Sunday, December 27, 2020

Perbandingan antara Kitab TaNak dengan Kitab Perjanjian Lama

TaNaK dan Perjanjian Lama: Pemahaman yang Mendalam tentang Kitab Suci

Kitab suci memiliki struktur dan penggolongan yang berakar dalam tradisi keagamaan. Dalam agama Yahudi, Kitab Suci dikenal sebagai TaNaK, sedangkan dalam kekristenan, kitab ini disebut sebagai Perjanjian Lama. Meskipun keduanya berbagi isi yang sama dalam banyak hal, ada perbedaan dalam susunan dan penekanannya.


TaNaK (Kitab Suci Yahudi)

TaNaK adalah akronim yang berasal dari tiga bagian utama kitab suci Yahudi: Torah (Taurat), Neviim (Nabi-Nabi), dan Ketuvim (Tulisan).

1. Torah (Taurat)

Bagian ini mencakup lima kitab pertama yang ditulis oleh Musa, dikenal juga sebagai Pentateukh dalam tradisi Kristen. Taurat adalah fondasi hukum dan identitas bangsa Israel.

  • Kejadian
  • Keluaran
  • Imamat
  • Bilangan
  • Ulangan

2. Neviim (Nabi-Nabi)

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Awal: Menceritakan sejarah Israel, peran para nabi, dan hubungan umat dengan Allah.
    • Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-Raja
  • Nabi Terakhir: Berisi nubuat-nubuat yang menegur, memperingatkan, dan menghibur umat Israel.
    • Yesaya, Yeremia, Yehezkiel
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

3. Ketuvim (Tulisan)

Bagian ini adalah kumpulan tulisan yang mencakup puisi, hikmat, dan sejarah.

  • Mazmur, Ayub, Amsal
  • Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan, Ester
  • Daniel, Ezra, Nehemia, Tawarikh

Perjanjian Lama (Kitab Suci Kristen)

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari Alkitab Kristen yang mencakup kitab-kitab yang sama dengan TaNaK, tetapi disusun dalam urutan yang berbeda.

1. Pentateuch (5 Kitab Musa)

Kitab-kitab ini identik dengan Taurat dalam tradisi Yahudi.

  • Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan

2. Sejarah

Mencatat perjalanan bangsa Israel dari penaklukan Kanaan hingga masa pembuangan.

  • Yosua, Hakim-Hakim, Rut
  • 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh
  • Ester, Ezra, Nehemia

3. Puisi dan Hikmat

Berisi refleksi iman dan pemahaman hikmat dalam kehidupan sehari-hari.

  • Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung

4. Nabi-Nabi

Dibagi menjadi dua kelompok:

  • Nabi Besar: Kitab-kitab yang lebih panjang.
    • Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel
  • Nabi Kecil: Kitab-kitab yang lebih pendek tetapi sarat makna.
    • Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

Persamaan dan Perbedaan

  1. Persamaan:

    • Isi kitab-kitab inti serupa, mencakup sejarah, hukum, nubuat, dan hikmat.
    • Kedua kitab ini menyoroti hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
  2. Perbedaan:

    • Susunan: TaNaK menekankan kronologi sejarah dan ketatanegaraan Israel, sedangkan Perjanjian Lama lebih tematis.
    • Penekanan: TaNaK berakhir dengan kitab Tawarikh (mengacu pada harapan pemulihan Israel), sementara Perjanjian Lama berakhir dengan kitab Maleakhi (mengarah pada kedatangan Mesias).

KESIMPULAN

Baik TaNaK maupun Perjanjian Lama adalah kitab suci yang penuh dengan hikmat, sejarah, dan janji Allah. Keduanya berbicara tentang kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya dan memberikan landasan bagi iman orang percaya. Pemahaman akan susunan dan tujuannya memperkaya penghargaan kita terhadap Alkitab.

Daftar Pustaka:

  • Alkitab
  • BibleProject™: Learn the Bible for Free Online

    Thursday, September 24, 2020

    Apakah dalam Kristus ada Penderitaan dan Penganiayaan?


    Penderitaan: Jantung dari Injil

    Penderitaan adalah jantung dari Injil; tanpa penyaliban, tidak ada kebangkitan. Yesus sendiri menanggung penderitaan yang luar biasa, menjadi contoh sempurna tentang bagaimana penderitaan dapat membawa kemenangan melalui kebangkitan-Nya. Namun, dalam kehidupan orang percaya, terdapat banyak kesalahpahaman tentang penderitaan dan penganiayaan, yang seringkali berakar dari pandangan dunia yang tidak sejalan dengan ajaran Alkitab.

    Beberapa kesalahan umum dalam memahami penderitaan adalah:

    1. Semua penderitaan adalah hukuman atas dosa.
    2. Orang yang menderita harus selalu tampak bahagia dan tidak boleh bersedih.
    3. Penderitaan hanya menimpa orang-orang Kristen yang paling kudus, menyebabkan kesombongan bagi yang menderita dan kekalahan rohani bagi yang tidak menderita.
    4. Penderitaan dianggap sebagai sesuatu yang megah, memuja mereka yang menderita.
    5. Penganiayaan harus ditakuti.
    6. Penderitaan dilihat sebagai tanda kekalahan.

    Namun, ajaran Alkitab tentang penderitaan sangat berbeda. Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti atau dipuja, melainkan bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman yang mengarah pada kemuliaan Allah. Berikut adalah sejumlah ajaran Alkitab tentang penderitaan dan penganiayaan:

    1. Umat Kristen Akan Menderita

    Seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 14:22, "…..bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara." Penderitaan adalah bagian dari hidup orang percaya, bukan sesuatu yang bisa dihindari.

    2. Tuhan Mengizinkan Penderitaan

    Dalam 1 Petrus 4:19, kita diajarkan bahwa "baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Penderitaan yang kita alami tidak selalu berasal dari kesalahan kita, tetapi bisa menjadi bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

    3. Penderitaan dalam Kehendak Allah Memiliki Makna dan Tujuan

    Penderitaan bukanlah hal yang sia-sia. Tuhan menggunakannya untuk berbagai tujuan yang baik:

    • Mengarahkannya: "Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati" (Amsal 20:30).
    • Mengujinya: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yakobus 1:2-3).
    • Memperbaikinya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (Mazmur 119:71).
    • Melindunginya: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20).
    • Menyempurnakannya: "Ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (Roma 5:3-4).

    4. Janganlah Mengalami Derita Karena Perbuatan Jahat

    Penderitaan yang kita alami harusnya bukan karena perbuatan jahat. Dalam 1 Petrus 4:15, kita diingatkan untuk tidak menderita karena kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, atau tindakan keji lainnya.

    5. Ada Berkat dalam Penderitaan untuk Kebenaran

    "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:10). Penderitaan yang kita alami karena mengikuti Kristus membawa berkat dan kemuliaan dari Tuhan.

    6. Penderitaan Menunjuk pada Kemuliaan Sorga

    "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18). Penderitaan yang kita alami hanyalah sementara, dan membawa kita lebih dekat pada kemuliaan yang kekal.

    7. Para Penderita Berbagi Penderitaan Yesus

    "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10). Penderitaan yang kita alami menghubungkan kita dengan penderitaan Kristus, memperdalam pemahaman kita akan kasih-Nya.

    8. Ada Kemenangan dalam Penderitaan

    "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Roma 8:28). Penderitaan bukanlah akhir, tetapi jalan menuju kemenangan bersama Kristus.

    Persiapan Menghadapi Penderitaan dan Penganiayaan

    Dalam menghadapi penderitaan, kita perlu:

    • Mengenal firman Allah: Firman Tuhan menjadi sumber penghiburan dan kekuatan dalam penderitaan.
    • Hidup bergaul dengan Tuhan: Hubungan yang intim dengan Tuhan memberi ketenangan dalam segala keadaan.
    • Tunduk kepada Roh Kudus: Roh Kudus membimbing dan menguatkan kita untuk bertahan dalam penderitaan.
    • Berdoa bersama sesama percaya: Dukungan doa dari saudara seiman memperkuat kita dalam menghadapi tekanan.

    Penderitaan bukanlah akhir dari kisah hidup kita, melainkan alat yang digunakan oleh Tuhan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman kita. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang meskipun menderita, tetap menjalani kehendak Bapa-Nya demi keselamatan dunia.

    Daftar Pustaka:

    • Alkitab
    • Estrabrooks, Paul (2003). Standing Strong Through The Storm: A Manual for Christians Facing Pressure and Persecution. Publisher: Open Doors Resources

    Saturday, June 27, 2020

    Injil Matius dalam Bahasa Melayu


    Albert Cornelius Ruyl dan Tonggak Sejarah Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Melayu

    Albert Cornelius Ruyl, seorang pedagang junior Perusahaan Hindia Belanda (VOC), memulai perjalanannya ke Nusantara pada tahun 1600, enam tahun setelah kapal Belanda pertama tiba di kepulauan ini. Di tengah aktivitasnya sebagai pedagang, Ruyl belajar bahasa Melayu di Sumatera dan menulis buku tata bahasa Melayu berjudul A Mirror of the Malay Language (Spigel van de Maleise Tale) pada tahun 1611. Karyanya ini menjadi salah satu upaya awal untuk memahami dan mendokumentasikan bahasa Melayu sebagai lingua franca kawasan tersebut.

    Selain mendalami bahasa, Ruyl juga terlibat dalam misi teologis. Pada tahun 1612, ia menyelesaikan terjemahan dwibahasa Injil Matius dalam bahasa Belanda dan Melayu. Karya ini dirampungkan hanya setahun setelah King James Version diterbitkan dalam bahasa Inggris. Namun, terjemahan Ruyl baru diterbitkan pada tahun 1629 di Enkhuizen, salah satu pelabuhan utama VOC di Belanda. Cetakan ini bersifat dwibahasa, dengan teks Melayu dan Belanda dicetak berdampingan, memungkinkan pembacaan paralel.


    Konteks Teologis dan Politis Terjemahan Ruyl

    Terjemahan Ruyl tidak terlepas dari konteks hubungan kompleks antara VOC, Pemerintah Negara Bagian Belanda, dan Gereja Reformed Belanda. Pada abad ke-17, cita-cita teokratis Calvinistik menjadi panduan utama bagi negara dan gereja. Dalam Pengakuan Iman Belgica Pasal 26, negara dipandang sebagai pelindung pelayanan gereja dan penegak kebijakan untuk menghancurkan penyembahan berhala serta agama-agama non-Kristen.

    VOC, dalam kontraknya dengan Pemerintah Belanda, bertanggung jawab menjaga kepercayaan publik, termasuk iman keluarga multietnis yang terbentuk melalui pernikahan antara pegawai VOC dan wanita lokal. Gereja Reformed Belanda mengakui perkawinan ini, sehingga anak-anak mereka membutuhkan pengajaran iman menggunakan bahasa yang mereka pahami, yaitu Melayu dan Portugis. Oleh karena itu, tujuan utama (skopos) terjemahan Ruyl adalah mendukung pelayanan gereja dan pendidikan di sekolah-sekolah yang disponsori VOC, khususnya bagi komunitas multi-etnis Reformed di Hindia Timur.


    Makna Sejarah dan Pengaruh Global

    Terjemahan Injil Matius karya Ruyl menjadi tonggak penting dalam sejarah penerjemahan Alkitab. Ini adalah pertama kalinya bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa non-Eropa untuk tujuan penginjilan. The British and Foreign Bible Society serta United Bible Societies mengakui momen ini sebagai peristiwa bersejarah, mencatat:

    "Injil Matius dalam bahasa Melayu yang dicetak pada tahun 1629 merupakan peristiwa yang penting, sebab inilah terjemahan dan terbitan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa non-Eropa untuk kepentingan penginjilan."


    Isi dan Keberlanjutan Karya Ruyl

    Selain teks Injil Matius, cetakan ini memuat beberapa tambahan penting, seperti Sepuluh Perintah Allah, Nyanyian Zakharia, Nyanyian Maria, Nyanyian Simeon, Pengakuan Iman Rasuli, beberapa petikan Mazmur, Doa Bapa Kami, dan doa-doa lainnya. Saat ini, cetakan langka Injil Matius karya Ruyl disimpan di Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman, dan di British Museum, London, Inggris.


    KESIMPULAN

    Karya Ruyl tidak hanya mencerminkan semangat penginjilan VOC tetapi juga mengukuhkan bahasa Melayu sebagai media penting dalam penyebaran Injil di Nusantara. Terjemahan ini menegaskan peran bahasa lokal dalam mendekatkan pesan Allah kepada setiap bangsa, seperti yang diperintahkan dalam Amanat Agung. Ruyl, melalui dedikasi dan visi lintas budaya, telah membuka jalan bagi penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa dunia.

    Daftar Pustaka:

    Friday, May 22, 2020

    Hidup Sehat Dan Pola Makan Sehat Ala dr. Tan Shot Yen

    Dr. Tan Shot Yen: Dokter yang Mendidik Pasien untuk Mandiri

    Mengubah Paradigma Kesehatan
    Dr. Tan Shot Yen, seorang dokter yang mempraktikkan prinsip kesehatan holistik, menolak pendekatan medis yang hanya berfokus pada obat-obatan. Menurutnya, pasien perlu memiliki otonomi atas tubuh mereka sendiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada dokter atau obat. Filosofi ini tercermin dalam praktik kesehariannya di kliniknya di Bumi Serpong Damai, di mana ia tak sekadar mengobati, tetapi juga mendidik pasien untuk menjalani gaya hidup sehat.

    Dalam interaksinya dengan pasien, dr. Tan dikenal dengan gaya bicara yang tegas dan penuh semangat. Apa yang tampak seperti kemarahan sebenarnya adalah upayanya menyampaikan pesan penting: kesehatan sejati dimulai dari perubahan gaya hidup, bukan dari pil atau prosedur instan. Ia menekankan bahwa pertanyaan paling penting bukanlah "bagaimana cara sembuh," tetapi "mengapa sakit terjadi."

    Prinsip Hidup Sehat: Mengedukasi, Bukan Meresepkan
    Salah satu keunikan dr. Tan adalah ketidakmudahannya memberi resep obat. Mayoritas pasien yang meninggalkan ruang prakteknya tidak membawa resep, kecuali suplemen seperti vitamin atau omega-3 jika memang diperlukan. Baginya, ketergantungan pada obat tidak menyelesaikan masalah mendasar. "Apa gunanya obat kalau akar masalahnya, yaitu gaya hidup, tetap dibiarkan?" katanya tegas.

    Sebagai gantinya, dr. Tan mengedukasi pasien tentang pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik, dan keseimbangan emosional. Ia percaya banyak penyakit kronis seperti diabetes, stroke, dan kanker adalah hasil dari gaya hidup yang buruk. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup adalah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum beralih ke pengobatan medis.

    Pola Makan Sehat yang Direkomendasikan
    Dr. Tan mendorong pola makan yang drastis namun efektif, yakni menghindari konsumsi gula, nasi, terigu, dan pati seperti kentang atau singkong. Menurutnya, jenis makanan ini diubah tubuh menjadi gula dalam waktu singkat, yang dapat memicu lonjakan insulin dan hormon berbahaya lainnya, serta menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari pembuluh darah yang menyempit hingga perkembangan kanker.

    Sebagai gantinya, ia merekomendasikan konsumsi sayuran segar dan buah rendah gula seperti apel, alpukat, dan pir. Sayuran sebaiknya dimakan mentah untuk menjaga enzim dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, ia juga menyarankan metode memasak yang sehat, seperti mengukus atau memanggang makanan tanpa minyak berlebih.

    Filosofi di Balik Penyakit
    Sebagai lulusan filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dr. Tan memandang penyakit bukan sekadar disfungsi tubuh, tetapi juga sebagai momen introspeksi. "Sakit adalah kesempatan untuk berhenti dan melihat apa yang salah dalam hidup kita," ujarnya. Ia mengkritik dunia kedokteran modern yang terlalu mekanistis dalam memandang tubuh manusia, mengabaikan keterkaitan antara fisik, emosi, dan spiritualitas.

    Ia juga menyayangkan obsesi masyarakat terhadap obat-obatan, yang menurutnya sering kali hanya menutupi gejala tanpa menyelesaikan akar masalah. "Kita hidup di zaman di mana obat menjadi kebutuhan utama, bahkan melebihi makanan. Ini adalah tanda dari masyarakat yang melarikan diri dari tanggung jawab atas kesehatannya sendiri."

    Motivasi dan Perjuangan
    Dr. Tan lahir di Beijing pada 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara dan meraih gelar dokter dari FKUI pada tahun 1991. Inspirasi untuk mendalami kesehatan holistik datang dari ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, yang mendorongnya untuk melihat kebutuhan manusia secara menyeluruh.

    Meski pendekatannya sering dianggap idealis dan bahkan mustahil oleh beberapa kolega, dr. Tan tetap teguh. "Saya mendapatkan energi dari melihat pasien yang berhasil mengambil kendali atas tubuhnya sendiri, tanpa tergantung pada obat-obatan atau dibohongi oleh dokter," katanya.

    Pelajaran Hidup dari Dr. Tan
    Sebagai penutup, dr. Tan mengingatkan bahwa kesehatan sejati tidak hanya berasal dari makanan dan olahraga, tetapi juga dari keseimbangan pikiran, jiwa, dan iman. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga tubuh mereka sendiri, bukan menyerahkan semuanya kepada dokter atau obat.

    Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, dr. Tan menjadi simbol perjuangan untuk mengembalikan otonomi pasien dan mendorong masyarakat menjalani kehidupan yang lebih sehat, baik secara fisik maupun spiritual.

    Saturday, May 02, 2020

    Makna Baptisan: Lebih dari Sekadar Ritual


    Baptisan bukan sekadar membasuh kotoran dari tubuh kita. Baptisan adalah tindakan iman yang menghadirkan kita di hadapan Allah dengan hati nurani yang bersih, melalui kebangkitan Yesus Kristus. Dalam baptisan, kita tidak hanya mengambil bagian dalam kematian Kristus tetapi juga kebangkitan-Nya. Dengan kuasa kebangkitan itu, kita diubah menjadi ciptaan baru yang hidup dalam anugerah dan kebenaran.

    Lebih dari itu, Yesus Kristus, yang berdiri di sebelah kanan Allah, memiliki kata terakhir atas segala sesuatu. Dari malaikat hingga semua kekuatan yang ada di dunia ini tunduk pada-Nya, dan apa yang Dia firmankan pasti terjadi. Melalui baptisan, kita masuk ke dalam kehidupan yang dipimpin oleh otoritas-Nya yang penuh kasih dan kuasa.

    Makna Baptisan dalam Kehidupan Orang Percaya

    1. Manusia Lama Telah Mati dan Dikuburkan Bersama Kristus
    Baptisan adalah simbol nyata dari kematian manusia lama kita. Saat kita masuk ke dalam air, kita dikuburkan bersama Yesus Kristus. Ini adalah tanda bahwa dosa-dosa kita dan kehidupan lama yang terpisah dari Allah telah berakhir. Firman Tuhan berkata:
    • "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:4).

    Baptisan adalah pengakuan iman bahwa kita percaya pada kuasa Allah yang membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. 
    • "Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."  (Kolose 2:12)

    2. Dibangkitkan Menjadi Ciptaan Baru
    Baptisan tidak hanya tentang kematian manusia lama, tetapi juga kebangkitan menjadi ciptaan baru. Ketika kita keluar dari air, kita memasuki hidup baru di bawah kasih karunia Allah. Hidup baru ini adalah hidup yang dipenuhi harapan, kasih, dan hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan.
    • "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17).

    3. Memulai Hidup Baru dalam Anugerah
    Hidup baru yang dimulai dalam baptisan adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh keinginan daging. Kita belajar untuk meninggalkan dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus dalam kitab Roma menegaskan bahwa kita telah mati bagi dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
    • "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:11)

    4. Menerima Sifat-Sifat Kristus
    Baptisan juga melambangkan bahwa kita telah mengenakan Kristus dalam hidup kita. Kita mulai menunjukkan sifat-sifat Kristus seperti kasih, kerendahan hati, kesabaran, dan kebenaran. 
    • "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus." (Galatia 3:27).
    Artinya, baptisan adalah langkah iman yang menunjukkan bahwa kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk diubah menjadi serupa dengan Kristus.

    5. Menjadi Satu dalam Tubuh Kristus
    Baptisan tidak hanya bersifat pribadi tetapi juga komunitas. Melalui baptisan, kita menjadi bagian dari tubuh Kristus yang universal, bersatu dengan sesama orang percaya dalam satu Roh. 
    • "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." (1 Korintus 12:13).

    Kesimpulan: Hidup dalam Kuasa Baptisan
    Baptisan bukan hanya sekadar ritual agama, tetapi suatu pernyataan iman yang mengubah hidup. Melalui baptisan, kita mengakui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai inti dari keselamatan kita. Kita meninggalkan manusia lama, dibangkitkan menjadi ciptaan baru, dan memulai perjalanan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.

    Baptisan mengingatkan kita untuk selalu hidup dengan hati nurani yang bersih di hadapan Allah, percaya bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa atas segala sesuatu. Dalam hidup yang baru ini, kita tidak hanya diberkati tetapi juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain, membawa kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus kepada dunia.

    Friday, April 24, 2020

    Mengapa Orang Bisa Sesat dan Murtad dari Iman Kristen

     

    Kebenaran Allah yang Diberikan Melalui Kasih Karunia

    Allah menyatakan bahwa kita dibenarkan bukan karena usaha kita sendiri — bukan melalui ketaatan pada hukum, perbuatan baik, atau ritual agama. Kebenaran itu diberikan semata-mata oleh kasih karunia Allah, anugerah yang kita terima secara cuma-cuma melalui karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib.

    Sebagaimana tertulis:

    “Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”Roma 3:24

    Kasih karunia ini adalah hadiah terbesar yang melampaui semua pencapaian manusia. Namun, ketika seseorang yang telah menerima kasih karunia itu kemudian meninggalkan iman dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus, tindakan itu disebut murtad — berpaling dari iman yang benar dan menolak kebenaran yang telah menyelamatkannya.


    Mengapa Orang Bisa Murtad dari Iman Kristen?

    Banyak orang beranggapan bahwa seseorang murtad karena godaan dunia terlalu kuat. Godaan dunia memang sering kali datang dalam tiga bentuk utama, yang sama seperti yang Tuhan Yesus hadapi di padang gurun (Matius 4:1–11) :

    1. Roti — melambangkan pemenuhan kebutuhan jasmani dan kenyamanan hidup.
      Ini adalah godaan untuk menomorsatukan hal-hal duniawi: uang, makanan, pekerjaan, dan keamanan materi.
      Banyak orang rela mengorbankan ketaatan kepada Tuhan demi kepentingan pribadi atau kenyamanan hidup. Mereka lupa bahwa manusia “tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4).

    2. Penolong — menggambarkan kerinduan akan penerimaan dari orang lain, kasih, dan pasangan hidup.
      Sering kali, godaan ini tampak lembut dan tampaknya “baik,” namun justru paling halus menyesatkan. Banyak orang kehilangan arah rohani karena menjadikan relasi manusia — entah itu pasangan, sahabat, atau cinta duniawi — lebih penting daripada hubungan dengan Tuhan. Ketika kasih kepada Tuhan digeser oleh kasih kepada manusia, relasi itu pun kehilangan makna sejatinya. Hanya bila Tuhan menjadi pusat hubungan, kasih sejati dapat tumbuh dan memberi hidup.

    3. Kuasa — melambangkan ambisi, kebanggaan, dan keinginan untuk menguasai.
      Inilah godaan untuk menjadi besar, diakui, dan dipuji oleh dunia.
      Banyak orang tersesat karena mengejar posisi, pengaruh, atau kekuasaan — bahkan dalam pelayanan sekalipun.
      Padahal Yesus sendiri menolak kuasa dunia dengan berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Matius 4:10).

    Namun sesungguhnya, akar dari kemurtadan bukan terletak pada godaan dunia itu sendiri, melainkan pada ketidaktahuan akan Firman Tuhan dan ketidaktidaktahuan akan kuasa-Nya

    Yesus berkata: 

     “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.” Markus 12:24

    Inilah akar dari segala kesesatan rohani: seseorang mungkin tahu tentang Tuhan, tetapi tidak sungguh mengenal-Nya secara pribadi. Ia bisa rajin beribadah, aktif melayani, bahkan fasih berbicara tentang iman, namun hatinya belum pernah mengalami kuasa kasih Allah yang mengubahkan. Pengetahuan tanpa perjumpaan pribadi dengan Tuhan hanya melahirkan bentuk lahiriah agama, tanpa kehidupan rohani yang sejati.


    1. Tidak Mengenal Firman Tuhan

    Tanpa pengenalan yang mendalam akan Firman, iman menjadi dangkal dan mudah goyah. Banyak orang mungkin mengetahui isi Alkitab, tetapi tidak menghidupi kebenarannya dalam keseharian. Mereka berjalan berdasarkan perasaan, kebiasaan, atau tradisi, bukan pada kebenaran kekal yang seharusnya menjadi dasar iman dan arah hidup mereka.

    Ketika doa seolah tak dijawab, masalah datang silih berganti, atau harapan tampak gagal, banyak orang mulai meragukan kasih Tuhan. Namun sesungguhnya, iman sejati tidak dibangun di atas kenyamanan, melainkan di atas kebenaran. Firman Tuhan adalah fondasi yang teguh, yang membuat seseorang tetap berdiri kokoh meskipun badai kehidupan menerpa.

    Karena itu, mengenal Firman Tuhan bukan sekadar membaca, tetapi membiarkan Firman itu mengubah cara berpikir, berbicara, dan bertindak. Hanya dengan demikian, kita benar-benar hidup berakar dalam kebenaran dan tidak mudah digoyahkan oleh keadaan.


    2. Tidak Mengenal Kuasa Tuhan

    Banyak orang berhenti pada pengetahuan tentang Allah, namun tidak pernah mengalami kuasa-Nya yang nyata dalam hidup mereka. Mereka tahu bahwa Tuhan berkuasa, tetapi tidak sungguh-sungguh menyerahkan dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada-Nya. Akibatnya, iman mereka tetap di permukaan — mengetahui kebenaran, tetapi belum pernah berjalan di dalamnya.

    Tanpa pengalaman pribadi bersama Roh Kudus, iman mudah berubah menjadi sekadar teori kosong. Saat pencobaan datang, banyak yang merasa Tuhan diam dan jauh, padahal Ia selalu hadir dan bekerja dalam diam. Hanya saja, hati mereka sering tertutup oleh keraguan dan ketakutan, sehingga tidak lagi peka terhadap suara dan karya-Nya.

    Iman sejati bukan sekadar percaya bahwa Tuhan ada, tetapi hidup dalam pengalaman nyata bahwa Tuhan bekerja dan berkuasa dalam setiap aspek kehidupan kita. Di sanalah kita benar-benar mengenal kuasa Allah — bukan hanya dengan pikiran, tetapi dengan hati yang mengalami-Nya setiap hari.


    Cara Mengenal Firman dan Mengalami Kuasa Tuhan

    Kabar baiknya, kasih karunia Allah selalu menyediakan jalan bagi siapa pun yang mau kembali kepada-Nya. Tuhan tidak pernah menolak hati yang bertobat dan sungguh-sungguh mencari wajah-Nya. Sebaliknya, Ia menyambut dengan penuh kasih, memulihkan, dan meneguhkan setiap orang yang kembali dalam kerendahan hati kepada-Nya.

    Ada beberapa langkah sederhana namun mendasar untuk memulihkan pengenalan akan Firman dan kuasa Tuhan:


    1. Bangun Hidup yang Berakar dalam Firman

    “Berakar dan dibangun di dalam Dia, dan bertambah teguh dalam imanmu.”Kolose 2:7

    Membaca Alkitab bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan perjumpaan pribadi dengan hati Tuhan — saat di mana kita mengenal kasih-Nya, mendengar suara-Nya, dan dibentuk oleh kebenaran-Nya.

    Mulailah dengan langkah sederhana: bacalah Firman Tuhan setiap hari, renungkan maknanya, dan terapkan dalam setiap keputusan hidupmu. Sebagai permulaan, bacalah Injil Matius hingga Kitab Wahyu untuk mengenal pribadi Yesus dan karya keselamatan-Nya, lalu lanjutkan dengan Kitab Kejadian hingga Maleakhi untuk memahami rencana Allah sejak awal hingga penggenapannya. Dengan cara ini, iman akan bertumbuh dari pengenalan yang utuh akan Firman Tuhan.

    Firman Tuhan bukan sekadar informasi, melainkan kuasa yang membawa transformasi. Ia mengubah hati, memperbarui pola pikir, dan menuntun hidup kita untuk semakin serupa dengan Kristus.

    Ketika Firman Tuhan berdiam dalam hati, iman akan bertumbuh, mengakar kuat, dan tetap kokoh menghadapi setiap musim kehidupan — baik dalam masa kelimpahan maupun dalam ujian, karena Firman itulah sumber kekuatan sejati.


    2. Hidup dalam Doa dan Persekutuan dengan Roh Kudus

    “Roh menolong kita dalam kelemahan kita.”Roma 8:26

    Kuasa Tuhan tidak muncul dari kekuatan atau kemampuan manusia, melainkan mengalir melalui hubungan yang intim dengan Roh Kudus. Hanya ketika kita hidup dekat dengan-Nya, taat pada tuntunan-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya, kuasa Allah dinyatakan nyata dalam hidup kita.

    Luangkan waktu untuk berdoa, menyembah, dan mendengarkan suara Tuhan. Dalam keheningan hadirat-Nya, kita belajar mengalami kuasa-Nya secara nyata — bukan sekadar untuk menyaksikan mujizat, tetapi untuk diperbarui dan diubahkan dari dalam hati, hingga hidup kita memantulkan kemuliaan-Nya.

    Roh Kudus memberikan hikmat yang melampaui akal manusia, kekuatan di tengah kelemahan, dan penghiburan yang menenangkan jiwa — sesuatu yang tidak pernah dapat diberikan oleh dunia ini.


    3. Hidup dalam Ketaatan dan Komunitas Iman

    “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.”Ibrani 10:25

    Ketaatan adalah kunci yang membuka pintu bagi kuasa Allah untuk bekerja dalam hidup kita. Melalui ketaatan, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya, menuntun langkah kita, dan melakukan hal-hal yang melampaui kekuatan manusia.

    Sementara itu, komunitas iman menjadi tempat kita bertumbuh bersama, saling menguatkan, meneguhkan, dan menuntun satu sama lain untuk tetap setia berjalan dalam kasih dan kebenaran Tuhan.

    Dalam persekutuan, kita saling menopang, berdoa, dan bertumbuh bersama sebagai satu tubuh Kristus — saling menguatkan dalam kasih, mengingatkan dalam kebenaran, dan bersama-sama mengalami karya Tuhan yang hidup.

    Hidup Kristen tidak pernah dimaksudkan untuk dijalani sendirian — kita dipanggil untuk berjalan bersama tubuh Kristus, saling mengasihi, menopang, dan membangun satu sama lain, agar iman kita semakin teguh dan nama Tuhan dimuliakan melalui kebersamaan itu.


    Kesimpulan

    Murtad bukan karena dunia terlalu kuat, tetapi karena hati manusia terlalu lemah untuk berakar dalam kebenaran.
    • Mereka mencari roti, bukan Roti Hidup - Yesus Kristus
    • Mereka mencari penolong manusia, bukan Penolong Sejati - Roh Kudus.
    • Mereka mengejar tahta dunia, bukan Kerajaan Allah.

    Namun orang yang hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan akan tetap berdiri teguh. Ia tidak mudah goyah, sebab ia tahu kepada siapa ia percaya.

    “Aku tahu kepada siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Ia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan kepadaku sampai pada hari Tuhan.”2 Timotius 1:12


    Penutup

    Kasih karunia bukan hanya pengampunan atas dosa, tetapi juga kuasa untuk tetap setia di tengah pencobaan.

    Allah memanggil kita bukan sekadar untuk diselamatkan, tetapi untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya — mengenal Firman-Nya, mengalami kuasa-Nya, dan memancarkan kasih-Nya kepada dunia.

    Barangsiapa hidup dalam Firman dan kuasa Tuhan, ia akan tetap berdiri — meskipun dunia di sekelilingnya jatuh.
    Sebab kasih karunia Allah bukan hanya membenarkan kita, tetapi juga memampukan kita untuk tetap setia sampai akhir.


    Daftar Pustaka :

    • Alkitab

    Tuesday, April 21, 2020

    Pengikut Kristus Pasti Masuk Surga


    Kepastian Pengikut Kristus Masuk ke Surga Berdasarkan Janji Allah

    Kepastian bahwa seorang pengikut Kristus memiliki tempat di surga bukanlah berasal dari buah pikiran manusia, tetapi dari janji Allah yang kekal kepada umat manusia. Janji ini tertulis dalam Firman Tuhan dan menjadi milik setiap orang yang dengan sungguh-sungguh mengakui Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya.

    Sebagaimana Yesus berkata:
    "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" (Yohanes 5:24).

    Pengakuan iman kepada Yesus bukan sekadar formalitas, tetapi suatu deklarasi iman yang membawa kita pada fakta-fakta luar biasa dalam kehidupan rohani:


    1. Sudah Bersatu dengan Kristus

    Ketika kita menerima Yesus Kristus, kita menjadi satu dengan-Nya. Bersatu dengan Kristus berarti hidup kita tidak lagi terpisah dari-Nya, melainkan hidup dalam kasih karunia dan kebenaran yang Dia berikan.

    Paulus menyatakan:
    "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Roma 6:11).


    2. Sudah Menerima Roh Allah

    Setiap orang yang percaya kepada Kristus menerima Roh Kudus, yang menjadi meterai keselamatan kita dan jaminan kehidupan kekal. Roh Kudus memimpin, menghibur, dan menguatkan kita dalam perjalanan iman.

    "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah" (Roma 8:14).

    Roh Kudus bukan hanya penolong tetapi juga bukti nyata bahwa kita milik Allah dan telah dipisahkan untuk hidup dalam kebenaran.


    3. Sudah Dibebaskan dari Kuasa Dosa

    Dalam Kristus, kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Kita tidak lagi hidup di bawah kendali dosa, melainkan dalam kemenangan atas dosa melalui kuasa Kristus yang tinggal di dalam kita.

    "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup, telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut" (Roma 8:1-2).


    4. Sudah Dibebaskan dari Kematian Rohani

    Kematian rohani adalah akibat dosa, tetapi dalam Kristus, kita dipindahkan dari kematian ke kehidupan. Hidup yang kekal adalah hadiah Allah bagi mereka yang percaya kepada Anak-Nya.

    "Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup" (1 Yohanes 5:11-12).


    5. Sudah Menjadi Anggota Keluarga (Anak) Allah

    Ketika kita menerima Kristus, kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Hubungan kita dengan Allah berubah dari ciptaan menjadi anak yang dikasihi, yang memiliki warisan surgawi.

    "Karena semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah" (Roma 8:14).

    Sebagai anak-anak Allah, kita tidak hanya memiliki hubungan pribadi dengan-Nya tetapi juga memiliki hak istimewa untuk memanggil-Nya sebagai Bapa.


    Pengikut Kristus: Orang Kristen yang Sejati

    Namun, kita perlu memahami bahwa tidak semua orang Kristen adalah pengikut Kristus, tetapi pengikut Kristus pasti adalah orang Kristen.

    Seorang Kristen sejati adalah mereka yang tidak hanya mengaku percaya kepada Kristus tetapi juga hidup dalam ketaatan, kasih, dan kesetiaan kepada-Nya. Kekristenan sejati ditandai oleh kehidupan yang mencerminkan kasih karunia Allah dan pengakuan bahwa hanya melalui Yesus Kristus kita diselamatkan.

    Sebagaimana Yesus berkata:
    "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga" (Matius 7:21).


    KESIMPULAN

    Kepastian masuk ke surga bukanlah hasil usaha manusia melainkan anugerah Allah melalui Yesus Kristus. Dengan iman kepada Kristus, kita menerima kehidupan yang kekal, dipimpin oleh Roh Kudus, dibebaskan dari dosa, dan menjadi bagian dari keluarga Allah. Namun, iman itu harus dihidupi dengan ketaatan dan kesetiaan kepada kehendak Allah.

    Sebagai pengikut Kristus, marilah kita menjalani hidup yang mencerminkan kasih dan kebenaran-Nya, agar dunia melihat terang Allah melalui hidup kita.


    Daftar Pustaka:

    • Yohanes 5:24
    • Roma 8:1-2
    • Roma 8:14
    • 1 Yohanes 5:11-12

    Perjanjian Abraham

    Perjanjian Abraham: Janji Allah yang Kekal dan Tanpa Syarat

    Perjanjian Abraham adalah salah satu perjanjian paling penting dalam Alkitab, yang menunjukkan kehendak Allah untuk mengkhususkan satu kaum bagi diri-Nya dengan tujuan menyatakan kasih dan rencana penebusan-Nya bagi seluruh dunia. Perjanjian ini bersifat tanpa syarat (unconditional covenant), artinya janji-janji Allah tidak bergantung pada ketaatan Abraham, tetapi sepenuhnya berdasarkan kehendak dan kesetiaan Allah sendiri.

    Allah berfirman kepada Abraham:
    "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kejadian 12:1-3).


    Ciri-Ciri Utama Perjanjian Abraham

    1. Perjanjian Tanpa Kondisi
      Allah sendiri yang menetapkan perjanjian ini, tanpa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Abraham. Janji Allah sepenuhnya bergantung pada kesetiaan-Nya, bukan pada tindakan manusia. Ini menunjukkan bahwa perjanjian ini berdasar pada kasih karunia Allah yang sempurna dan kekal.

    2. Perjanjian Harafiah
      Janji yang diberikan kepada Abraham bersifat nyata dan literal, bukan kiasan. Contohnya, tanah yang dijanjikan kepada keturunannya benar-benar menunjuk pada wilayah geografis tertentu. Dalam Kejadian 15:18-21, Allah merinci batas-batas tanah yang akan diberikan kepada keturunan Abraham, yang mencakup wilayah dari sungai Mesir hingga sungai besar, yakni Sungai Efrat.

    3. Perjanjian Kekal
      Perjanjian ini bersifat kekal dan tidak akan dibatalkan. Meski bangsa Israel sering kali jatuh dalam dosa dan ketidaktaatan, janji Allah tetap berlaku. Hal ini ditegaskan dalam banyak bagian Alkitab bahwa Allah setia menjaga perjanjian-Nya.
      "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu" (Kejadian 17:7).


    Isi Perjanjian Abraham

    1. Tanah
      Allah menjanjikan tanah Kanaan sebagai milik pusaka Abraham dan keturunannya. Tanah ini melambangkan tempat kediaman yang Allah siapkan untuk umat pilihan-Nya.
      "Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini, yakni seluruh tanah Kanaan, menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka" (Kejadian 17:8).

    2. Keturunan
      Allah menjanjikan kepada Abraham keturunan yang tak terhitung banyaknya, meskipun pada saat itu Abraham dan istrinya Sara belum memiliki anak. Janji ini digenapi dalam bangsa Israel yang berasal dari garis keturunan Abraham.
      "Aku akan membuat keturunanmu seperti debu tanah banyaknya; sehingga, jika ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga" (Kejadian 13:16).

    3. Berkat
      Abraham diberkati oleh Allah, dan melalui Abraham, berkat itu akan mengalir kepada seluruh bangsa di dunia. Berkat ini mencapai puncaknya dalam kedatangan Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang lahir dari keturunan Abraham.
      "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat" (Kejadian 12:2).

    4. Penebusan
      Janji Allah kepada Abraham mencakup penebusan umat manusia. Melalui garis keturunan Abraham, datanglah Yesus Kristus, yang membawa keselamatan dan penggenapan rencana Allah untuk menebus dosa dunia.
      "Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kejadian 12:3).


    Makna Perjanjian Abraham bagi Kita Saat Ini

    Perjanjian Abraham memiliki makna yang abadi karena menunjukkan bahwa Allah setia kepada janji-Nya. Melalui perjanjian ini, kita melihat rencana besar Allah untuk menyelamatkan dunia melalui Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kita adalah bagian dari penggenapan janji ini karena melalui iman kepada Kristus, kita menjadi anak-anak Abraham secara rohani (Galatia 3:7).

    Paulus menulis:
    "Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu" (Galatia 3:9).


    KESIMPULAN

    Perjanjian Abraham adalah perjanjian yang tidak hanya mencakup berkat secara fisik tetapi juga berkat rohani yang kekal melalui Yesus Kristus. Perjanjian ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu setia pada janji-Nya dan kasih karunia-Nya melampaui batasan waktu. Kita dipanggil untuk hidup dalam iman seperti Abraham, yang percaya kepada Allah meskipun janji itu belum terlihat nyata.


    Daftar Pustaka:

    • Kejadian 12:1-3
    • Kejadian 13:16
    • Kejadian 17:7-8
    • Galatia 3:7-9

    Dampak Hidup Kita Bersatu Dengan KRISTUS


    Dampak Bersatu dengan Kristus: Hikmat, Kebenaran, Kekudusan, dan Penebusan

    Ketika seseorang menerima Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh sebagai Juruselamat pribadinya, sebuah transformasi rohani yang mendalam terjadi. Dalam Kristus, kita bukan hanya diselamatkan dari dosa, tetapi kita juga disatukan dengan-Nya, sehingga hidup kita berubah secara total. Perubahan ini tidak hanya bersifat internal tetapi juga membawa dampak nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

    Paulus dalam 1 Korintus 1:30 menulis:
    "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita."

    Melalui ayat ini, kita dapat memahami empat aspek utama dari dampak bersatu dengan Kristus:


    1. Hikmat (Wisdom)

    Kristus menjadi sumber hikmat sejati bagi kita. Hikmat ini bukan hanya sekadar kepandaian atau kecerdasan duniawi, tetapi hikmat ilahi yang memampukan kita untuk hidup dalam kehendak Allah.

    Hikmat dari Kristus membantu kita melihat kehidupan dari perspektif kekal, memilih jalan yang benar, dan menghindari jalan yang salah. Sebagai pengikut Kristus, hikmat ini juga membuat kita bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup dan memberikan kita kemampuan untuk membedakan apa yang benar dan salah menurut standar Allah.

    “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10).


    2. Kebenaran (Righteousness)

    Di dalam Kristus, kita dibenarkan di hadapan Allah. Ini artinya, status kita sebagai pendosa diubah menjadi benar karena karya salib Kristus. Kebenaran ini bukan hasil usaha kita, melainkan anugerah Allah yang diberikan melalui iman kepada Yesus.

    Dengan menerima kebenaran Kristus, kita dapat berdiri di hadapan Allah tanpa rasa takut atau rasa bersalah, karena dosa-dosa kita telah dihapuskan. Kebenaran ini juga menjadi dasar hidup kita untuk memuliakan Allah dalam segala hal.

    “Sebab Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:21).


    3. Kekudusan (Sanctification)

    Kristus menguduskan kita, membuat kita menjadi kudus dan layak untuk hidup sebagai anak-anak Allah. Kekudusan ini adalah proses yang terus-menerus, di mana Roh Kudus bekerja dalam hidup kita untuk mengubah kita semakin serupa dengan Kristus.

    Kekudusan berarti kita dipisahkan dari dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kekudusan ini, kita menjadi terang dan garam dunia, mencerminkan karakter Allah kepada orang-orang di sekitar kita.

    “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:16).


    4. Penebusan (Redemption)

    Melalui Kristus, kita ditebus dari dosa dan segala konsekuensinya. Penebusan ini berarti kita dibebaskan dari ikatan dosa, kuasa maut, dan kebinasaan kekal. Penebusan Kristus memberi kita kebebasan untuk hidup dalam kasih karunia Allah dan memampukan kita untuk melayani-Nya dengan sukacita.

    Penebusan ini juga merupakan bukti kasih Allah yang besar bagi umat manusia, karena Dia rela mengorbankan Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita.

    “Karena kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Korintus 6:20).


    KESIMPULAN

    Bersatu dengan Kristus membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Hikmat-Nya memimpin kita, kebenaran-Nya membenarkan kita, kekudusan-Nya menguduskan kita, dan penebusan-Nya membebaskan kita dari kuasa dosa. Semua ini adalah bukti kasih karunia Allah yang besar bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus.

    Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam realitas ini, memuliakan Allah dalam segala aspek kehidupan, dan menjadi saksi kasih karunia-Nya kepada dunia.


    Daftar Pustaka:

    • 1 Korintus 1:30
    • Amsal 9:10
    • 2 Korintus 5:21
    • 1 Petrus 1:16
    • 1 Korintus 6:20

    What You Must Do Everday

    1. Prioritaskan Allah dalam Hidupmu (Put God First)
    Menempatkan Allah sebagai yang pertama adalah dasar dari kehidupan Kristen yang sejati. Ini berarti kita menyerahkan seluruh aspek hidup kita—waktu, keputusan, rencana, dan harapan—kepada kehendak-Nya.

    Firman Tuhan berkata:
    “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).

    Ketika Allah menjadi prioritas utama kita, semua yang kita lakukan akan selaras dengan tujuan-Nya, dan kita akan mengalami pemeliharaan-Nya yang sempurna.


    2. Berdoa dan Bersyukur Setiap Pagi (Pray and thank God every morning every day)
    Setiap hari adalah anugerah dari Allah. Berdoa di pagi hari dan mengucap syukur merupakan cara untuk memulai hari dengan hati yang penuh damai dan pengharapan. Dalam doa, kita menyerahkan kekhawatiran dan rencana kita kepada Allah, dan melalui ucapan syukur, kita mengingat betapa baik-Nya Tuhan dalam hidup kita.

    Paulus mengingatkan:
    “Bersukacitalah senantiasa. Berdoalah tanpa henti. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:16-18).

    Mulailah hari Anda dengan doa yang tulus, memohon pimpinan Tuhan, dan akhiri dengan ucapan syukur atas segala berkat-Nya.


    3. Bermimpi dan Membuat Tujuan Hidup (Have a Dream and Make Goals)
    Allah menginginkan umat-Nya memiliki visi yang jelas dalam hidup. Bermimpi dan menetapkan tujuan hidup adalah cara untuk menghormati Allah dengan potensi yang telah diberikan-Nya kepada kita. Namun, penting untuk memastikan bahwa mimpi kita sejalan dengan kehendak Allah.

    “Rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

    Tetapkan mimpi besar, tetapi percayakan setiap langkah kepada Tuhan. Libatkan Dia dalam perencanaan Anda, dan biarkan Dia memimpin Anda menuju keberhasilan sejati yang penuh dengan makna kekal.


    4. Berhenti Mementingkan Diri Sendiri dan Tolonglah Sesama (Stop selfish Help someone else with what you have)
    Kristus memberikan teladan yang sempurna tentang hidup yang tidak egois. Dia mengajarkan kita untuk melayani dan membantu orang lain, bukan berdasarkan apa yang kita miliki, tetapi dari kasih yang telah kita terima dari Allah.

    “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:4).

    Saat kita membantu sesama dengan apa yang kita miliki—entah itu waktu, tenaga, atau materi—kita mencerminkan kasih Kristus kepada dunia. Ini adalah cara untuk menjadi terang dan garam, yang menunjukkan kepada orang lain kebaikan Tuhan.


    5. Lebih dari Menginspirasi, Jadilah Agen Perubahan (Not just inspire someone to make a living but inspire someone too to make a difference)
    Menginspirasi seseorang untuk hidup lebih baik itu baik, tetapi Allah memanggil kita untuk lebih dari itu. Kita dipanggil untuk memengaruhi dan mengubah hidup orang lain secara signifikan dengan membawa mereka kepada pengenalan akan Kristus.

    “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).

    Jadilah agen perubahan, bukan hanya dalam hal duniawi, tetapi juga dalam hal rohani. Dengan hidup yang mencerminkan kasih dan kebenaran Allah, kita bisa membawa orang lain untuk mengalami perubahan sejati dalam Kristus.


    KESIMPULAN

    Menempatkan Allah sebagai yang pertama dalam hidup adalah fondasi yang kokoh untuk menjalani hidup yang berarti dan berdampak. Berdoalah setiap hari, bersyukurlah atas setiap berkat, miliki mimpi besar dengan tujuan yang jelas, bantu sesama dengan tulus, dan jadilah alat Tuhan untuk membawa perubahan dalam kehidupan orang lain.

    Ketika kita hidup dengan cara ini, bukan hanya kita yang diberkati, tetapi kita juga menjadi saluran berkat bagi dunia.


    Ayat Pendukung:

    • Matius 6:33
    • 1 Tesalonika 5:16-18
    • Yeremia 29:11
    • Filipi 2:4
    • Matius 5:16

    Tujuan Manusia Diciptakan

    Tujuan Hidup Sebelum Jatuh dalam Dosa

    Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang indah dan sempurna, sesuai dengan rencana-Nya yang mulia. Sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, tujuan hidup mereka sangat jelas dan terarah, yang meliputi:

    1. Persekutuan dengan Allah
      Sejak penciptaan, Allah merencanakan agar manusia hidup dalam persekutuan yang erat dengan-Nya. Dalam Kejadian 3:8, kita dapat melihat bagaimana Tuhan berjalan bersama-sama dengan manusia di taman Eden, menikmati kebersamaan yang intim. Persekutuan dengan Allah adalah tujuan utama hidup manusia, yang memberikan damai sejahtera dan sukacita sejati.

    2. Relasi dengan Sesama
      Manusia diciptakan bukan hanya untuk berhubungan dengan Allah, tetapi juga untuk hidup dalam hubungan yang harmonis dengan sesama. Dalam Kejadian 2:18, Allah berfirman bahwa tidak baik bagi manusia itu seorang diri, maka Dia menciptakan seorang penolong yang sepadan. Relasi antar manusia adalah bagian penting dari rencana Allah untuk hidup yang penuh kasih dan saling mendukung.

    3. Bekerja
      Pekerjaan adalah bagian dari mandat Allah kepada manusia. Allah memberkati manusia dengan kemampuan untuk bekerja dan mengelola bumi. Dalam Kejadian 2:15, Allah menempatkan Adam di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Bekerja bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga merupakan cara untuk memuliakan Allah dan memenuhi panggilan-Nya.

    4. Menguasai Bumi
      Allah memberikan manusia kuasa untuk menguasai bumi dan segala isinya. Dalam Kejadian 1:28, Allah memberikan perintah kepada manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi, serta menguasai segala makhluk hidup di bumi ini. Penguasaan ini merupakan bentuk tanggung jawab dan mandat dari Allah untuk menjaga dan merawat ciptaan-Nya.


    Tujuan Hidup Setelah Jatuh dalam Dosa

    Setelah manusia jatuh dalam dosa, tujuan hidup tidak berubah secara mendasar, tetapi tujuan tersebut menjadi lebih terarah melalui pengajaran dan penebusan yang dilakukan oleh Allah. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita dapat melihat berbagai pemahaman mengenai tujuan hidup setelah kejatuhan manusia.

    Perjanjian Lama:

    1. Menurut Salomo

      • Takutlah kepada Allah: Takut kepada Allah bukan berarti ketakutan yang mengerikan, tetapi penghormatan yang mendalam terhadap Allah, yang tercermin dalam cara hidup kita. Salomo mengajarkan bahwa hidup yang bijaksana dimulai dengan penghormatan kepada Allah.
      • Berpegang kepada Perintah-Perintah Allah: Salomo menekankan bahwa kita harus hidup menurut perintah Allah, karena kita akan berdiri di hadapan-Nya untuk dihakimi.
        Ayat Pendukung: Pengkhotbah 12:13-14
    2. Menurut Daud

      • Bersekutu dengan Allah: Daud sering kali menyatakan pentingnya bersekutu dengan Allah, mencari-Nya dan merasakan kedekatan-Nya dalam setiap aspek hidup.
      • Menjadi Sama dengan Kristus: Tujuan hidup yang lebih tinggi adalah menjadi serupa dengan Kristus, memiliki hati yang taat dan hidup yang mencerminkan karakter Allah.
        Ayat Pendukung: Mazmur 17:15, 1 Yohanes 3:2
    3. Menurut Asaf

      • Hubungan dengan Allah: Asaf menyatakan bahwa meskipun segala sesuatu dapat berlalu, yang terpenting adalah hubungan kita dengan Allah, karena itulah yang memberi kita kedamaian yang sejati.
        Ayat Pendukung: Mazmur 73:28
    4. Menurut Yesaya

      • Untuk Mengagungkan Allah: Dalam kehidupan yang diperbaharui, tujuan utama adalah untuk mengagungkan Allah melalui hidup yang memuliakan-Nya dalam segala hal.
        Ayat Pendukung: Yesaya 43:7

    Perjanjian Baru:

    1. Menurut Paulus
      • Percaya kepada Kristus: Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, satu-satunya jalan menuju pemulihan adalah melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Percaya kepada Kristus adalah tujuan hidup yang utama dalam hidup orang percaya.
      • Dibenarkan oleh Allah melalui Iman kepada Kristus: Melalui iman kepada Kristus, kita dibenarkan di hadapan Allah. Ini adalah anugerah Allah yang membebaskan kita dari hukuman dosa.
      • Hidup Serupa dengan Kristus: Paulus mengajarkan bahwa hidup Kristen yang sejati adalah hidup yang serupa dengan Kristus, meskipun itu mungkin melibatkan penderitaan, karena penderitaan bersama Kristus membawa kemuliaan.
        Ayat Pendukung: Filipi 3:9-10, 2 Timotius 3:12

    KESIMPULAN

    Tujuan hidup manusia sejak awal adalah untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah, relasi yang harmonis dengan sesama, bekerja untuk memuliakan Allah, dan menguasai bumi. Namun, setelah jatuh dalam dosa, melalui Yesus Kristus, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan tujuan yang lebih tinggi: untuk mengagungkan Allah, menjadi serupa dengan Kristus, dan hidup dalam takut akan Tuhan. Semua ini hanya dapat tercapai melalui iman kepada Kristus dan kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita.


    Daftar Pustaka

    • Kejadian 1:28
    • Kejadian 2:18
    • Kejadian 2:15
    • Pengkhotbah 12:13-14
    • Mazmur 17:15
    • 1 Yohanes 3:2
    • Mazmur 73:28
    • Yesaya 43:7
    • Filipi 3:9-10
    • 2 Timotius 3:12

    "Lingkaran Emas”: Mengapa, Bagaimana, dan Apa – Pelajaran Berharga dari Start With Why

    Dalam dunia yang bergerak cepat, banyak orang dan organisasi terjebak pada rutinitas: bekerja, menjalankan tugas, menawarkan produk, tetapi ...