Kisah Musa yang tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian bukan sekadar catatan historis dalam Kitab Bilangan, melainkan pelajaran rohani yang mendalam tentang ketaatan, iman, dan tanggung jawab kepemimpinan. Dalam Bilangan 20:12, Tuhan menyatakan dengan tegas:
"Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: 'Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan orang Israel, itu sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.'"
Di balik hukuman ini tersembunyi pesan besar: bahwa kedekatan dengan Tuhan tidak membebaskan seseorang dari tuntutan ketaatan mutlak. Musa, pemimpin agung yang berbicara langsung dengan Allah, yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan menanggung beban umat selama puluhan tahun, ternyata juga bisa gagal ketika ia tidak menjaga sikap hati dan tindakannya sesuai perintah Tuhan.
Kisah ini mengajak kita merenung: bagaimana kita bersikap dalam tekanan? Apakah kita tetap menghormati Tuhan dalam tutur dan tindakan kita? Seberapa besar kita mengandalkan hikmat-Nya dibanding kekuatan atau pengalaman kita sendiri?
Lebih dari sekadar cerita tentang kegagalan Musa, ini adalah peringatan bagi setiap orang percaya bahwa semakin besar peran dan pengurapan seseorang, semakin besar pula tanggung jawab untuk memuliakan Tuhan di hadapan umat-Nya. Namun di sisi lain, kisah ini juga menyingkapkan kasih Tuhan yang tak pernah padam—karena sekalipun Musa tidak masuk ke Tanah Perjanjian secara fisik, ia tetap diterima di dalam rencana kekekalan Tuhan, bahkan tampil bersama Yesus di atas gunung transfigurasi :
1. Ketidakpercayaan dan Ketidaktaatan (Bilangan 20:8-12)
Tuhan memerintahkan Musa untuk berbicara kepada batu, tetapi Musa malah memukul batu dua kali dengan tongkatnya. Tindakan ini menunjukkan ketidakpercayaan dan ketidaktaatan Musa terhadap firman Tuhan. Secara teologis, ini adalah bentuk ketidaksabaran dan kurangnya iman dalam kepemimpinan rohani.
- Pada peristiwa pertama (Keluaran 17:6), Musa memang diperintahkan untuk memukul batu, tetapi pada peristiwa kedua (Bilangan 20), Tuhan hanya meminta Musa berbicara kepada batu.
- Dengan memukul batu dua kali, Musa menunjukkan bahwa dia mengandalkan tindakannya sendiri daripada taat pada perintah Tuhan.
2. Tidak Menghormati Kekudusan Tuhan di Hadapan Israel
Musa dan Harun tidak menghormati Tuhan sebagaimana seharusnya. Dalam teks Ibrani, kata yang digunakan untuk "menghormati kekudusan-Ku" adalah qadash, yang berarti menyatakan atau memperlihatkan kekudusan Tuhan di depan orang banyak.
- Musa dalam kemarahannya berkata, "Dengarlah sekarang, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" (Bilangan 20:10).
- Kata "kami" di sini seolah menunjukkan bahwa Musa dan Harun mengambil kredit atas mukjizat itu, padahal itu adalah pekerjaan Tuhan.
Ini menjadi masalah serius karena pemimpin rohani harus merepresentasikan Tuhan dengan benar di hadapan umat. Dalam kasus ini, Musa dan Harun gagal memperlihatkan kemuliaan Tuhan.
Apakah Ini Satu-satunya Dosa Musa?
Meskipun Bilangan 20 menyebutkan alasan utama hukuman Musa, kita juga bisa melihat beberapa kelemahan Musa sebelumnya:
-
Ketidaksabaran dan Kemarahan Berulang Kali
- Pernah membunuh orang Mesir karena kemarahan (Keluaran 2:11-12).
- Marah kepada umat Israel berkali-kali, termasuk dalam Bilangan 20.
-
Kurangnya Percaya Diri dalam Panggilan Tuhan
- Awalnya menolak panggilan Tuhan karena merasa tidak layak dan sulit berbicara (Keluaran 4:10-14).
Namun, dosa yang langsung menyebabkan larangan masuk ke Tanah Perjanjian adalah pelanggaran di Kadesh (Bilangan 20).
Mengapa Hukuman Musa Begitu Berat?
- Tanggung Jawab Besar: Musa adalah pemimpin besar Israel; kesalahannya memiliki dampak besar bagi bangsa itu.
- Teladan bagi Israel: Sebagai nabi dan pemimpin, Musa seharusnya menjadi contoh iman dan ketaatan yang sempurna.
- Melanggar Simbol Kristus: Dalam 1 Korintus 10:4, Paulus menjelaskan bahwa batu itu melambangkan Kristus. Yesus hanya perlu "dipukul" sekali (kematian di salib), dan setelah itu, air kehidupan diberikan melalui iman, bukan dengan "memukul" lagi. Dengan memukul batu kedua kalinya, Musa secara tidak sadar merusak simbol ini.
KESIMPULAN
Hukuman Musa bukan karena Tuhan tidak mengasihi dia, tetapi karena kedudukan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin rohani. Meskipun tidak masuk ke Tanah Perjanjian, Musa tetap disayangi Tuhan, bahkan diizinkan melihat negeri itu dari Gunung Nebo (Ulangan 34:1-4).
Lebih luar biasa lagi, Musa akhirnya muncul di Tanah Perjanjian dalam peristiwa transfigurasi Yesus di gunung (Matius 17:1-3), yang menunjukkan bahwa Tuhan tetap memperkenankannya di dalam rencana keselamatan.