada siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Ia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan kepadaku sampai pada hari Tuhan.” — 2 Timotius 1:12
Penutup
Barangsiapa hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan, ia akan tetap berdiri — meskipun dunia di sekelilingnya jatuh.Sebab kasih karunia Allah bukan hanya membenarkan kita, tetapi juga memampukan kita untuk tetap setia sampai akhir.
Daftar Pustaka :
- Roma 3:24
- Roma 4:13
- Mar
.jpg)








