Tuesday, May 28, 2024

"Think and Grow Rich" oleh Napoleon Hill

"Think and Grow Rich" adalah buku yang ditulis oleh Napoleon Hill dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1937. Buku ini adalah salah satu karya klasik dalam literatur motivasi dan pengembangan diri yang terus populer hingga hari ini. Hill menulis buku ini setelah melakukan penelitian mendalam selama lebih dari 20 tahun dengan mewawancarai lebih dari 500 orang sukses, termasuk Andrew Carnegie, Henry Ford, dan Thomas Edison.

Berikut adalah prinsip-prinsip bagaimana orang dapat membangun keberhasilan :

1. Desire (Keinginan yang Kuat)
Segala sesuatu dimulai dari keinginan yang kuat. Keinginan ini harus sangat menggebu-gebu sehingga menjadi dorongan utama dalam hidup seseorang. Menetapkan tujuan dan membuat rencana konkret untuk mencapainya sangat penting.

2. Faith (Keyakinan)
Keyakinan adalah tenaga pendorong yang mampu mengubah keinginan menjadi kenyataan. Hill menekankan pentingnya memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap kemampuan diri sendiri untuk sukses.

3. Autosuggestion (Sugesti Diri)
Proses pemrograman pikiran bawah sadar dengan keinginan dan keyakinan positif agar mendorong tindakan yang konsisten menuju tujuan.

4. Specialized Knowledge (Pengetahuan Spesifik)
Pengetahuan umum tidak cukup untuk mencapai kesuksesan. Yang dibutuhkan adalah pengetahuan spesifik yang relevan dengan tujuan Anda dan kemampuan untuk mengaplikasikannya secara efektif.

5. Imagination (Imajinasi)
Imajinasi adalah alat yang menggunakan pikiran untuk menciptakan rencana dan ide-ide baru. Hill membedakan antara imajinasi yang sintetik (mengkombinasi pengalaman lama) dan imajinasi kreatif (menghasilkan ide-ide baru).

6. Organized Planning (Perencanaan Terorganisir)
Penting untuk memiliki rencana tindakan yang terorganisir dan terarah. Rencana tersebut harus fleksibel dan dapat disesuaikan jika ada hambatan atau perubahan situasi.

7. Decision (Keputusan)
Keputusan yang cepat dan definitif adalah ciri khas orang sukses. Hill percaya bahwa penundaan dan keragu-raguan adalah penyebab utama kegagalan.

8. Persistence (Ketekunan)
Ketekunan adalah kualitas yang membedakan orang sukses dari yang gagal. Tidak menyerah di tengah jalan, meski menghadapi rintangan besar.

9. Power of the Master Mind (Kekuatan Kelompok Master Mind)
Bergabung dengan sekelompok orang yang memiliki tujuan serupa untuk saling mendukung dan berbagi ide adalah penting.

10. The Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar)
Pikiran bawah sadar memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan tindakan. Memanfaatkannya dengan mengisi pikiran dengan keinginan dan keyakinan positif sangat vital.

11. The Brain (Otak)
Otak adalah stasiun penerima pikiran yang menangkap ide dan mengirimkannya ke pikiran bawah sadar.

12. The Sixth Sense (Indra Keenam)
Hill menggambarkan ini sebagai "Kuil Kebijaksanaan," yang dapat diakses setelah terlatih menggunakan semua prinsip di atas.

KESIMPULAN :
Buku ini juga membahas pentingnya pengendalian diri, imajinasi, iman, dan bagaimana cara menangani kegagalan. "Think and Grow Rich" bukan hanya tentang menghasilkan kekayaan material, tetapi juga tentang mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

Monday, May 27, 2024

Siapakah ROH KUDUS ?


Roh Kudus adalah salah satu dari tiga Pribadi ilahi dalam konsep Trinitas Kristen, bersama dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus (Allah Anak). Dalam trinitas ini, Roh Kudus merupakan pribadi yang memiliki esensi dan keilahian yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak, tetapi dengan peran yang berbeda.

Roh Kudus tidak memiliki bentuk fisik dan sering kali diilustrasikan dengan simbol-simbol seperti angin, api, atau burung merpati dalam Alkitab dan ikonografi Kristen. Sebagai Pribadi yang hidup dan aktif dalam iman Kristen, Roh Kudus berperan penting dalam proses transformasi rohani dan dalam memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Berikut adalah terjemahan "Roh Kudus" dalam lima bahasa:
  • Bahasa Ibrani: רוח הקודש (Ruach HaKodesh)
  • Bahasa Yunani: Άγιο Πνεύμα (Ágio Pneúma)
  • Bahasa Latin: Spiritus Sanctus
  • Bahasa Arab: الروح القدس (Al-Rūḥ al-Quds)
  • Bahasa Inggris: Holy Spirit
Karakteristik dan Identitas Roh Kudus:

1. Bagian dari Trinitas
Roh Kudus adalah pribadi ilahi yang merupakan bagian dari Allah Tritunggal — Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ia memiliki sifat yang sama: kekal, mahakuasa, dan mahasuci. Roh Kudus bukan sekadar kuasa, tetapi Pribadi Allah sendiri yang bekerja aktif dalam kehidupan manusia.

2. Pemberi Kehidupan
Roh Kudus adalah sumber kehidupan, baik secara fisik maupun rohani. Dialah yang menghidupkan dan memperbarui ciptaan Allah. Dalam kehidupan orang percaya, Roh Kudus menjadi agen utama kelahiran baru, memampukan seseorang untuk mengalami hidup baru di dalam Kristus (Yohanes 3:5–6).

3. Penghibur (Parakletos)
Roh Kudus membagikan berbagai karunia rohani kepada orang percaya sesuai dengan kehendak-Nya, agar setiap anggota tubuh Kristus dapat melayani dan membangun jemaat. Karunia-karunia ini meliputi hikmat, pengetahuan, iman, penyembuhan, mukjizat, nubuat, dan bahasa roh (1 Korintus 12).

4. Roh Kebenaran
Roh Kudus dikenal sebagai “Roh Kebenaran” karena Ia membimbing orang percaya untuk mengenal kebenaran sejati yang berasal dari Allah. Ia menyingkapkan kehendak Allah, menegur dosa, dan menuntun umat Tuhan agar hidup sesuai dengan firman-Nya (Yohanes 16:13).

5. Pemberi Karunia Rohani
Roh Kudus membagikan berbagai karunia rohani kepada orang percaya sesuai dengan kehendak-Nya, agar setiap anggota tubuh Kristus dapat melayani dan membangun jemaat. Karunia-karunia ini meliputi hikmat, pengetahuan, iman, penyembuhan, mukjizat, nubuat, dan bahasa roh (1 Korintus 12).

6. Informator
Roh Kudus adalah Pribadi yang mengilhamkan penulisan Alkitab, memastikan bahwa firman Allah disampaikan dengan benar dan tanpa kesalahan. Ia juga yang membuka pengertian orang percaya agar dapat memahami makna rohani dari setiap firman Tuhan (2 Timotius 3:16–17; 2 Petrus 1:21).

Sunday, May 26, 2024

Dari Pikiran ke Takdir: Rangkaian yang Membentuk Hidup


Pemahaman tentang pembentukan nasib bukanlah sekadar hasil dari satu keputusan atau satu peristiwa besar dalam hidup. Ia terbentuk melalui suatu rangkaian yang saling berkaitan, dimulai dari hal-hal yang sering kali luput dari perhatian kita—pikiran yang kita pelihara, tindakan yang kita ambil, kebiasaan yang kita ulangi, karakter yang kita bangun, hingga akhirnya menjadi nasib atau takdir yang kita jalani.

Segalanya dimulai dari pikiran. Pikiran adalah benih. Apa yang kita izinkan untuk berdiam di dalam pikiran akan menentukan arah pertumbuhan hidup kita. Pikiran yang benar menuntun kepada tindakan yang benar; sebaliknya, pikiran yang salah akan membawa kita menyimpang dari jalur yang seharusnya.

Dari pikiran lahirlah tindakan. Setiap tindakan adalah langkah kecil yang membawa kita mendekat atau menjauh dari tujuan hidup yang Tuhan rancangkan. Tindakan yang diulang terus-menerus akan membentuk kebiasaan—pola hidup yang menjadi bagian dari diri kita, baik atau buruk.

Kebiasaan yang tertanam akan membentuk karakter. Karakter adalah jati diri sejati kita, yang terlihat bukan hanya di saat segalanya berjalan baik, tetapi juga saat kita menghadapi tekanan dan kesulitan. Karakter inilah yang pada akhirnya akan menentukan nasib—jalan hidup kita, hasil akhir dari pilihan-pilihan yang kita buat, dan kesaksian yang kita tinggalkan.

Tidak heran Firman Tuhan berulang kali menegaskan pentingnya menjaga hati dan pikiran, karena dari sanalah mengalir seluruh kehidupan (Amsal 4:23). Dengan kata lain, masa depan kita dibentuk bukan secara kebetulan, melainkan melalui rangkaian yang dimulai dari hal-hal yang paling tersembunyi dalam diri kita.

Kiranya pembahasan ini menolong kita untuk lebih berhati-hati dalam memelihara pikiran, lebih bijaksana dalam mengambil tindakan, dan lebih setia membangun kebiasaan yang benar, sehingga karakter kita dibentuk sesuai kehendak Tuhan, dan nasib kita sejalan dengan rencana-Nya yang sempurna.

"Atomic Habits" oleh James Clear




"Atomic Habits," karya James Clear, adalah panduan praktis untuk membangun kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk. Buku ini berfokus pada bagaimana perubahan kecil yang konsisten dapat menghasilkan hasil yang signifikan dalam jangka panjang.

Berikut ringkasan poin-poin kunci dari buku ini:

1. Signifikansi Kebiasaan Kecil
Clear menjelaskan bahwa kebiasaan kecil, atau "atomic habits", bila dilakukan secara konsisten, memiliki dampak besar. Perubahan kecil ini, meskipun tampak sepele, jika dilakukan terus-menerus akan membawa hasil yang luar biasa.

2. Four Laws of Behavior Change (Empat Hukum Perubahan Perilaku)
Clear memperkenalkan empat hukum dasar untuk membentuk kebiasaan baru:
  • Cue (Isyarat): Buat kebiasaan terlihat dan jelas. 
  • Craving (Keinginan): Berikan niat kuat untuk melakukannya, dengan cara membuat menjadi menarik.
  • Response (Respon): Buat tindakan mudah untuk dilakukan.
  • Reward (Ganjaran): Buat kebiasaan memuaskan, dengan cara berikan penghargaan langsung.

3. Identitas Diri dan Kebiasaan
Kebiasaan yang kita bangun mencerminkan identitas kita. Untuk perubahan yang bertahan lama, Clear menyarankan fokus pada siapa kita ingin menjadi, bukan hanya pada apa yang ingin kita capai.

4. Sistim dan Proses
Clear menekankan pentingnya fokus pada sistem dan proses daripada tujuan. Meningkatkan diri 1% setiap hari akan membawa hasil yang lebih signifikan dalam jangka panjang dibandingkan mengandalkan motivasi untuk mencapai tujuan besar.

5. Lingkungan dan Sistim Pendukung
Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan. Clear menyarankan menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan baik dan mempersulit kebiasaan buruk.

6. Tracking and Measurement (Pelacakan dan Pengukuran)
Melacak kemajuan kebiasaan dan akuntabilitas adalah kunci untuk memastikan konsistensi. Clear merekomendasikan penggunaan jurnal atau alat lain untuk memantau perkembangan.

7. Mengatasi Kegagalan
Buku ini juga membahas cara mengatasi kegagalan dan kembali ke jalur yang benar. Clear menunjukkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses dan memahami bahwa kemajuan sejati datang dari konsistensi, bukan dari kesempurnaan.

Kesimpulan :
"Atomic Habits" memberikan strategi praktis dan berbasis ilmiah untuk mengubah perilaku, memperbaiki kebiasaan, dan memperbaiki kehidupan secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang sistematis dan mudah diikuti, James Clear menunjukkan bahwa siapa saja bisa melakukan perubahan yang berarti melalui kekuatan kebiasaan.

Thursday, February 08, 2024

Perbedaan Lutheranisme - Calvinisme - Arminianisme

“For whom he did foreknow, he also did predestinate to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brethren.” 
Romans 8:29 (KJV)


Silakan klik gambarnya kalau melihat lebih jelas

1. Kehendak Manusia/Kehendak Bebas

  • Lutheranisme:
    Manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih atau menolak Injil dalam pengertian eksternal, tetapi dosa asal mengikat kehendak manusia sehingga tidak dapat benar-benar percaya tanpa karunia Allah.
    Kunci: Kehendak terbatas oleh dosa, iman adalah karunia Allah.

  • Calvinisme:
    Kehendak manusia dalam hal keselamatan telah sepenuhnya dilumpuhkan oleh dosa asal. Hanya mereka yang dipilih oleh Allah yang mampu percaya, karena Roh Kudus bekerja secara efektif dalam hati mereka.
    Kunci: Kehendak manusia tidak berfungsi tanpa pemilihan ilahi.

  • Arminianisme:
    Manusia memiliki kehendak bebas yang dipulihkan oleh anugerah pra-penyelamatan (prevenient grace) yang diberikan kepada semua orang. Keputusan untuk percaya atau menolak Kristus sepenuhnya terletak pada manusia.
    Kunci: Kehendak bebas memungkinkan respons terhadap Injil.


2. Doktrin Pemilihan/Predestinasi

  • Lutheranisme:
    Allah memilih beberapa orang untuk keselamatan (pemilihan bersyarat) tetapi tidak menentukan siapa yang binasa. Keselamatan ditawarkan kepada semua orang, tetapi hanya mereka yang menerima yang diselamatkan.
    Kunci: Pemilihan untuk keselamatan, penekanan pada panggilan umum.

  • Calvinisme:
    Menganut predestinasi ganda. Allah memilih beberapa untuk keselamatan dan beberapa untuk kebinasaan sebelum dunia dijadikan. Pemilihan ini bersifat mutlak dan tidak bergantung pada tindakan manusia.
    Kunci: Pemilihan mutlak, predestinasi ganda.

  • Arminianisme:
    Pemilihan bersyarat. Allah memilih berdasarkan pengetahuan-Nya tentang siapa yang akan percaya. Semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk diselamatkan.
    Kunci: Pemilihan tergantung pada respons iman.


3. Pembenaran/Penebusan

  • Lutheranisme:
    Pembenaran adalah pemberian cuma-cuma Allah melalui iman kepada Kristus. Manusia tidak dapat memperoleh pembenaran melalui perbuatan baik; hanya oleh kasih karunia Allah.
    Kunci: Iman sebagai sarana menerima pembenaran.

  • Calvinisme:
    Pembenaran adalah karya Allah yang diberikan kepada mereka yang telah dipilih. Iman, sebagai sarana pembenaran, adalah karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang pilihan.
    Kunci: Pembenaran hanya bagi yang dipilih.

  • Arminianisme:
    Pembenaran adalah hasil dari iman sejati kepada Yesus Kristus, yang merupakan respons manusia terhadap anugerah Allah.
    Kunci: Pembenaran tergantung pada iman manusia.


4. Pekerjaan Roh Kudus/Anugerah Keselamatan

  • Lutheranisme:
    Roh Kudus bekerja untuk menanamkan iman dan memperbarui kehidupan melalui firman dan sakramen. Semua yang percaya adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus.
    Kunci: Roh Kudus bekerja melalui sarana anugerah.

  • Calvinisme:
    Roh Kudus bekerja secara efektif hanya dalam hati orang-orang pilihan untuk memastikan mereka datang kepada Kristus dan bertahan dalam iman.
    Kunci: Roh Kudus hanya bekerja pada orang pilihan.

  • Arminianisme:
    Roh Kudus bekerja dalam hati semua orang untuk menawarkan anugerah keselamatan. Namun, manusia bebas untuk menolak pekerjaan Roh Kudus.
    Kunci: Roh Kudus bekerja pada semua, tetapi tidak memaksa.


5. Perlindungan

  • Lutheranisme:
    Orang percaya dilindungi oleh kasih karunia Allah dan dapat bertahan dalam iman jika tetap setia. Namun, ada kemungkinan jatuh dari kasih karunia jika iman ditinggalkan.
    Kunci: Keselamatan tergantung pada ketekunan dalam iman.

  • Calvinisme:
    Orang pilihan tidak mungkin kehilangan keselamatan mereka, karena Allah menjaga mereka hingga akhir. Ketekunan orang percaya adalah bukti pemilihan mereka.
    Kunci: Keselamatan terjamin bagi yang dipilih.

  • Arminianisme:
    Orang percaya dapat kehilangan keselamatan jika mereka meninggalkan iman atau hidup dalam dosa terus-menerus.
    Kunci: Keselamatan dapat hilang jika tidak setia.

Daftar Pustaka :

Arminianisme: Kebebasan Kehendak dalam Teologi Kristen

Arminianisme adalah sistem teologi yang berasal dari pemikiran Jacobus Arminius, seorang teolog Protestan Belanda yang hidup pada abad ke-16. Teologi ini berkembang sebagai tanggapan terhadap ajaran Calvinisme yang dianggap Arminius terlalu menekankan pada predestinasi dan pilihan ilahi yang tidak memperhitungkan peran kehendak bebas manusia (free will).

Salah satu inti dari teologi Arminianisme adalah bahwa kehendak manusia memiliki peran dalam menerima atau menolak keselamatan yang ditawarkan oleh Allah. Berbeda dengan poin-poin TULIP Calvinisme, teologi Arminianisme menekankan pada kebebasan manusia untuk merespons anugerah Allah dan menolak pandangan bahwa penebusan terbatas hanya untuk sebagian orang yang dipilih secara khusus.

Beberapa poin kunci dalam teologi Arminianisme antara lain:

1. Kehendak Bebas
Arminianisme mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk menerima atau menolak tawaran anugerah dan keselamatan Allah. Hal ini berbeda dengan konsep korupsi total dalam Calvinisme yang menyatakan bahwa manusia dalam keadaan korup dan tidak memiliki kemampuan bebas untuk mencari Allah.

2. Keselamatan untuk Semua
Arminianisme menekankan bahwa keselamatan ditawarkan kepada seluruh umat manusia dan bahwa Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Hal ini bertentangan dengan konsep penebusan terbatas dalam Calvinisme.

3. Keselamatan yang Dapat Hilang
Arminianisme mengajarkan bahwa keselamatan dapat hilang jika seseorang secara sadar memilih untuk meninggalkan iman atau menolak anugerah Allah. Hal ini berbeda dengan pandangan Calvinisme mengenai "perseverance of the saints" bahwa orang yang telah ditebus tidak akan kehilangan keselamatannya.

4. Kehendak Allah dan Manusia
Arminianisme menekankan bahwa kehendak manusia dapat bekerja bersama dengan kehendak Allah dalam pertemuan yang bersifat saling mempengaruhi. Hal ini mencerminkan penolakan terhadap pandangan Calvinisme mengenai predestinasi yang mutlak dan tidak memperhitungkan peran kehendak manusia.

Teologi Arminianisme telah mempengaruhi beragam aliran teologi dalam tradisi Protestan, dan perdebatan antara Calvinisme dan Arminianisme telah menjadi topik diskusi yang menarik dalam sejarah teologi Kristen. Sebagian besar denominasi Kristen memiliki pandangan unik terhadap masalah ini, dan banyak cendekiawan dan teolog Kristen yang mempelajari dan mengembangkan teologi berdasarkan paham Arminianisme.

"TULIP" 5 Poin Calvinisme


John Calvin adalah seorang teolog Reformasi terkenal pada abad ke-16 yang menonjolkan konsep pemilihan ilahi, kasih karunia, dan kedaulatan Allah. Karyanya yang paling terkenal adalah "Institusi Agama Kristen" dan kontribusinya membentuk teologi Calvinis yang menekankan kedaulatan ilahi dalam keselamatan manusia. Calvin juga memainkan peran kunci dalam penyebaran teologi Reformasi di Eropa. Konsep pemahaman Calvin yang terkenal adalah TULIP, yang merupakan akronim untuk Total depravity, Unconditional election, Limited atonement, Irresistible grace, Perseverance of the saints. Kelima poin ini merupakan ringkasan doktrin Calvinisme yang dijelaskan dalam Perjanjian Dordrecht yang disusun sebagai tanggapan terhadap teologi Arminianisme.

1. T - Total Depravity (Korupsi Total)
Arti dari Total Depravity adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan berdosa dan korupsi total sebagai akibat dari dosa Adam. Sebagai hasilnya, manusia tidak memiliki kemampuan bebas untuk memilih Allah tanpa campur tangan-Nya.

2. U - Unconditional Election (Pilihan Tak Bersyarat)
Unconditional Election mengajarkan bahwa sejak sebelum penciptaan, Allah telah memilih sebagian orang untuk ditebus dan diselamatkan-Nya, tidak berdasarkan apapun yang ada dalam diri mereka, tetapi semata-mata berdasarkan kehendak-Nya sendiri.

3. L - Limited Atonement (Penebusan Terbatas)
Limited Atonement menyatakan bahwa kematian Kristus hanya untuk orang-orang yang dipilih oleh Allah, dan penebusan-Nya tidak untuk seluruh umat manusia.

4. I - Irresistible Grace (Anugerah yang Tak Terhindarkan)
Irresistible Grace mengajarkan bahwa orang-orang yang telah dipilih oleh Allah tidak akan dapat menolak panggilan-Nya. Ketika Allah memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang ini, mereka akan pasti menerima keselamatan.

5. P - Perseverance of the Saints (Kepastian Keselamatan Orang-orang Kudus)
Perseverance of the Saints berbicara tentang keyakinan bahwa orang yang telah dipilih oleh Allah dan ditebus oleh Kristus akan tetap bertahan dalam iman dan tidak akan jatuh dari keselamatan-Nya.

Teologi TULIP Calvinisme menjadi topik perdebatan yang panas di kalangan teolog dan umat Kristen, terutama karena perbedaan pandangan dengan teologi Arminianisme yang menekankan kebebasan manusia dalam merespons anugerah Allah.

Sunday, January 08, 2023

Nilai Inti (Core Value) Orang Kristen


2 Peter 1:5-7
For this very reason, make every effort to supplement your faith with virtue, and virtue with knowledge, and knowledge with self-control, and self-control with steadfastness, and steadfastness with godliness, and godliness with brotherly affection, and brotherly affection with love

Core value atau nilai inti dalam kehidupan Kristen sangat penting karena mencerminkan prinsip-prinsip Alkitab dan ajaran Yesus Kristus. Nilai-nilai ini menjadi landasan moral yang membentuk sikap, perilaku, dan hubungan dengan sesama. Dengan mengutamakan nilai inti, seorang Kristen dapat hidup sesuai kehendak Tuhan, semakin dekat dengan-Nya, dan menjadi saksi kasih yang nyata di dunia.

Nilai inti juga membantu mengatasi konflik dan membangun hubungan yang sehat, sekaligus menumbuhkan ketulusan hati dalam melayani sesama. Dengan menjadikan nilai-nilai ini panduan, setiap keputusan dan tindakan dapat memuliakan Tuhan dan mencerminkan iman yang sejati. Singkatnya, nilai inti adalah fondasi yang membimbing hidup seorang Kristen untuk tetap setia dan berbuah dalam kebenaran.

Nilai Inti (Core Value) yang terdapat dalam Alkitab :

1. Hiduplah dengan melakukan perbuatan baik. (virtue)
Dari sudut pandang Alkitab, "virtue" atau "kebajikan" dapat dilihat dalam pelbagai aspek. Di dalam Perjanjian Baru khususnya, ada beberapa aspek kebajikan yang dijelaskan dan ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati.

Pertama-tama, dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia, terdapat daftar kebajikan yang dikenal sebagai "buah Roh." Dalam Galatia 5:22-23, disebutkan bahwa "tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Ke-sembilan kebajikan ini dianggap sebagai hasil dari Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan orang percaya.

Selanjutnya, dalam Surat Petrus yang pertama, terdapat penekanan pada keberanian, ketekunan, dan kepantasan dalam iman meskipun menghadapi penderitaan dan ujian. Ini menunjukkan bahwa kebajikan juga mencakup kekuatan moral dan rohani untuk tetap setia kepada ajaran dan jalan Allah, bahkan dalam situasi yang sulit.

Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, terdapat pula penekanan pada kebajikan sebagai fokus pemikiran yang benar. Dalam Filipi 4:8, disebutkan, "Akhirnya, saudara-saudara, segala sesuatu yang benar, segala sesuatu yang mulia, segala sesuatu yang adil, segala sesuatu yang murni, segala sesuatu yang manis, segala sesuatu yang disanjung, segala kebajikan dan segala pujian--itulah yang harus kamu pikirkan."

Dari sudut pandang Alkitab, kebajikan juga berhubungan dengan kasih, pertobatan, kesetiaan, rendah hati, kesabaran, dan beberapa kualitas lainnya yang ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati. Ini mencakup aspek moral, rohani, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, sesama, dan terhadap Tuhan.

Secara keseluruhan, konsep kebajikan dalam Alkitab menekankan pada keharmonisan hidup yang diselaraskan dengan kehendak Ilahi, serta menunjukkan karakteristik yang bersifat moral, rohani, dan mental yang dihargai dan diusahakan dalam kehidupan beriman.

2. Memilikilah pengetahuan tentang cara hidup yang bijaksana. (knowledge)
Dalam sudut pandang Alkitab, "knowledge" atau "pengetahuan" merupakan suatu konsep yang penting dan ditekankan dalam konteks iman dan kehidupan rohani. Alkitab memberikan banyak pengajaran tentang makna dan nilai dari pengetahuan, serta bagaimana pengetahuan itu seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama-tama, Alkitab menekankan bahwa pengetahuan yang utama adalah pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya. Dalam Kitab Mazmur 111:10 disebutkan, "Takut akan TUHAN adalah pokok hikmat; segala orang yang melaksanakannya memperoleh pengertian yang baik." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang sejati dan bermanfaat berasal dari pengetahuan akan keberadaan dan kehendak Allah, yang membawa hikmat dan pengertian yang benar.

Selanjutnya, Alkitab juga menekankan pentingnya pengetahuan yang benar dan tulus sebagai landasan bagi kebenaran dan kehidupan yang benar. Dalam Surat Paulus kepada jemaat di Kolose 2:8 disebutkan, "Waspadailah, supaya jangan ada orang yang menawan kamu dengan filsafat dan tipu daya yang hampa, sesuai dengan ajaran orang-orang yang hidup dalam kemewahan sejati, dan bukan sesuai dengan Kristus." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan merupakan hal yang penting bagi kehidupan rohani yang kokoh.

Pengetahuan dalam Alkitab juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman akan kebenaran-kebenaran rohani, seperti dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 1:17, "supaya Allah Tuhan kita, Yesus Kristus yang mulia, yaitu Bapak Maha Kuasa, memberikan kamu roh hikmat dan penglihatan, supaya kamu mengenal Dia dengan betul." Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar juga mencakup pemahaman yang benar akan kerasulannya dan kebenaran-kebenaran ilahi yang diungkapkan melalui Kristus.

Dari sudut pandang Alkitab, pengetahuan juga dilihat sebagai landasan bagi pertumbuhan spiritual dan moral. Dalam Surat 2 Petrus 1:3-8 disebutkan, "Sebab, oleh kuasa-Nya kita diberi segala sesuatu yang berkenan kepada hidup dan pertobatan, oleh pengetahuan akan Dia yang telah memanggil kita oleh kemuliaan dan kebajikan-Nya, yang oleh perantaraan-Nya telah diberikan kepada kita segala janji yang yang sangat besar dan yang berharga, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, setelah melepaskan diri dari kebinasaan yang ada di dunia akibat nafsu-nafsu nista. Karena itu, saudara-saudara, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk semakin bertambah teguh pangkal imanmu; dan kepada teguh pangkal itu, berilah penambahan pengetahuan; kepada pengetahuan itu, berilah penambahan penguasaan diri; kepada penguasaan diri itu, berilah penambahan ketekunan; kepada ketekunan itu, berilah penambahan kebajikan; kepada kebajikan itu, berilah penambahan kasih mesra."

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sudut pandang Alkitab, pengetahuan dilihat sebagai wawasan dan pemahaman yang penting dalam kehidupan rohani dan moral. Pengetahuan yang benar dan bersumber dari Firman Tuhan merupakan landasan bagi hikmat, kebenaran, pertumbuhan spiritual, dan kehidupan yang berkenan kepada Allah. Oleh karena itu, Alkitab menekankan pentingnya mengejar pengetahuan yang benar dan mempergunakan pengetahuan itu dalam cara yang sesuai dengan kehendak Allah.

3. Belajarlah menguasai diri. (self-control)
Dalam sudut pandang Alkitab, "self control" atau "kendali diri" merupakan karakteristik yang penting dalam kehidupan seorang percaya. Salah satu ayat yang menggambarkan pentingnya self control adalah 2 Timotius 1:7, yang menyatakan bahwa "Sebab Allah memberikan kepada kita roh bukan dari ketakutan, melainkan roh yang penuh kuasa, kasih, dan ketenangan diri". Ini menekankan bahwa sebagai orang percaya, kita diberi kuasa oleh Allah untuk memiliki kendali diri dalam menghadapi berbagai situasi.

Pengendalian diri dalam Alkitab juga berkaitan dengan penguasaan diri terhadap hawa nafsu dan godaan. Dalam Galatia 5:22-23, buah Roh yang pertama disebutkan adalah kasih, sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, dan penguasaan diri. Ini menunjukkan bahwa pengendalian diri adalah hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya.

Selain itu, Alkitab juga menyatakan pentingnya kendali diri dalam hal perkataan dan tindakan. Misalnya, dalam Yakobus 1:19, dikatakan, "Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, hendaklah setiap orang menjadi cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat menjadi marah". Hal ini menekankan pentingnya kendali diri dalam bereaksi terhadap situasi sehari-hari.

Dengan demikian, dari sudut pandang Alkitab, kendali diri dipandang sebagai hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya dan sebagai wujud dari pertumbuhan spiritual dalam menanggapi berbagai situasi dengan kasih, hikmat, dan penuh kuasa yang diberikan oleh Allah.

4. Bertahanlah dalam kesusahan. (steadfastness)
Dalam sudut pandang Alkitab, "steadfastness" atau "ketetapan hati" merujuk pada keteguhan, ketegaran, dan kesetiaan yang kokoh dalam iman dan pengikut Yesus Kristus. Konsep ini memiliki kedalaman teologis yang dalam dalam Alkitab.

Salah satu contoh ketetapan hati dalam Alkitab adalah yang diungkapkan dalam 1 Korintus 15:58, yang berbunyi, "Jadi, saudara-saudaraku yang kukasihi, teguhlah hatimu dan tetaplah teguh, dan giatlah senantiasa dalam pekerjaan Tuhan, yang kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia." Ayat ini menekankan pentingnya ketetapan hati dalam menjalani kehidupan, terutama dalam pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan.

Dalam hal ini, ketetapan hati juga berarti bertahan dalam iman meskipun dihadapkan pada cobaan, penderitaan, atau perlawanan. Hal ini tercermin dalam Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab setelah ia tahan ujian, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan kepada orang yang mengasihi Dia." Ayat ini menegaskan bahwa ketetapan hati membawa berkat dan pahala yang dijanjikan kepada mereka yang setia dan tetap dalam iman mereka.

Selain itu, ketetapan hati juga mencakup kesetiaan yang kokoh terhadap ajaran-ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip moral yang diajarkan oleh Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 5:21, Paulus menulis, "Ujilah segala sesuatu, peganglah yang baik." Ini menunjukkan pentingnya tetap teguh pada kebenaran dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh dunia.

Dari sudut pandang Alkitab, ketetapan hati merupakan bagian integral dari hidup seorang percaya dan menunjukkan kesetiaan, keteguhan, dan kesungguhan dalam iman, pengabdian, dan prinsip-prinsip yang diberlakukan dalam hidup sehari-hari. Ini juga merupakan hasil dari karya Roh Kudus yang memperkokoh dan memampukan setiap orang percaya untuk tetap teguh dalam iman dan kasihnya kepada Tuhan.

5. Berusahalah untuk hidup semakin sesuai kemauan Allah. (godliness) 
Dalam konteks Alkitab, "godliness" atau "kesalehan" merujuk pada kesetiaan dan ketulusan dalam hidup yang menghormati dan memuliakan Allah. Istilah ini mencakup hubungan pribadi yang mendalam dengan Tuhan dan refleksi dari karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Perjanjian Baru, kesalehan ditekankan sebagai bagian integral dari hidup beriman yang sejati.

Salah satu penjelasan tentang kesalehan dapat ditemukan dalam 1 Timotius 4:7-8, di mana rasul Paulus menuliskan, "Tinggalkanlah dongeng-dongeng yang kosong dan tidak berharga itu. Latihan jasmani itu memang kurang bermanfaat, tetapi ibadah rohani adalah berguna sekali, karena ia berguna di dalam segala sesuatu, baik untuk hidup sekarang maupun untuk hidup yang akan datang." Ayat ini menekankan bahwa godliness bukan hanya tentang tindakan eksternal, tetapi lebih pada hubungan spiritual yang dalam dengan Tuhan.

Kesalehan juga melibatkan perubahan karakter dan pikiran yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam 2 Petrus 1:3, rasul Petrus menulis, "Karena kekuasaan ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan dan kesalehan, oleh pengenalan Dia yang telah memanggil kita dengan mempersembahkan kepada kita sendiri kemuliaan dan kebajikan-Nya." Artinya, kesalehan tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan manusia semata, tetapi melalui kuasa Tuhan dan pengaruh Roh Kudus.

Selain itu, kesalehan juga mencakup hidup yang terfokus pada kemuliaan Allah dan pelayanan kepada sesama. Dalam 1 Timotius 2:2, Paulus mendorong agar orang percaya hidup dengan kesalehan dan keheningan, serta saling mengasihi dan mendoakan sesama. Hal ini menunjukkan bahwa kesalehan tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain.

Dari sudut pandang Alkitab, kesalehan mencakup aspek spiritual, moral, dan pelayanan dalam menjalani hidup yang menghormati dan mengasihi Allah. Hal ini dibangun melalui persekutuan yang erat dengan Tuhan, pertumbuhan dalam karakter Kristus, dan kepedulian terhadap kebutuhan sesama. Kesalehan menandai transformasi hati dan pikiran seseorang sehingga mencerminkan gambaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

6. Belajarlah mengasihi saudara-saudari seiman. (brotherly affection) 
"Brotherly affection" atau "kasih persaudaraan" dalam konteks Alkitab merujuk pada hubungan kasih yang hangat dan penuh kasih sayang antara saudara-saudara seiman. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan kasih sayang dan keterikatan yang erat di antara orang percaya sebagai bagian dari tubuh Kristen.

Dalam Kitab Roma 12:10, rasul Paulus menulis, "Dengan saling mengasihi dalam kasih persaudaraan, hendaklah kamu saling menghormati satu sama lain." Ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan bukan hanya sekedar hubungan sosial, tetapi merupakan bagian penting dari kehidupan Kristen yang saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.

Dalam 1 Petrus 1:22, rasul Petrus juga menekankan pentingnya kasih persaudaraan, "Karena kamu telah menyucikan jiwamu dalam menaati kebenaran dan mengalami kasih kekeluargaan, janganlah sampai kamu melupakan keikhlasan." Kasih kekeluargaan di sini menunjukkan hubungan yang erat dan kasih sayang di antara anggota keluarga Allah.

Kasih persaudaraan juga menekankan pentingnya hubungan yang sehat dan terjalin erat di dalam komunitas gereja. Dalam Kisah Para Rasul 2:42, dijelaskan bahwa orang percaya bertekun dalam ajaran rasul, dalam persekutuan, dalam memecahkan roti, dan dalam doa. Hal ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari umat percaya.

Dari sudut pandang Alkitab, kasih persaudaraan melibatkan pengorbanan diri, kasih sayang, dan hubungan yang erat di antara anggota tubuh Kristus. Hal ini menekankan pentingnya kasih dalam hubungan sesama percaya, baik dalam gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kasih persaudaraan memperlihatkan ciri khas umat percaya yang mengasihi satu sama lain seperti keluarga sejati, yang didorong oleh kasih Kristus.

Dalam kesimpulan, kasih persaudaraan menurut Alkitab memainkan peran vital dalam kehidupan umat percaya, menekankan kasih sayang, pengorbanan diri, dan keterikatan yang erat di antara saudara-saudara seiman.

7. Nyatakanlah kasih kepada semua orang dengan perbuatan. (unselfish love)
"Unselfish love" atau "kasih tanpa pamrih" dapat kita temukan dalam Alkitab sebagai konsep yang sangat penting dalam ajaran Kitab Suci. Dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, konsep ini disebut sebagai "agape," yang merupakan kasih yang tidak egois, penuh pengorbanan, dan penuh belas kasihan.

Dalam Kitab 1 Korintus 13:4-7, rasul Paulus memberikan penjelasan yang sangat jelas tentang sifat dari kasih agape:
 
"Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungannya sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena kejahatan, tetapi kasih bersukacita karena kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, kasih percaya kepada segala sesuatu, kasih mengharapkan segala sesuatu, kasih sabar menanggung segala sesuatu."

Dari sudut pandang Alkitab, kasih tanpa pamrih ini adalah kasih yang murni, tanpa mengharapkan imbalan, dan tanpa memandang status atau kondisi. Kasih ini dipandang sebagai karakter dari Allah sendiri, yang dinyatakan dalam kasih-Nya yang sempurna dan penebusan-Nya melalui Yesus Kristus.

Kasih tanpa pamrih ini juga ditekankan sebagai prinsip utama dalam hubungan sesama manusia. Yesus sendiri menegaskan pentingnya kasih tanpa pamrih dalam Matius 22:39, "Dan yang kedua (hukum yang terbesar), serupa dengan itu, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Dalam 1 Yohanes 4:7-8, penulis menulis, "Hendaklah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa kasih yang tanpa pamrih adalah ciri khas dari anak-anak Allah, karena kasih berasal dari Allah sendiri.

Dengan demikian, kasih tanpa pamrih dalam perspektif Alkitab adalah kasih yang penuh kesabaran, pengorbanan, belas kasihan, dan kerelaan untuk mengasihi tanpa memandang keuntungan diri sendiri. Ini adalah kasih yang bersumber dari Allah dan menjadi ciri khas dari orang percaya yang mengenal dan mengikuti Kristus.

Dalam kesimpulannya, kasih tanpa pamrih atau kasih yang tidak egois merupakan konsep utama dalam Alkitab yang menekankan pengorbanan, kesabaran, belas kasihan, dan ketulusan. Konsep ini memainkan peran sentral dalam ajaran Perjanjian Baru dan merupakan ciri khas dari hubungan antara manusia dan dengan Allah.

Daftar Pustaka :
  • Alkitab

Wednesday, October 12, 2022

Doa "Segala Hal Berjalan Dengan Baik"

Professor Makoto Shichida
Saya meminta kepada Tuhan kekuatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-hal besar, Tapi saya dianugerahkan kerapuhan agar saya dapat belajar rendah hati.

Saya meminta kesehatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-hal yang luar biasa, Saya diberikan kelemahan agar saya dapat belajar untuk melakukan hal-hal yang lebih baik.

Saya meminta kekayaan yang memungkinkan saya untuk hidup bahagia, Saya diberikan kemiskinan agar saya dapat belajar menjadi bijaksana.

Saya meminta kesuksesan yang memungkinkan saya mendapatkan pujian-pujian dari manusia, Saya diberikan kegagalan agar saya belajar untuk mengandalkan Tuhan

Saya meminta semua hal yang memungkinkan saya untuk menikmati hidup, Saya diberikan kehidupan agar saya dapat menikmatin segala sesuatu.

Saya tidak mendapatkan apapun yang saya minta, tetapi semua yang saya harapkan didengarkan.

Terlepas dari apapun yang dikehendaki Tuhan, Hampir semua doa saya yang tak terucapkan telah dijawab.

Saya adalah salah satu orang yang paling diberkati.


Daftar Pustaka :
  • Makoto Shichida (2014), Whole Brain Power Judul Asli: Zen no Ryoku. Jakarta: PT. Gramedia.

Thursday, April 07, 2022

Tanah 12 Suku Israel

Lokasi Tanah (Kitab Yosua 14 -19) :


Kota-Kota Perlindungan (Yosua 20) :
  • Kedesy (Kedesh) di Galilea - pegunungan Naftali;
  • Sikhem (Shechem) di pegunungan Efraim;
  • Kiryat-Arba (Kiriath-Arba) itulah Hebron di pegunungan Yehuda;
  • Bezer di dataran tinggi dari suku Ruben;
  • Ramot (Ramoth) di Giliead dari suku Gad;
  • Golan di Basan dari suku Manasye.

Nama 12 Suku Israel (Kejadian 35:23-26) :



Daftar Pustaka :

Saturday, February 05, 2022

Sejarah Pekabaran Injil di Indonesia


Tahun 1511: Portugis merebut Malaka, dan menjadikannya pusat kegiatan mereka di Nusantara. Tahun 1522 Portugis mendirikan benteng di Ternate, dan dijadikan pusat kegiatan mereka di Maluku; Fransiskus Xaverius (1506-1552) bekerja di Maluku tahun 1546-1547; tahun 1561 Nusa Tenggara Timur menjadi daerah misi Ordo Penyiar Injil (Ordo Praedicatorum), atau lebih dikenal sebagai Ordo Dominikan. Tahun 1605 Benteng Portugis "Nossa Senhora da Annuciada" di Ambon diserahkan kepada VOC (Dutch: Vereenigde Oost Indische Compagnie), dan warga Katolik dijadikan Protestan. Disini berlaku hukum “Siapa menguasai negara, dia menentukan agama”. Tahun 1666 VOC membangun benteng "Amsterdam" di Menado, warga Katolik menjadi Protestan; tahun 1675 Ds. Jacobus Montanus seorang pendeta ditempatkan di Menado. Tahun 1677 Belanda merebut pulau-pulau Sangir dan Siau, warga Kristen dijadikan Protestan. Tahun 1799 VOC dibubarkan; tahun 1807 kebebasan beragama mulai berlaku di Hindia Belanda.


Pekabaran Injil adalah jawaban Gereja dan orang percaya terhadap panggilan Tuhan, untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada semua bangsa, demi Kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Para Pekabar Injil mendapat kuasa, dan Pekabaran Injil berlangsung sepanjang masa dan di segala tempat. Tahun 1820 NZG (Dutch: Nederlandsch Zendeling Genootschap) mengutus rombongan zendeling berjumlah 5 orang. Tahun 1823 Joseph Kam (1769-1833) mengunjungi Maluku Selatan. Tahun 1831 Zending menetap di Minahasa, dan tahun 1836 Zending menetap di Kalimantan. Tahun 1843 tiga puluh lima orang Jawa dibaptis di GPI (Gereja Protestan di Indonesia) Surabaya. Tahun 1845: Gedung GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) Mojowarno didirikan. Tahun 1861 babtisan pertama di Tapanuli Selatan. Tahun 1862 Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918) tiba di Sumatera. Tahun 1865
RMG (Germany: Rheinische Missionsgesellschaft) mulai bekerja di Nias. Tahun 1866 UZV (Germany: Utrechtse Zendingsvereniging) mulai bekerja di Bali dan Halmahera. Tahun 1878 Seminari Depok "Seminarie van Inlandsche Zendelingen" dibuka. Tahun 1890 NZG mulai bekerja di Tanah Karo. Tahun 1901 RMG mulai bekerja di Mentawai. Tahun 1927 H.Ch.B.(Hoeria Christen Batak), yang kemudian berubah menjadi HKI (Huria Kristen Indonesia) berdiri. Tahun 1928 Sumpah Pemuda. Tahun 1931 GKJ (Gereja Kristen Jawa) dan GKJW mandiri. Oktober 1933 KGPM (Kerapatan Gereja Protestan Minahasa) berdiri. Tahun 1934 GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), GKP (Gereja Kristen Pasundan), dan GKI (Gereja Kristen Indonesia) Jawa Timur mandiri. Tahun 1935 GPM (Gereja Protestan Maluku) dan GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) mandiri. Juli 1940 HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) mengadakan “Sinode Kemerdekaan” dan memilih Pendeta K.Sirait menjadi Ephorus yang pertama dari suku Batak. 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tahun 1947, GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), GKS(Gereja Kristen Sumba), GMIST (Gereja Masehi Injili di Sangihe Talaud), GT (Gereja Toraja), dan GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) mandiri, dan tahun 1948 pembentukan GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). Pada 1860 Kristen Protestan di Indonesia antara 100.000- 120.000 orang, kurang dari 1 % penduduk Indonesia. Masyarakat Kristen Protestan pribumi di Indonesia telah hadir di Maluku, Minahasa, Sangir Talaud, dan Nusa Tenggara Timur. Belum ada masyarakat Kristen pribumi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Jumlah warga Kristen pribumi di masing-masing wilayah tersebut hanya ratusan orang. Tahun 1938 Kristen Protestan di Indonesia: 1.665.771 orang, sekitar 2,5 % penduduk Indonesia, terdiri dari: GPI: 700.000 orang; HKBP: 415.000; Nias: 125.000; Sangir Talaud: 120.000. Pulau Jawa: 98.000, termasuk GPI: 27.000. Kristen telah menyebar ke seluruh Nusantara. Lebih dari setengah warga Kristen Indonesia tinggal atau berasal dari daerah yang telah menjadi Kristen di masa VOC, dan sepertiga warga Kristen Indonesia adalah anggota gereja-gereja yang lahir dari RMG. Tahun 2010 Penduduk Indonesia: 237,5 juta; penduduk Pulau Jawa: 58% dari penduduk Indonesia; Kristen Protestan diperkirakan sekitar 10 % . Kristen Protestan di Indonesia tahun 1860 kurang dari 1 %, 1938 sekitar 2,5 %, dan 2010 sekitar 10 %. Kristen Protestan di Jawa juga berkembang dengan cepat; Kristen Protestan di Jawa pada 1900 kurang dari satu perseribu dan 1938 dua perseribu. Albert Christian Kruyt (1869-1949) ada di Mojowarno tahun 1882-1916, menyatakan: "Apabila waktu yang ditetapkan Tuhan telah tiba, maka orang banyak bahkan para pembesar pun akan datang kepada Tuhan, lalu pulau Jawa akan memasuki masa serba indah dan serba gemilang".


Di Tanah Jawa muncul beberapa orang Penginjil Jawa, antara lain Kiai Ibrahim Tunggul Wulung (1800-1885), Kiai Sadrach (1835-1924) dan Paulus Tosari (1813-1882), yang menjalankan pekabaran Injil dengan menggunakan budaya Jawa; dan walaupun pengetahuan mereka tentang Kristen masih sedikit, tetapi mereka berhasil menghimpun banyak pengikut, bahkan lebih banyak dari hasil kerja Penginjil dari Eropa. Tunggul Wulung berasal dari daerah Juwono dekat gunung Muria. Pada masa itu penduduk Jawa Tengah mengalami kesulitan ekonomi, dan Tunggul Wulung berkenalan dengan agama Kristen. Pada tahun 1853 Tunggul Wulung muncul di Mojowarno, dan 2 tahun kemudian ia dibaptis oleh Jelle Eeltjes Jellesma (1816 - 1858). Setelah itu ia mengadakan perjalanan pekabaran Injil ke Pasuruan, Malang, Rembang, kawasan gunung Muria, dan kemudian juga Jawa Barat. Di beberapa tempat ia menjadi perintis jemaat-jemaat Kristen baru. Pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda dan juga para zendeling menilai negatif pekerjaan Tunggul Wulung. Kekristenan Tunggul Wulung dianggap sinkretis dan berisi unsur-unsur Jawa; misalnya, mengobati orang sakit seperti cara dukun, dengan menggunakan Doa Bapa Kami seperti mantera. Pemerintah Hindia Belanda takut penyiaran agama Kristen oleh Tunggul Wulung akan menimbulkan gangguan keamanan; dan para pengikut Tunggul Wulung juga mengharapkan pembebasan dari kerja rodi. Tunggul Wulung memperlihatkan harga diri yang cukup besar, ia tidak mau berjongkok bila berhadapan dengan orang Eropa, apalagi kalau orang tersebut seorang utusan zending. Walaupun menghadapi berbagai hambatan, Tunggul Wulung terus berkeliling menjalankan pekabaran Injil, selama 20 tahun. Dan pada waktu ia meninggal dunia, pengikutnya dalam arti sempit saja ditaksir lebih dari seribu orang.

Gereja hadir di Indonesia bukan suatu kebetulan, tetapi sesuai dengan rencana Tuhan untuk kelimpahan berkat bagi Indonesia. Keberadaan Gereja di Indonesia sebagai alat Tuhan untuk menyatakan kasih-setia-Nya, yang menjamin kehidupan dan keselamatan manusia. Gereja dan orang percaya berjuang sebagai “Garam dan Terang dunia” di dalam masyarakat dan negara; melawan korupsi dengan kejujuran; menggantikan ketamakan dengan kecukupan; melawan hedonisme dan kemalasan dengan kerja keras dan kreatifitas; mengubah ketimpangan ekonomi menjadi pemerataan dan keadilan sosial; serta menghadapi kebencian dan permusuhan dengan kasih. Gereja dan orang percaya harus masuk ke masyarakat dan negara untuk mencegah pembusukan dan membawa pencerahan dalam semua bidang kehidupan; garam tidak berfungsi kalau diam saja di tempatnya. Kekacauan nilai dalam masyarakat, terutama tentang apa yang baik dan apa yang buruk, membuat bangsa ini berjalan dalam kegelapan; dan sebagai “Terang Dunia”, Gereja dan orang percaya harus masuk ke kegelapan tersebut dan meneranginya, walaupun sering ditolak. Gereja dan orang percaya, sebagai saksi Yesus Kristus menjadi nurani bangsa dan dunia; dan berjuang bersama berbagai kelompok masyarakat lain untuk kebaikan bersama. Di dalam dunia yang gelap ini, gereja mendidik dan mengarahkan nurani banyak orang untuk mengenal dan merindukan Tuhan. Gereja tidak berhak memaksakan kehendaknya, tetapi Gereja mendapat “kuasa” untuk mendidik masyarakat menjadi lebih cerdas dan berhikmat.

Masyarakat Kristen adalah warga negara Indonesia; yang lahir, hidup dan mati di Indonesia; yang nasibnya banyak ditentukan oleh kondisi masyarakat dan negara Indonesia; dan oleh karena itu harus ikutserta berjuang di semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta agama dan kepercayaan. Masyarakat Kristen, walaupun sering teraniaya harus tetap hidup dan berjuang sebagai bagian integral bangsa Indonesia. Berjuang di semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta agama dan kepercayaan.. Tuhan menempatkan Gereja di Indonesia dengan sengaja, untuk kemuliaan Tuhan dan damai sejahtera Indonesia.

"Bekerjalah untuk kesejahteraan kota-kota tempat kamu Kubuang. Berdoalah kepada-Ku untuk kepentingan kota-kota itu, sebab kalau kota-kota itu makmur, kamu pun akan makmur". Yeremia 29:7 (BIS)

Daftar Pustaka :

Sunday, October 10, 2021

How to Talk to people


Berbicara dengan orang lain merupakan keterampilan komunikasi yang mendasar dan menjadi fondasi dalam membangun hubungan yang sehat, baik secara pribadi maupun profesional. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, sopan, dan efektif bukan hanya membantu kita menyampaikan pikiran, tetapi juga membuat orang lain merasa dihargai dan dimengerti. Dalam kehidupan sehari-hari—baik di keluarga, tempat kerja, maupun lingkungan sosial—keahlian berkomunikasi yang baik membuka peluang, menghindarkan kesalahpahaman, serta memperkuat kepercayaan dan kerja sama. 

1. Talk through your heart (Bicaralah dengan hati anda)
"Talk through your heart" adalah ungkapan yang dapat diartikan sebagai berbicara atau berkomunikasi dengan kejujuran, empati, dan kepekaan. Saat seseorang "talks through their heart," mereka berbicara secara autentik, dengan menyampaikan perasaan, pikiran, dan niat mereka dengan jujur dan tulus. Hal ini menggambarkan ketulusan dalam ungkapan verbal dan non-verbal, serta kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan kepedulian dan empati kepada orang lain.

Dengan "talking through your heart," seseorang menjadikan kejujuran, kasih sayang, dan perhatian sebagai landasan komunikasi mereka. Mereka mengungkapkan diri secara tulus dan dengan perasaan, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih mendalam dan bermakna. Dalam konteks hubungan antarpribadi, kemampuan untuk "talk through your heart" dapat memperkuat keterhubungan dan membangun rasa saling pengertian yang lebih dalam.

Secara keseluruhan, "talking through your heart" menggambarkan kemampuan untuk berkomunikasi secara tulus, autentik, dan penuh kepedulian, yang dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan harmonis dengan orang lain.

2. Talk with a story about people (Bicaralah dengan cerita tentang orang lain)
"Talk with a story about people" dapat diartikan sebagai berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan menggambarkan situasi atau pengalaman melalui cerita tentang orang-orang. Dalam konteks ini, pendekatan komunikasi didasarkan pada penceritaan yang melibatkan karakter, konflik, dan resolusi yang mungkin dialami oleh individu atau kelompok.

Menggunakan cerita tentang orang-orang dalam komunikasi memiliki kekuatan untuk membawa pesan atau nilai-nilai yang ingin disampaikan menjadi lebih nyata dan mudah dipahami. Dengan menggunakan narasi yang melibatkan karakter dan situasi kehidupan nyata, pesan yang ingin disampaikan dapat terkait dengan pengalaman dan emosi, sehingga menggugah perhatian dan menciptakan rasa empati pada pendengar.

Metode ini sering digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral, nilai-nilai, atau konsep-konsep abstrak dengan cara yang lebih konkrit dan relevan bagi audiens. Dengan mendengarkan cerita tentang orang-orang, orang lain dapat lebih mudah merangkul dan memahami pesan yang ingin disampaikan.

Dalam konteks komunikasi pribadi atau profesional, "talking with a story about people" dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan ide, membangun kesadaran, atau menginspirasi perubahan dengan cara yang mendalam dan mempengaruhi.

3. Talk with passion (Bicaralah dengan penuh semangat)
"Talk with passion" merujuk pada cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan kegembiraan, kebersemangatan, dan intensitas yang kuat. Saat seseorang "talks with passion," mereka menunjukkan ketertarikan yang mendalam dan kesungguhan terhadap topik yang dibicarakan. Mereka mampu memancarkan energi positif dan kebersemangatan yang menular kepada pendengar.

Ketika seseorang berbicara dengan penuh gairah, komunikasi mereka menjadi lebih kuat dan menginspirasi. Mereka mampu menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, memengaruhi, dan meyakinkan karena daya tarik yang dimiliki oleh semangat dan antusiasme yang mereka tunjukkan. Sehingga, pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pendengar.

Berbicara dengan penuh gairah juga bisa membantu untuk menarik perhatian pendengar. Kegembiraan dan semangat yang ditunjukkan dalam berbicara dapat menghidupkan suasana dan membuat pesan yang disampaikan lebih mengena dan menginspirasi. Hal ini dapat berdampak positif pada suasana di sekitar, serta meningkatkan keterlibatan dan minat pendengar terhadap topik yang dibicarakan.

Secara keseluruhan, "talking with passion" mendorong seseorang untuk dapat menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, menginspirasi, dan berpengaruh, serta membantu untuk menjangkau dan mempengaruhi pendengar dengan lebih efektif.

4. Talk to give (Bicaralah dengan niatan memberi)
"Talk to give" dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi yang bertujuan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa pengetahuan, bantuan, dukungan, atau dorongan positif. Saat seseorang menggunakan pendekatan "talk to give," mereka berkomunikasi dengan niat untuk memberdayakan, memotivasi, atau membantu orang lain.

Dalam konteks komunikasi yang berfokus pada memberikan, pendekatan ini dapat meliputi menyampaikan pengetahuan yang berguna, memberikan inspirasi, memberikan dorongan moral, atau memberikan bantuan praktis kepada orang lain. Tujuan dari komunikasi semacam ini adalah untuk memberikan manfaat positif kepada pendengar dan menciptakan dampak yang baik dalam interaksi tersebut.

Misalnya, seorang pemimpin tim yang "talks to give" mungkin memberikan arahan yang jelas, motivasi, dan dukungan kepada timnya. Mereka berkomunikasi dengan tujuan untuk memberdayakan anggota tim dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan positif.

Menggunakan pendekatan "talk to give" dalam komunikasi juga dapat mencerminkan sikap kedermawanan, keprihatinan, dan empati terhadap orang lain. Ini mencerminkan keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain melalui komunikasi yang baik dan memberi dorongan atau dukungan yang diperlukan.

Dengan demikian, "talk to give" adalah tentang menggunakan komunikasi sebagai alat untuk memberikan manfaat, dukungan, dan inspirasi kepada orang lain, menciptakan iklim yang positif, dan membangun hubungan yang kuat dan bermakna.

5. Talk to listen (Bicaralah dengan mendengarkan)
"Talk to listen" merupakan konsep komunikasi di mana seseorang menggunakan kegiatan berbicara untuk mendengarkan dengan saksama dan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicaranya. Dalam konteks ini, berbicara bukan hanya tentang menyampaikan pendapat, tetapi juga tentang memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengungkapkan pandangannya.

Pendekatan "talk to listen" mengandung arti bahwa saat seseorang berbicara, mereka melakukannya dengan tujuan untuk mendengarkan respon dan tanggapan dari lawan bicara mereka. Fokusnya adalah untuk menciptakan dialog yang saling menguntungkan, di mana setiap pihak dapat berpartisipasi secara aktif dan merasa didengar.

Dengan melakukan "talk to listen," seseorang dapat mengembangkan kemampuan mendengarkan yang lebih baik, memahami perspektif orang lain, dan merespons dengan cara yang menghargai. Hal ini menciptakan suasana komunikasi yang inklusif, di mana setiap pendapat dihargai dan dipertimbangkan.

Dari segi komunikasi antarpribadi, pendekatan ini memperkuat hubungan dengan orang lain karena menunjukkan rasa hormat, perhatian, dan keinginan untuk memahami pandangan orang lain. Dengan mengadopsi sikap ini, seseorang juga dapat membangun kepercayaan dan keistimewaan bersama dengan rekan bicara mereka.

Secara keseluruhan, "talk to listen" adalah tentang menggunakan kegiatan berbicara sebagai alat untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menghargai pandangan orang lain, dan membentuk keterlibatan yang saling menguntungkan dalam komunikasi.

"Kehidupan Kristen yang Normal" oleh Watchman Nee

1. Dasar Kehidupan Kristen: Bukan Usaha Manusia, tetapi Karya Kristus Watchman Nee menegaskan bahwa kehidupan Kristen yang sejati bukanlah ...